Kaisar
membaca semua dokumen yang ada, dan memikirkan siapa yang sebenarnya mencoba
untuk memberontak. Lalu dia mengingat tentang Wu Mei, dan memikirkan bahwa
pastinya itu bukan Wu Mei, karena jika Wu Mei ingin memberontak kepadanya maka
itu cukup dengan Wu Mei mengontrol setiap orang, bukannya merencanakan untuk
melakukan penyerangan dan melukai diri sendiri.
“Siapa sebenarnya?” pikir
Kaisar sambil memegang kepalanya. Lalu dia mengingat tentang Jing Yuan, Jiang,
Fei Yu, dan Tang Meng. Semua orang yang berada didalam kapal.
Su
Wen datang mengantarkan semua surat pesan yang Kaisar inginkan. Yaitu surat
dari kediaman Wu Mei, kediaman Jing Yuan, dan kediaman Perdana Mentri. Dan
Kaisar pun melihat semua surat itu. “Surat ini, apa sudah dilihat mereka?”
tanya Kaisar.
“Menjawab
Yang Mulia, semua ini segera di sita dan dibawa langsung kepada Yang Mulia.
Jadi tidak ada seorang pun yang melihat mereka,” jawab Su Wen.
Kaisar
kemudian menanyakan keadaan Wu Mei. Dan Su Wen pun menjelaskan bahwa menurut
tabib jika Ramuan Pemisah tidak bisa di temukan untuk menyembuhkan racun, dia
takut situasi akan memburuk.
“Ini
lah keputusan ku. Tempelkan pemberitahuan kerajaan ini. Hadiah akan diberikan
kepada siapapun yang membawa Ramuan Pemisah. Pada waktu yang sama, kumpulkan
semua pertapa, tidak peduli siapa selama mereka bisa mengobati penyakit Wu Mei.
Apapun yang mereka inginkan, aku akan menyetujuinya,” perintah Kaisar. Dan Su
Wen pun mengiyakan, lalu dia pergi.
Kaisar
memeriksa semua surat pesan yang ada, dan dia menemukan satu sobekan kain kecil
berwarna pink. “Lin Luo Jing. Dia tidak benar-
benar mati. Diantara surat- surat ini Lin Luo Jing hanya mengungkapkan perasaan
nya. Dan berdasarkan situasi, ini untuk Wu Mei. Tidak ada surat untuk Perdana
Mentri. Tapi jika dia tidak mati, mengapa dia tidak kembali ke kediaman nya.
Dan mengapa tidak ada surat untuk Perdana Mentri? Mungkinkah…”
Jing
Yuan datang menghadap, dan dengan segera Kaisar pun menyembunyikan sobekan
kecil kain itu. Lalu dia menanyakan ada apa pada Jing Yuan.
“Aku
ingin melaporkan sesuatu. Tidak lama lalu, aku menemukan sebagian besar biji-
bijian diangkut ke kota melalui rute air. Tapi didalam kota, tidak pernah ada
bencana atau kerugian. Tampaknya ada sesuatu yang tidak biasa tentang ini,”
jelas Jing Yuan.
“Lanjutkan,”
balas Kaisar.
“Beberapa
hari lalu, Perdana Mentri Lin (Lin Fei Yu) datang ke kediaman Yuan Zheng untuk
mengendalikan transportasi air. Aku mendengar bahwa semenjak Yang Mulia Yuan
Zheng sakit, Tuan Lin banyak mengambil tindakan,” lanjut Jing Yuan,
menjelaskan.
Mendengar
semua itu, Kaisar merasa curiga bahwa pasti ada sesuatu. Kaisar lalu
memerintahkan agar Jing Yuan terus memperhatikan Fei Yu untuknya. Dan Jing Yuan
pun mengiyakan, lalu dia pamit dan pergi.
Kaisar
mengingat tindakan Luo Jing yang berpura- pura pusing karena sakit laut, ketika
mereka sedang berada di kapal. Sehingga mereka bubar dan masuk kembali ke dalam
kapal, tanpa melanjutkan pembicaraan. “Tidak peduli
apa alasannya, Lin Luo Jing tidak bisa lagi diizinkan untuk tinggal disisi Wu
Mei lagi,” pikir Kaisar.
