Shuta membersihkan perpustakaan bersama dengan Michiru. Sambil membersihkan, mereka berdua saling mengobrol. Michiru mengatakan bahwa jika besok Shuta sampai kalah dalam pertandingan, maka dia akan menertawakannya. Lalu Shuta membalas, apakah besok Michiru akan datang ke pertandingannya? Dan Michiru mengiyakan.
“Bohong,” kata Shuta pelan. “Mungkin bicaraku tidak penting, tapi… jika
kamu punya hal penting untuk disampaikan, maka sampaikanlah dengan mulutmu
sendiri,” kata Shuta pada Michiru.
“Hal penting apa?”
“Misalnya menulis surat untuk seseorang. Jangan pernah memakai cara
seperti itu,” kata Shuta. Dan Michiru berjalan menjauh untuk membersihkan rak
yang lain. Lalu Shuta pun mengikutinya, dan bertanya langsung, “Apa kamu benar-
benar berniat untuk pergi keluar Negri tanpa memberitahu siapapun? Apa kamu
pikir kami akan menghentikanmu? Kalau kamu berpikir seperti itu, aku akan
marah!” tanya Shuta. Tapi Michiru hanya diam saja.
“Hei, katakan sesuatu!” teriak Shuta, tapi ternyata Michiru sudah tidak
berada didekatnya. Dan ketika dia mencari, ternyata Michiru sedang berbicara
dengan guru didepan perpustakaan.
Tiba- tiba saja disaat itu, seseorang menepuk bahunya dari belakang.
Dan ketika Shuta berbalik, dia melihat Kyoko. Tapi sebelum Shuta sempat
menjerit, Kyoko langsung memberikan tanda agar Shuta jangan berteriak. Jadi
Shuta pun langsung menutup mulutnya. Lalu dia menanyakan, bisakah Kyoko muncul
dengan cara biasa, jangan mengagetkannya.
“Tidak ada yang boleh tahu kalau kamu adalah penjelajah waktu,” kata
Kyoko dengan serius. Dan Shuta pun membalas, bagaimana caranya supaya dia bisa
menyelamatkan nyawa Saku, jika tidak begitu.
Tepat disaat itu, terdengar suara Michiru yang memanggil nama Shuta.
Jadi Kyoko pun langsung berjalan menjauh, dan Shuta mengikutinya.
“Kamu dimana?” tanya Michiru. Mencari Shuta.
Shuta menjelaskan kepada Kyoko bahwa Saku, temannya, meninggal karena
salahnya. Jadi karena itu, maka dia akan melakukan apapun demi menyelamatkan
Saku.
Dan Kyoko mengomentari bahwa cara yang Shuta pakai terlalu terang-
terangan sekali, jadi itu berbahaya. Kalau Shuta mau menyelamatkan Saku, maka
Shuta harus melakukannya sealami mungkin, dan pastikan Saku mengambil keputusan
yang berbeda dari sebelumnya.
“Besok Michiru akan pergi keluar Negri, jika aku mengatakannya
sekarang…”
Perkataan Shuta terputus, karena tiba- tiba terdengar suara Saku dan
Michiru yang membicarakan kemana dirinya. Saku menebak bahwa mungkin Shuta
berada di kamar mandi lagi, jadi dia pun keluar dari dalam perpustakaan. Dan
Michiru langsung mengikutinya.
“Apa kamu mau membantuku?” tanya Shuta pada Kyoko. Dan Kyoko
menganggukan kepalanya. Dengan senang, Shuta langsung menyalamin tangan Kyoko,
dan mengucapkan terima kasih. Namun Kyoko langsung menarik tangannya dari
genggaman Shuta.
“Kuingatkan, ini tidak akan berjalan dengan mudah. Mungkin saja masa
depan bisa lebih buruk dari sebelumnya. Apa kamu masih mau melakukannya?” tanya
Kyoko, memastikan.
“Tidak akan ada masa depan tanpa kehadiran Saku,” jawab Shuta dengan
yakin.
Kyoko menjelaskan bahwa masa depan bukan hanya milik mereka, tapi dia
tidak mungkin menghentikan Shuta. Lalu dia memberitahukan pemikirannya, yaitu
alasan Shuta selalu balik ke masa depan, itu terjadi karena setiap Shuta merasa
kaget atauapun jantung Shuta berdetak dengan cepat. Jadi pertama-tama, mereka
harus menyembuhkannya.
Kyoko yang suka membaca, dia kemudian merekomendasikan salah satu buku
kesukaannya. Itu semua diingatnya, karena dia telah membaca semua buku yang ada
di perpustakaan ini hampir lebih dari 2 kali.
“Novel- novel nya menceritakan tentang apa?” tanya Shuta, tidak
sabaran.
