Hari
selanjutnya. Dengan pakaian biasa, Hana menemui Takane yang sudah menunggu
direstoran. Dan melihat pakaian Hana yang terlihat sangat biasa, Takane
langsung berkomentar seperti memuji sedikit. “Wow, kamu sangat berbakat
berpenampilan biasa,”katanya.
“Ini fashion
yang sedang populer!” balas Hana sambil melepaskan mantel yang dipakainya. Lalu
dia duduk di hadapan Takane dan membuka buku menu di atas meja.
Sambil
melihat- lihat buku menu, Hana memulai pembicaraan, dia menanyakan pekerjaan
yang Takane lakukan. Dan dengan sikap bangga, Takane membalas bahwa dia tidak
menyangka kalau Hana tertarik padanya.
“Sudah
kuduga. Kamu benar- benar Pria kaya generasi kedua. Kamu punya orang tua yang
membuang semua uang mereka dipangkuanmu. Sehingga kamu hidup tanpa kekhwatiran,”kata
Hana, membalas sikap Takane yang terlalu narsis.
Takane tidak
mau kalah, dan membalas perkataan Hana. Begitu juga dengan Hana, dia terus
membalas perkataan Takane.
Pelayan
datang, dan menanyakan pesanan mereka berdua. Dan dengan sengaja, Hana memesan
spaghetti dengan daging saus tomat, karena dia tahu kalau Takane tidak menyukai
Tomat. Dan benar, wajah Takane langsung berubah ketika mendengar kata ‘Tomat’,
karena dia tidak menyukainya.
“Tolong
temui kakak ku selanjutnya. Dia wanita yang cantik. Umur kalian sama, dan
kepribadian kalian cocok,” kata Hana. Dan Takane tampak kurang tertarik. “Oh
ya… dia kan sudah punya pacar, jadi dia akan menolak mu,” canda Hana.
“Jadi kamu
mau mengatakan bahwa seseorang seperti kamu tidak pantas bersama denganku?”
balas Takane. Dan Hana terkejut, mendengar betapa narsis nya Takane. “Kamu
punya penyakit rendah diri, aku mengerti. Karena setiap orang condong terhadap
aku dan kakakmu. Rendah diri itu bagus. terkadang ada beberapa orang yang tidak
puas dengan apa yang mereka miliki,” lanjut Takane.
Hana sedikit
merasa kagum pada perkataan Takane, dan lalu dia menanyakan apakah Takane juga
ada memiliki penyakit semacan itu. Dan dengan narsis serta nada ketus yang
biasa, Takane mengatakan bahwa orang sepertinya mana punya penyakit seperti
itu.
“Kamu kan
anak kaya. Segalanya berjalan lancar untukmu, tapi aku memukul semua pointmu
itu hari ini. Syukurlah, aku hanya orang biasa!” kata Hana dengan sikap seolah
merasa lega.
“Jangan
khawatir. Bahkan kamu juga memiliki point yang bagus,” balas Takane. “Aku akan
datang menemui lagi. Jadi lebih percaya dirilah,” lanjut Takane. Lalu dia
menepuk kepala Hana dengan lembut.
Namun
kelembutan itu tidak bertahan lama, karena Takane kembali pada dirinya yang
sangat narsis lagi. “Kamu senang kan, ketika aku mengatakan itu?” katanya
bangga. Dan dengan melongo, Hana yang sudah mulai terbiasa mengabaikannya.
GM Takane yang
kebetulan datang ke restoran itu juga, ia menyapa Takane saat melihatnya. Dan
Takane pun langsung berdiri, memberikan hormat kepadanya. Lalu saat melihat
Hana yang berada bersama dengan Takane, si GM menanyakan apakah Takane sedang
berkencan. Dan Takane menjawab seperti mengiyakan.
“Hey.
Saibara-kun. Kamu satu-satunya pewaris Takaba grup. Harusnya kamu pilih
seseorang dengan pesona yang lebih baik,” bisik si GM pada Takane.
Hana yang
mendengar itu. Tiba- tiba dia merasa tidak percaya diri. Dia menundukan
kepalanya, dan menghadap ke arah lain.
“Kamu tidak
perlu mengkhawatirkan tentang itu,” balas Takane pada si GM. Lalu dia menunduk
hormat. Dan duduk kembali.
Sesampainya
dirumah. Hana menanyakan kepada Takane, apakah sebaiknya mereka tidak saling
bertemu lagi. Karena pertemuan perjodohan itu telah berakhir, dia dan Ayahnya
telah menipu Ketua juga, jadi hal- hal seperti pernikahan tidak berlaku.