Kaisar
kemudian memanggil Su Wen, dan lalu dia membisikan sesuatu kepada Su Wen.
Setelah selesai, Su Wen pun pamit dan pergi.
Kaisar
lalu membuang kain kecil milik Luo Jing ke dalam tempat pembakaran.
Tang
Meng tersenyum senang memperhatikan pakaian pengantinnya. Dan ketika Jiang
masuk ke dalam kamar, dia langsung meminta agar Jiang melihat pakaian pengantin
mereka, apakah itu bagus? Dan Jiang hanya mengangguk pelan, lalu berbalik untuk
pergi.
“Kamu
harus melihatnya dengan hati- hati,” keluh Tang Meng.
“Tidak
apa selama kamu menyukai mereka,” balas Jiang dengan nada datar.
Tang
Meng menanyakan apakah Jiang tidak senang, kepadahal mereka hampir akan menikah
nanti. Dan Jiang pun beralasan bahwa saat ini Wu Mei sedang terluka, jadi dia
khawatir padanya.
“Jangan
khawatir. Aku sudah meminta dari Ayah ku. Keluarga Tang kami pasti akan
melakukan yang terbaik untuk menemukan Ramuan Pemisah,” jelas Tang Meng.
“Meng’er.
Terima kasih,” balas Jiang, tulus.
Tang
Meng menjelaskan bahwa teman Jiang adalah temannya juga, jadi tentu saja dia tidak
akan membiarkan Wu Mei terus- menerus kesakitan. Mendengar itu, Jiang tersenyum
kecil, lalu dia berbalik dan mau pergi.
“Jiang
ge-ge (kakak), apa kamu mau pergi ke Wen Xiang lagi?” tanya Tang Meng. Dan
tanpa menjawab, Jiang menghela nafas. “Kita sudah hampir menikah, kamu harus
mengurangin kebiasaan ke tempat itu,” jelas Tang Meng.
“Kita
sudah hampir menikah. Aku harus kesana untuk terakhir kali nya, mengucapkan
selamat tinggal kepada kawan lama ku. Tidak bolehkah aku melakukan itu?” balas
Jiang.
“Tentu
saja bisa. Masa lalu adalah masa lalu. Tidak peduli bagaimana kamu sebelumnya,
dari sekarang Meng’er akan berada disisimu. Aku akan membantu mu. Dan baik
padamu. Segalanya akan membaik. Percayalah padaku,” jelas Tang Meng dengan
lembut.
“Ya.
Segalanya akan membaik,” balas Jiang dengan nada datar, tanpa melihat ke arah
Tang Meng sama sekali.
Di
Wen Xiang. Yi Yi memberitahukan tentang hal yang Jiang minta agar dia
menyelidikinya, yaitu tentang obat herbal yang dibawa keluar dari istana.
Selama perjalanan, orang yang membawa dan barang bawaannya, keduanya
menghilang. Dan semua barang itu tidak diketahui berakhir dimana sekarang.
“Berita
Nona Yi Yi begitu cepat. Jika kamu benar- benar ingin menyelidiki siapa yang
menghancurkan Ramuan Pemisah, bukankah itu bisa menjadi sangat sederhana?”
tanya Jiang dengan tatapan serius.
“Silahkan
minum,” balas Yi Yi, mengajak Jiang untuk bersulang dan minum bersamanya.
Jiang
diam selama sesaat dan memperhatikan tangan Yi Yi. Lalu dia bersulang, dan
membiarkan Yi Yi untuk minum duluan. Setelah itu barulah dia minum.
“Aku
sebenarnya selalu memikirkan itu. Nona Yi Yi tidak tampak seperti wanita yang
lain. Kelihatannya bahwa hati Nona Yi Yi, selalu menyembunyikan banyak hal yang
orang lain tidak bisa lihat,” kata Jiang.
“Jadi
apa jika bisa dilihat, atau tidak bisa dilihat? Bukankah dalam hati setiap orang
ada yang mereka tidak ingin untuk mengingatnya. Atau mereka tidak ingin untuk
orang lain mengingatnya, kan?” balas Yi Yi.
“Sebenarnya,
aku bisa menebak apa identitas mu.”
Tags:
Unique Lady