“Tidak boleh membawa hal yang tidak ada di jaman ini dari masa depan,”
jawab Kyoko.
“Hanya itu?”
“Kemudian berdoa supaya tetap hidup di jaman ini.”
“Semudah itu?”
“Kamu yakin ini mudah? Artinya kamu tidak boleh meninggalkan apapun di
jaman ini,” jelas Kyoko.
Shuta bersedia melakukan apapun. Dia bahkan bersedia untuk melepaskan
baju yang dipakainya sekarang. Dan melihat itu, Kyoko langsung berbalik, dia
mengatakan bahwa Shuta tidak perlu melepaskan bajunya juga.
“Begitu ya. Kemudian celana?” tanya Shuta polos.
“Buka semuanya,” jawab Kyoko. Dan Shuta langsung mau membukanya.
“Tolong jangan dibuka disini,” kata Kyoko, lalu dia berbalik lagi karena malu.
Shuta sadar dan meminta maaf. Kyoko lalu menanyakan shampoo apa yang
Shuta pakai. Dan dengan bangga Shuta menjawab bahwa ini adalah shampoo terbaru
di 2012. Mendengar itu, Kyoko menyuruh agar Shuta menghilangkan wangi shampoo
itu.
Dikamar mandi. Shuta mencuci rambutnya. Dan Kyoko yang menunggu diluar,
dia mengingatkan agar Shuta juga memotong kuku. Dan Shuta pun mengiyakan,
walaupun sebenarnya dia merasa heran, karena dia tidak pernah mendengar harus
memotong kuku saat menjelajah waktu.
Saat Shuta telah selesai mandi, Kyoko langsung memberikan obat pencuci
perut kepadanya. Dan dengan terpaksa, Shuta pun meminumnya. Karena makanan
diperut Shuta kan berasal dari masa depan, jadi harus dibuang juga.
Kemudian setelah semuanya selesai, Shuta menanyakan apakah sudah cukup.
Dan Kyoko menjawab bahwa itu mungkin. Lalu tiba- tiba saja, perut Shuta kembali
mules, dan dengan terpaksa dia pun langsung kembali masuk kedalam kamar mandi.
“Santai saja,” kata Kyoko menyemangati Shuta yang berteriak kesakitan.
Kyoko memperhatikan poster acara kembang api yang dipasang di mading.
Dan melihat itu, Shuta menanyakan apakah Kyoko menyukai kembang api. Dan Kyoko
menjawab bahwa dia belum pernah melihatnya.
“Eh, walaupun setiap tahun diadakan pesta kembang api?”
“Aku tahu. Tapi aku hanya mendengar suaranya saja.”
Shuta tiba- tiba merasa penasaran, dan dia menanyakan sejak kapan Kyoko
telah berada disini. Dan Kyoko menjawab, sejak setelah perang berakhir.
Saku dan Michiru datang. Melihat itu, Kyoko pun pamit pergi kepada
Shuta. Namun sebelum itu dia mengingatkan Shuta untuk tidak gegabah, dan
membiarkan segalanya mengalir begitu saja. Dan Shuta pun mengiyakan. Lalu
secara ajaib Kyoko menghilang.
Michiru berlari kearah Shuta dan langsung memeluknya. “Jangan seenaknya
menghilang,” katanya. Dan Shuta meminta maaf. Lalu Michiru pun melepaskan
pelukannya.
“Aah, hari ini berlalu dengan begitu cepat,” keluh Michiru sambil
membelakangin Shuta dan Saku. Lalu dengan nada pelan dia mengajak mereka untuk
pulang.
“Michiru. Saku. Apa kamu pergi ke pesta kembang api tahun ini?” tanya
Shuta. Sebelum mereka pergi meninggalkan sekolah. Dan Saku menjawab bahwa dia
tidak bisa pergi, karena dia ada ujian hari itu. Begitu juga dengan Michiru.
Lalu Shuta mengajak mereka untuk bermain kembang api bersama.
“Hari ini masih belum berakhir, kan?” tanya Shuta. Dan Michiru
tersenyum mengiyakan. Lalu Shuta pun mengajak Saku untuk membantunya mencari
kembang api.
“Baiklah,” jawab Saku. Dan Michiru mengikuti mereka berdua.
Shuta pulang secara diam- diam, dan mengambil sepedanya. Melihat itu,
Saku merasa heran dan bertanya, mengapa mereka harus mengendap- endap. Tapi
Shuta memberikan tanda agar Saku jangan berisik, dengan alasan akan susah kalau
sampai ketahuan.
Lalu Shuta membawa sepedanya, membonceng Saku dibelakangnya. Dan
bersama mereka pergi mencari tempat yang ada menjual kembang api.
