“Tak
apa?” tanya Kim Dan dengan perhatian. Dan karena masih merasa syok, maka Yeon
Seo pun diam. Lalu menyadari bahwa tampaknya Yeon Seo baik- baik saja, maka Kim
Dan pun menggendongnya.
Kim
Dan berjalan di atas pecahan kaca lampu. Walaupun dia tampak terluka karena
itu, tapi dia terus berjalan. Dan Yeon Seo diam sambil menatap Kim Dan, tidak
menyadari bahwa Kim Dan menginjak pecahan kaca lampu.
Kang
Woo merasa cemas, saat dia mendengar suara pecahan dari dalam rumah. Dia
berusaha untuk membuka pintu, tapi dia tidak bisa. Lalu dia pun kembali
memencet bel rumah, tapi tidak ada respon.
Kim
Dan membawa Yeon Seo duduk di atas sofa. Lalu dia memperhatikan Yeon Seo, “Apa
kamu terluka? Wajahmu… merah. Apa kamu demam?” tanya Kim Dan perhatian, lalu
dia mau menyentuh dahi Yeon Seo. Tapi Yeon Seo langsung menghindari tangannya,
dan menatap aneh kepadanya.
Disaat
itulah, Kim Dan baru tersadar bahwa sayapnya masih tampak jelas. Dengan segera
dia pun berdiri menjauh, dan berusaha untuk menjelaskannya, “Sayap …”
“Apa
kamu…” kata Yeon Seo berdiri mendekati Kim Dan. Dan dengan segera Kim Dan pun
berjalan mundur selangkah demi selangkah. Tapi Yeon Seo terus mendekat.
“Jangan
mendekat! Kamu akan terluka,” kata Kim Dan menghentikan Yeon Seo.
Kim
Dan menyangka bahwa dirinya sudah ketahuan, jadi dia pun berniat untuk
menjelaskannya dengan jujur. Tapi sebelum dia melakukan itu, tidak tahunya
ternyata Yeon Seo mengiranya sebagai orang cabul.
“Kamu
mengabaikan panggilan ku. Itu karena kamu memakai semua ini,” kata Yeon Seo,
mengira bahwa sayap itu adalah sayap palsu.
“Aku
tidak memakai apapun…” kata Kim Dan tidak mengerti. Tapi kemudian dia tersadar
dengan apa yang Yeon Seo bicarakan, dan sambil tersenyum dia pun permisi, lalu
dia mau kembali ke dalam kamarnya.
Yeon
Seo memegang sayap Kim Dan dengan kuat, dan menyuruh Kim Dan untuk
melepaskannya disini, didepannya juga. Dan Kim Dan pun melawan, dia menyuruh
Yeon Seo untuk melepaskan sayapnya.
“Lepaskan
kataku!” teriak Yeon Seo, tegas.
“Sedang
apa kamu? Lepaskan! Lepaskan!” balas Kim Dan, kesakitan.
Kim
Dan berusaha memberontak dan melepaskan pegangan Yeon Seo pada sayanya. Tapi
Yeon Seo sama sekali tidak mau melepaskannya, malahan Yeon Seo semakin kuat
memegang sayap nya, dan menariknya.
“Aku
bisa melepasnya, jika kamu lepaskan aku!” teriak Kim Dan, frustasi.
“Aku
bisa melepasnya jika kamu diam! Ini tidak enak dilihat dan menjijikan. Aku akan
membakarnya,” kata Yeon Seo sambil
menarik sayap Kim Dan.
Kim
Dan tidak tahan lagi. Dia mendorong Yeon Seo ke atas sofa, dan menahan kedua
tangannya. “Tidak enak dilihat? Hei, bagaimana kamu bisa mengatakan itu? Kamu
pernah melihat sayap yang sangat besar, cermelang, dan indah?” teriak Kim Dan.
“Apa
kamu bicara banmal (tidak sopan) padaku? Hey, sadarlah. Aku majikanmu,” balas
Yeon Seo dengan tajam.
“Kamu
tidak tahu apa- apa selain mempekerjakan, mengontrak, dan berteriak. Kamu
sangat bodoh dalam menilai keindahan. Sayap ini tidak layak disebut ‘tidak enak
dilihat’ oleh orang yang hatinya mati! Kaulah yang tidak enak dilihat!” jelas
Kim Dan, emosi.
Setelah
tersadar bahwa perkataannya terlalu berlebihan, maka Kim Dan pun melepaskan
Yeon Seo. Dan pergi meninggalkannya.
Kim
Dan tampak kecewa dan sedih. Dia menatap pantulan dirinya di kaca jendela.