Mendengar itu, Takane menyadari kenapa Hana tiba- tiba bersikap seperti ini.
Itu pasti karena Hana mendengar perkataan si GM barusan. Dan Hana diam.
Takane
menahan Hana di dekat tembok. Lalu mengatakan.” Kamu tidak berhak untuk
mengakhiri kencan ini. Tapi jika kamu merasa akan jatuh cinta padaku, maka kamu
bebas untuk mundur. Apa kamu mengerti?” tanya Takane. Dan Hana diam. Lalu
selama sesaat mereka berdua saling bertatapan.
Setelah
bertatapan lumayan lama, Takane merasa gugup sendiri. Sebenarnya dia sedang
menunggu jawaban Hana. Tapi Hana malah diam, dan menatap nya balik. Lalu
kemudian, Hana yang pertama membuka suara.
“Apa yang
akan kamu lakukan setelah kamu menahan ku dinding?”
“Setelah
itu?” tanya Takane gugup. Dan kebingungan. Lalu dia segera menjauh.
“Kamu sangat
menarik ya, Takane-san!” kata Hana sambil tertawa. Kemudian dia mengeluarkan
sesuatu dari dalam tasnya, dan memberikan nya kepada Takane sebagai ucapan
terimakasih. Itu adalah makanan ringan yang sedang populer. Lalu setelah itu,
dia pamit dan masuk ke dalam rumah.
Didalam
mobil. Takane merasa bingung melihat makanan seperti jelly kecil yang diberikan
oleh Hana barusan. Namun ketika dia mencoba makanan tersebut, dia tersenyum
senang, karena ternyata rasanya tidak terlalu buruk. Maksudnya enak.
Pagi hari. Hana dengan bersemangat menanyakan pendapat Ibunya, apakah tas merah milik kakaknya cocok dengannya. Dan Ayah yang menjawab, dia mengatakan bahwa itu akan menakuti Pria hingga menjauh.
“Begitukah?”
gumam Hana.
Yukari, kakak Hana. Dia pulang ke rumah, dan menanyakan pada Hana, apakah besok Takane akan datang untuk menjemput Hana. Dan Hana pun mengiyakan. Lalu sambil tersenyum lebar, Yukari mengatakan bahwa dia mau berkencan dengan Takane. Karena dia telah putus dengan pacarnya barusan, sehingga karena itu dia akan mengejar Takane.
Mendengar
itu, Ayah merasa senang. Dan melompat- lompat kegirangan bersama dengan Yukari.
Sementara Hana, masih tidak bisa percaya, dan dia menanyakan kenapa kakaknya
bisa putus semudah itu.
“Hana. Waktu
yang dihabiskan dengan pria lain tidak akan bertahan lama. Bukankah disayangkan
bila membiarkan kesempatan sebagus ini lewat?” kata Yukari, dengan riang.
“Kerja
bagus, Hana!” kata Ayah dengan senang sambil memegang pundak Hana.
“Bukankah
itu berarti bagus, segalanya akan kembali normal. Kamu senang kan Hana?” tanya
Ibu. Dan dengan lemas, Hana mengangguk pelan.
Pulang
sekolah. Saat kedua temannya dengan riang mengatakan ingin pergi ke tempat
Okamoto, dan mendengarkan ceritanya tentang kencannya dengan Takane semalam.
Hana menundukan kepalanya, dia tampak tidak bersemangat, apalagi ketika dia
melihat mobil Takane yang tidak berada di depan sekolahnya. Dia semakin tidak
bersemangat.
Ditempat
Okamoto. Tepatnya, restoran milik orang tua Okamoto. Disana mereka memesan
okomiyaki. Dan Okamoto yang kebetulan baru pulang, dia membantu Ayahnya untuk
membuat kan Okomiyaki untuk mereka.
Sambil makan, kedua temannya menanyakan kencannya bersama Takane, dan mereka memuji- muji Takane yang ternyata memiliki latar belakang hebat. Dan dengan sikap seolah tidak tertarik, Hana mengatakan bahwa Takane bukanlah tipenya sama sekali, karena Takane sangat narsis, dan yang paling penting, Takane tidak pernah menanyakan siapa nama aslinya.
“Dia hanya
berpikir bahwa aku menarik, karena aku bertingkah dengan cara yang tidak
terduga oleh nya. Ini bagaimana orang kaya
bersenang- senang. Ini seperti game untuknya,” jelas Hana.
“Jadi kamu akan
pergi menemuinya lagi?”