Michiru makan malam bersama dengan keluarganya dirumah. Dan selagi
makan, Ibu bertanya, apakah Michiru sudah mengucapkan selamat tinggal pada
teman- teman, dan Michiru menjawab ‘Mmm...’
Shuta dan Saku pergi ke toko mainan. Dan seperti anak kecil, Shuta
sibuk memainkan mainan buaya yang ada disana. Lalu melihat itu, Saku pun
mengajak Shuta untuk pergi.
Ibu mempacking kan barang- barang milik Michiru ke dalam koper. Dan
Michiru tersenyum, membiarkannya. Lalu dia melihat jam di tangannya.
Shuta membeli sekotak kembang api. Lalu dia memanggil Saku yang sedang
membeli makanan. Dan Saku pun mendekatinya, lalu memasukan makanan ke dalam
mulutnya.
Michiru menulis surat. Dan memasukannya ke dalam sebuah amplop berwarna
biru. Setelah itu, dia meninggalkan surat itu diatas meja, dan mengambil
jaketnya.
Bertiga, Michiru. Saku. Shuta. Mereka menyelinap masuk secara diam-
diam ke dalam sekolah, dengan cara memanjat pagar sekolah. Dan ketika mereka
berhasil menyelinap masuk ke dalam sekolah, Shuta yang memimpin menyuruh mereka
untuk jangan berisik. Namun Michiru yang merasa bersemangat, terus bersuara
dengan girang.
Didalam kelas. Kyoko merasa ada yang aneh, ketika dia mendengar suara
letusan- letusan kecil, seperti bunyi kembang api. Dan cahaya- cahaya kecil di
luar jendela. Jadi karena penasaran, maka dia pun pergi ke beranda untuk
melihat ada apa.
Ketika Kyoko melihat ke bawah. Shuta melambaikan tangannya, dan
menunjukan kembang api yang dipegangnya. Lalu dia berlari pergi.
Shuta menghampiri Michiru yang menunggu di lapangan. Lalu ketika Saku
keluar dari dalam gedung sekolah, dia menanyakan bagaimana. Dan Saku mengatakan
bahwa semuanya sudah oke.
“Lihat baik- baik ya Michiru,” kata Shuta.
“Ini hadiah Natal dariku dan Shuta,” tambah Saku.
Shuta menyalakan sebuah kembang api kecil. Lalu dia menaruhnya di atas
garis yang berada tanah. Kemudian api menjalar di sepanjang garis itu. Dan Duar… Duar…
Kembang api meletus dengan begitu indahnya diatas atap sekolah. Dan
disekitar lapangan. Membuat cahaya terang yang sangat luar biasa. Dan melihat
itu, mereka bertiga tertawa, karena merasa kagum melihatnya.
Kyoko yang berada dilantai atas. Dia juga tertawa gembira, ketika
melihat itu.
Setelah semuanya selesai, Saku dan Shuta berpelukan sambil berteriak
dengan gembira,“Kita berhasil!!”
Lalu kemudian, mereka bertiga memainkan kembang api kecil yang tersisa
bersama- sama. Mereka bermain dengan gembira. Tertawa. Dan melompat- lompat.
Menikmati waktu kebersamaan itu.
“Terima kasih,” kata Michiru dalam hati.
Tanpa disadari, waktu sudah hampir jam 12 malam. Dan untuk
mengakhirinya, Saku memberikan masing- masing satu batang kembang api kecil
yang tersisa kepada mereka. Kemudian mereka bertaruh bahwa siapa yang bunga
apinya jatuh duluan, dia yang kalah.
“Bagaimana kalau kita, menceritakan hal yang kita rahasia kan?” usul
Shuta sebagai hukuman untuk orang yang kalah.
“Apa itu? Di antara kita tidak ada rahasia, kan?” balas Saku.
“Ada. Baik aku maupun Saku. Juga Michiru,” balas Shuta, serius. Dan
semuanya pun setuju.
Secara bersamaan mereka menyalakan batang kembang api kecil mereka. Dan lalu dengan serius memperhatikan, kembang api siapa duluan yang mati. Dan hasilnya, orang yang kalah adalah Michiru.
“Katakanlah, Michiru. Hal yang kamu rahasiakan,” kata Shuta, serius.
Tapi Saku malah menganggapnya candaan. Dan Shuta mengabaikannya. “Ada kan? Hal
yang harus kamu katakan pada kami,” desak Shuta.
“Sudahlah, katakan saja Michiru,” tambah Saku. Karena Michiru diam.
“Maaf,” kata Michiru pelan. Lalu dia berlari pergi.
“Ada yang aneh dengan dirimu,” kata Saku pada Shuta. Lalu dia berlari
mengejar Michiru.
Tags:
Enoshima Prism