Sinopsis
Korean Drama : Beautiful World Episode 16 END – 2
Images
by : jTBC
Joon Ha berada
di rumah sakit. Di depan pintu kamar rawat Sun Ho, dia melihat Ki Chan. Tetapi,
Ki Chan tidak masuk dan berbalik pergi.
“Kenapa? Kau
mau pergi begitu saja? Jika kau kemari untuk meminta maaf, minta maaflah sebelum
pergi,” ujar Joon Ha.
Ki Chan
terus menundukkan kepala. “Tolong katakan pada Sun Ho, aku benar-benar minta
maaf padanya.”
“Kenapa
harus aku? Permintaan maaf baru di hitung kalau di lakukan sendiri.”
Pada akhirnya,
Joon Ha membawa Ki Chan masuk ke dalam kamar rawat Sun Ho, dan meninggalkan
mereka berdua di dalam. Ki Chan masih terus dan teurs menundukkan kepala, malu.
Dia mendekat ke arah Sun Ho dan menyuruh Sun Ho memukulnya. Pukuli dia dengan
keras hingga Sun Ho menjadi lebih baik. Pukuli dia sebanyak apapun.
“Nanti,”
ujar Sun Ho. “Aku masih belum punya tenaga sekarang.”
Ki Chan
terdiam dan tiba-tiba Sun Ho menyuruhnya untuk membuka kulkas.
“Di dalam
sana ada ice cream yang kau sukai. Sisakan satu tapi. Soo Ho mau satu,” ujar
Sun Ho.
Mendengar perkataan
Sun Ho, membuat Ki Chan akhirnya menangis histeris. “Aku akan datang lagi,”
ujarnya dan lari keluar.
Sun Ho
terkejut dan berteriak memanggilnya, tapi Ki Chan sudah lari pergi dari rumah
sakit.
--
Young Chul
membantu Seok Hee di mini market. Seok Hee menghampirinya dan bertanya, kapan dia
akan menjenguk Sun Ho? Apa Young Chul masih belum punya keberanian?
“Aku rasa
Sun Ho tidak ingin bertemu denganku.”
“Mungkin
benar. Ibu juga tidak ingin bertemu jika jadi dia,” ujar Seok Hee. “Tapi… kau
masih tetap harus meminta maaf pada Sun Ho walaupun Sun Ho mau atau tidak
melihatmu. Kau harus terus mencoba meminta maaf padanya hingga dia merasa lebih
baik. Mengerti?”
Young Chul
mengangguk.
--
Ibu Sung Jae
dan Ki Chan menemui In Ha lagi. Dan mereka berpura-pura peduli pada Sun Ho yang
telah sadar. Setelah berbasa-basi sejenak, mereka meminta agar In Ha tidak
mengajukan tuntutan lagi ke Komite Kekerasan Sekolah.
“Aku tidak
pernah meminta mengumpulkan Komite Kekerasan Sekolah.”
“Lalu, kau
ingin melupakan semuanya saja?” senang ibu Sung Jae.
“Segalanya
terlalu sibuk, jadi aku tidak berpikir sejauh itu. Tapi, setelah mendengar apa
yang kalian katakan, aku rasa aku harus mengumpulkan Komite Kekerasan Sekolah.”
Ibu Sung Jae
dan Ibu Ki Chan jadi panik dan memuji-muji In Ha agar menolong mereka dan tidak
melakukan hal itu.
--
Reporter Choi
meribut di kantor polisi karena kan sudah ada saksi, kenapa masih belum bisa
menangkap Oh Jin Pyo? Det. Kim berkata kalau mereka terus berkata kalau mereka
kekurangan bukti.
Saat itu,
det. Park mendapat pesan di ponselnya. Foto Jin Pyo bertemu dengan Heung Gil
dan juga rekaman pembicaraan Deuk Cheol dan Jin Pyo hari itu. Mengenai tabrak
lari Dae Gil.
Deuk Cheol
menelpon det. Park. Det. Park jelas kaget karena Deuk Cheol berani sekali
menelponnya yang seorang detektif dan juga ingin menangkapnya.
“Det. Shin
benar-benar menyanyangi putranya. Jadi, aku merasa bersalah padanya. Aku tidak
percaya kalau Oh Jin Pyo membunuhnya. Dia sangat kejam.”
“Kita harus
bertemu.”
“Aku rasa
sebaiknya tidak. semoga berhasil melenyapkan sampah itu ya,” ujar Deuk Cheol
dan mematikan telepon.
Det. Park segera
memberikan nomor telepon Deuk Cheol tadi pada det. Kim dan menyuruhnya untuk
segera melacaknya. Yang mereka tidak tahu, Deuk Cheol langsung membuang
ponselnya yang di gunakan untuk menelpon det. Park.
--
Sang Bok
bersama Kang Ho menghadap Jin Pyo. Dia memberitahu kalau banyak petisi online
dan juga koment negatif untuk sekolah mereka di page sekolah juga. Jin Pyo
masih terus bersikap tenang. Sang Bok menjelaskan kalau masalahnya semakin
besar.