“Tentu saja
tidak. Lagian dia sedang berkencan dengan kakak ku sekarang,” balas Hana.
Kedua teman Hana memuji bahwa Takane bisa menjadi pasangan yang bagus untuk kakak Hana. Karena kakak Hana juga sangat bagus. Lalu mereka mengatakan bahwa Hana beruntung bisa bertemu dengan Pria seperti Takane.
“Aku
beruntung?! Bersama Pria itu hanya menghabiskan waktu! Aku senang, aku tidak
bertemu dengannya lagi!” kata Hana seolah tidak peduli. Tapi sebenarnya dia
peduli.
Hana teringat tentang perkataan Takane yang mengatakan bahwa dirinya juga memiliki point yang bagus, dan menepuk kepalanya. Lalu dia teringat tentang perkataan Takane, saat Takane menahannya di dekat dinding.
Mengingat
semua itu, Hana tiba- tiba meneteskan air mata sedih. Dan melihat itu, kedua
temannya menjadi heran. Lalu dengan cepat, Hana menghapus air matanya, dan
beralasan bahwa Okomiyaki yang dibuat oleh Okamoto sangat perih terkena
matanya.
Okamoto mendekati Hana, dan menjetiknya dahinya. Bukannya marah, Hana malah ketawa, dan kedua temannya pun menjadi heran.
“Ketika seseorang sedih atau khawatir, itu semua ada didalam kepala mereka, kan? Tapi jika kamu terganggu oleh sesuatu yang lain, maka kamu tidak akan terpikirkan itu,” jelas Okamoto. Dan dengan senang hati, Hana memberikan dahinya untuk dijentik sekali lagi.
Tepat disaat itu, Takane datang. Dan melihat itu, Hana terkejut, lalu dia bertanya bukankah seharusnya Takane sedang berkencan dengan kakak nya. Dan dengan tegas, Takane menjawab bahwa dia tidak memiliki ketertarikan kepada Yukari.
Takane lalu membayar
makanan Hana, dan menarik tangan Hana untuk mengikutinya. Dan dengan
kebingungan, Hana pun mengikuti Takane.
“Kakak ku
mungkin menolak mu, kan? Itu tidak mengejutkan dengan sikap yang kamu miliki,”
kata Hana.
“Aku tidak
pernah ditolak sekalipun didalam hidupku!” balas Takane, narsis.
Takane
datang ke rumah untuk menjemput Hana, tapi malah Yukari yang keluar dari dalam
rumah. Yukari mengatakan bahwa dialah yang seharusnya hadir dipertemuan
perjodohan itu, tapi karena dia sedang sakit, maka Hana yang menggantikannya.
Mendengar
itu, Takane sama sekali tidak peduli, dan menyuruh agar Yukari memanggilkan
Hana keluar dari dalam rumah. Dan dengan cepat, Yukari langsung menjawab bahwa
Hana sedang pergi keluar.
“Seperti
yang aku katakan. Akulah yang seharusnya bertemu…”
“Aku sangat
minta maaf. Tapi aku tidak memiliki ketertarikan padamu sama sekali! Yang lebih
penting, dimana adik mu?” kata Takane, tegas.
“Seperti
yang aku katakan. Kamu harusmnya menerima ku sebagai…”
“Cepat dan
panggil dia!” tegas Takane. Dan Yukari langsung mengiyakan, karena takut.
Flash back end
Setelah selesai mendengar kan flashback yang Takane ceritakan. Hana langsung mengatakan bahwa Takane seperti mengganggunya. Dan Takane tertawa. “Aku mengerti perasaanmu! Jujurlah. Bagaimana perasaanmu padaku? Su… su… su*?” kata Takane sambil mendekatkan telinganya, menunggu jawaban dari Hana.
*Su.
Maksudnya Suki (Suka)
“Apa kamu
bahkan tidak bisa mengatakan sesuatu yang imut?” balas Takane. Lalu dia pergi
melihat- lihat, akuarium yang lain.
Hana masih
merasa tidak percaya diri, dia mengira Takane sedang kasihan kepadanya. Namun
dengan tegas, Takane membalas bahwa dia tidak kasihan sama sekali pada Hana,
tapi dia tertarik pada Hana.
“Hana. Itu namamu, kan?” tanya Takane sambil tersenyum. “Aku memberikanmu sebuket bunga mawar. Aku membiarkan mu makan steak kualitas tinggi. Tapi kamu tidak akan jatuh cinta padaku. Ini pertama kalinya, seorang wanita membuatku sefrustasi ini,” jelas Takane.
Tags:
Takane To Hana