“Benar. Malaikat, monster, atau orang cabul, semua sama di mata manusia,”
gumamnya pelan.
Hujan
diluar berhenti. Dan sayap Kim Dan pun menghilang. Melihat itu, Kim Dan pun
merasa heran serta lega. Kemudian tepat disaat itu, dia bertemu Kang Woo yang
masuk kedalam rumah.
Yeon
Seo memperhatikan satu bulu dari sayap Kim Dan yang terlepas dan jatuh
dilantai. Sayap putih itu tampak seperti ada darah. Dan dia melihat sayap itu
dengan kebingungan. Kemudian tiba- tiba saja, dia mendengar suara Kim Dan yang
berteriak memanggil namanya.
“Hei!
Telepon polisi!” kata Kim Dan menyuruh Yeon Seo. Sambil menahan Kang Woo di
lantai. Tapi Yeon Seo malah hanya berdiri diam saja di tempat, sehingga Kim Dan
pun merasa heran, “Hey! Cepat lapor polisi!”
“Apa
maksudmu?” protes Kang Woo. “Lee Yeon Seo, aku datang…” kata Kang Woo berusaha
menjelaskan. Tapi dengan kuat Kim Dan semakin mengunci tangannya, sehingga dia
pun mengeluh kesakitan.
“Katakan.
Siapa kamu?” tanya Yeon Seo dengan tegas. Dan Kang Woo memperkenalkan dirinya.
“Kamu Ji Kang Woo dari teater balet di New York?”
Diruang tamu. Yeon Seo memperhatikan kartu nama milik Kang Woo. Dan lalu ketika Kang Woo yang sedang melihat- lihat sekitar rumahnya bertanya, apakah dia tidak akan melaporkan kekacauan itu. Dengan tegas Yeon Seo menyuruhnya untuk pulang, karena dia bisa membereskan nya sendirian.
“Kalau
begitu biarkan aku. Jangan mencemari TKP,” kata Kang Woo. Dia mengeluarkan hape
nya untuk menghubungin polisi.
“Ji
Kang Woo- ssi. Ini rumahku. Aku punya otoritas penuh atas apa yang terjadi di
sini,” sela Yeon Seo dengan tegas. Meminta Kang Woo tidak melaporkannya.
Kang Woo merasa heran, dan bertanya apa yang sebenarnya Yeon Seo takutkan. Dan Yeon Seo membalas bahwa dia tidak takut, dia tidak bisa diganggu, hanya saja orang2 disekitarnya sangat ingin membicarakan dirinya. Lalu setelah mengatakan itu, Yeon Seo menyuruh Kang Woo untuk pergi.
“Biarkan
aku membantu mu.”
“Kumohon.
Pergi adalah cara kamu membantuku,” kata Yeon Seo dengan tegas. Tapi tampaknya
Kang Woo masih tidak menyerah.
Kim Dan datang, dan melemparkan kantong es pada Kang Woo. “Apa kamu tidak bisa mendengar? Dia ingin kamu pergi.”
“Jika
kamu salah, kamu harus minta maaf, kan?” balas Kang Woo sambil memakai kantong
es tersebut untuk mengompres tangannya.
Dengan acuh, Kim Dan membalas bahwa itu salah Kang Woo, karena berdiri didekat pintu dan tampak sangat mencurigakan. Tidak terima, Kang Woo pun berbicara dengan suara keras, dia mengatakan bahwa Kim Dan tetap saja tidak seharusnya menyerang seperti itu.
Namun
Kim Dan tetap tidak merasa bahwa dirinya bersalah. Dan Kang Woo pun merasa
semakin kesal, tapi karena sadar kalau Yeon Seo ada didekat mereka, maka dia
pun berusaha untuk tetap tenang.
“Apa
kamu bersamanya, saat jendelanya pecah?” tanya Kang Woo. Dan Yeon Seo menjawab
tidak. Lalu Kang Woo pun menuduh Kim Dan. “Untuk memecahkan jendela itu, kamu
harus keluar di taman. Itu bukan perbuatan orang luar,” jelasnya pada Yeon seo.
Mendengar bahwa itu masuk akal, Yeon Seo pun menatap curiga pada Kim Dan. “Kamu diluar sana, kan?” tanyanya. Dan Kim Dan menatap tidak percaya, karena Yeon Seo ikut menuduhnya.
“Menurutmu,
siapa yang paling mencurigakan?” tanya Kang Woo dengan tajam. Lalu dia
mengembalikan kantong es yang Kim Dan berikan.
Kim
Dan tertawa, karena Kang Woo begitu berani menuduhnya, dia menebak bahwa Kang
Woo pasti merasa kesal atas apa yang terjadi. Jadi Kim Dan pun menantang Kang
Woo untuk melawannya sekarang. Dan dengan kesal, Kang Woo pun ingin maju. Tapi
Yeon Seo menghentikannya.
“Jangan buat aku mengulanginnya lagi. Pergilah. Dan aku memperingatkanmu, kamu sebaiknya tidak mengoceh soal apa yang terjadi pada orang2 di Fantasia,” kata Yeon Seo dengan tegas pada Kang Woo.
Dengan bangga, Kim Dan mengulurkan lengannya pada Yeon Seo. Dan memberikan tatapan mengejek kepada Kang Woo. Tapi Yeon Seo malah menepis lengannya, “Sudahlah. Kamu berisik,” kata Yeon Seo, lalu dia berjalan pergi sendirian menggunakan tongkatnya.
“Aku
tahu,” balas Kang Woo dengan ketus. Lalu dia pergi. Dan dengan kesal, Kim Dan
mau melemparkan kantong es ditangannya, tapi dia tidak jadi melakukan itu.
Yeon
Seo berbaring di atas tempat tidur, dan memejam kan matanya dengan erat. Dia
mengingat pertanyaan Kang Woo barusan, ‘Apa
yang kamu takutkan?’. Dan Yeon Seo teringat kejadian saat lampu mau jatuh
mengenai matanya.
Setelah
itu, Yeon Seo mengingat saat Kim Dan datang dan menyelamatkannya, bahkan
menginjak pecahan kaca lampu sambil mengendong nya. “Apa dia beraliran sesat?
Dia cabul juga sinting,” gumamnya.
Kim Dan mencabut semua pecahan kaca kecil yang menancap di telapak kakinya. Dan ketika dia telah selesai mencabut semua pecahan kaca tersebut, tiba- tiba saja secara ajaib semua lukanya sembuh begitu saja. Melihat itu, Kim Dan sedikit merasa heran.
Yeon Seo merasa tidak tenang, dia bangun dan mengambil kotak P3K didalam laci meja nya. Lalu dia berniat pergi menemui Kim Dan. Tapi ketika baru saja dia membuka pintu, ternyata Kim Dan sudah berada di hadapannya dan mau mengetuk pintu kamarnya. Melihat itu Yeon Seo merasa terkejut. Begitu juga dengan Kim Dan.
“Kenapa
kamu berdiri disini?” tanya Yeon Seo.
“Kenapa
kamu keluar?” balas Kim Dan.
“Siapa?
Aku? Tidak,” sangkal Yeon Seo dengan cepat.
Kim Dan kemudian teringat tentang bagaimana Yeon Seo memukuli Kang Woo menggunakan tongkat. Dan lalu dia menghela nafas, “Kenapa manusia berbohong? ‘Aku takut’, ‘Aku gugup’, ‘Aku membutuhkanmu’. Bilang seperti itu bukan sesuatu yang haram,”kata Kim Dan mengomentari Yeon Seo. Lalu dia menaruh teh yang dibawanya ke tangan Yeon Seo.
Yeon Seo menerima teh itu, lalu dia langsung menutup pintu kamarnya. Dan berdiam diri didekat pintu.
“Aku
akan ada disini sampai pagi. Untuk berjaga,” kata Kim Dan memberitahu. Sambil
menantikan balasan Yeon Seo.
“Jangan
bereaksi berlebihan,” balas Yeon Seo dengan nada ketus. Dan Kim Dan tersenyum,
karena dia sudah menebaknya.
Yeon Seo kemudian membuka pintu kamar, dan memberikan obat untuk Kim Dan. “Pakailah. Jangan lambat karena lukamu,” jelasnya. Lalu setelah Kim Dan mengambil obat itu, dia langsung menutup pintu kamarnya lagi.
Diatas tempat tidur. Yeon Seo duduk dan meminum tehnya. Sesudah itu, dia menatap ke arah pintu kamarnya.
Didepan kamar. Kim Dan bersandar di dekat pintu, dan memakai salep obat yang diberikan oleh Yeon Seo pada kaki nya yang sudah sembuh. Lalu dia tersenyum, karena ternyata Yeon Seo bisa baik juga padanya.
Kang
Woo berhenti disuatu tempat, lalu dia mengirimkan pesan kepada seseorang. Aku ingin beberapa infromasi tentang
sekretaris barunya. Sejarah masa lalunya, sekarang, dan pekerjaannya. Semuanya.
“Apa
yang terjadi di rumah itu?” gumam Kang Woo, masih merasa penasaran.
Tags:
Angels Last Mission Love