Kang Ho
tidak bisa diam lagi. Dia baru mulai bicara, tapi det. Park dan anggotanya
sudah menerobos masuk. Mereka membawa surat penangkapan untuk Jin Pyo karena
sudah melakukan pembunuhan terencana pada Shin Dae Gil dan juga pelecehan seksual
anak di bawah umur.
Sang Bok dan
Kang Ho terkejut. Apalagi, Jin Pyo langsung di bawa ke kantor polisi.
--
Di ruang guru,
Jin Woo
mengeluarkan surat berhenti yang telah di siapkannya dan memberikannya pada
Sang Bok. Dia akan berhenti setelah akhir semester ini berakhir. Kang Ho kaget
dengan keputusan Jin Woo dan memarahinya, tapi Jin Woo sudah memutuskan. Nn. Ham
juga berusaha membujuknya, tapi Jin Woo keluar dari ruang guru dan pergi ke
kelas.
Sang Bok hanya
diam melihat surat itu, seolah telah kehilangan akal.
--
Eun Joo
mencoba membuka brangkas Jin Pyo lagi. Dia sudah mencoba ulang tahun Joon Seok
tapi tidak bisa. Password brangkas itu adalah kode ulang tahun sekolah. di
dalam brangkas, ada sebuah ponsel dan juga buku diary yang Sun Ho yang selama
ini di cari-cari.
--
Jin Pyo di
interogasi tapi dia masih terus menyangkal perbuatannya walaupun sudah ada
bukti jelas. Tapi, mereka sudah mendapatkan surat penangkapan. Mereka memiliki
bukti lain selain yang di berikan oleh Deuk Cheol.
Eun Joo memberikan
kepada det. Park kotak yang berisi ponsel dan 3 buah flashdisk yang dia temukan
dari brangkas Jin Pyo. Dengan itu, Jin Pyo tidak akan bisa mengelak lagi.
“Istriku
yang membawakan ini pada kalian?” shock Jin Pyo.
Ponsel itu
berisi video Jin Pyo menculik putra Dae Gil dan mengancamnya. Flashdisk pertama
berisi penggelapan dana sekolah dan yayasan. Flashdisk kedua juga demikian. Flasdisk
ketiga berisi perbuatannya pada Da Hee, untuk mengancam Da Hee.
“Bahkan jika
kau menyewa pengacara termahal sekalipun, hidupmu sudah berakhir sekarang.”
“Kita lihat
saja nanti.”
--
Eun Joo menemui
In Ha. Eun Joo bertanya keadaan Sun Ho. Dia senang karena Sun Ho sudah membaik.
“In Ha. Joon Seok dan aku akan pindah ke desa setelah
semuanya selesai.”
“Kemana?”
“Aku mencari
SMA yang dapat Joon Seok masuki. Sejujurnya, aku ingin membawa Joon Seok keluar
negeri, tapi Joon Seok merasa itu seperti kabur, jadi dia tidak mau. Aku
mencoba mencari SMA kecil. Sejujurnya, aku tidak percaya diri. Aku takut pada
perubahan lingkungan yang mendadak. Joon Seok sudah lebih baik sekarang. Tapi,
aku takut dia akan kolaps suatu saat. Ketika itu terjadi, aku tidak tahu kalau
aku bisa menolongnya. Aku tidak yakin. Aku orang yang mendorong Joon Seok
hingga ke ujung jurang. Aku terkadang membayangkan, jika kau ada di posisiku,
apa yang akan kau lakukan? Jika kau adalah aku, kau tidak akan melakukan hal
yang ku lakukan.”
“Aku tidak dapat
menjamin hal itu. Bagaimana bisa aku menjamin hal seperti itu? Tapi, itu bukan
berarti aku bisa mengerti atau memaafkanmu. Aku masih butuh waktu.”
“Aku tahu.”
“Dan juga,
aku juga tidak percaya diri. Berapa banyak orang tua yang dapat menjamin diri
mereka mengenai masalah anak-anak? Tapi, kau harus menggapai anakmu duluan. Ketika
anakmu berdiri di ujung jurang, tangan terhangat yang dapat meraih mereka
adalah orang tua mereka. Itu yang membuat orang tua kuat. Lupakan saat kau
mencapainya dengan tangan yang salah. Kali ini, raih dan dekap Joon Seok dengan
kehangatan dan tangan yang kuat. Lalu, Joon Seok akan mendekap mu juga. Anak-anak
terkadang jauh lebih dewasa daripada yang kita pikirkan. Aku harus pergi
sekarang. Ini waktunya bagi Sun Ho untuk rehabilitasi.”
Sebelum In
Ha pergi, Eun Joo memberikan buku diary Sun Ho yang selama ini menghilang. Dia memberitahu
kalau buku ini berada di brangkas suaminya. Dia seharusnya memberikannya pada
polisi, tapi dia tidak memberikannya. Buku ini juga tidak akan berguna untuk
penyelidikan. Jadi, dia mengembalikan buku itu pada Sun Ho.
“Sun Ho anak
yang sangat baik. Dia mirip sepertimu dan Moo Jin.”
“Apa kau
mungkin membaca buku ini?”
Eun Joo
tersenyum.
--
Moo Jin mencoba
mengirim pesan pada Joon Seok. Dia menanyakan keadaan Joon Seok, dan juga
memberitahu kondisi Sun Ho. Dia bertanya apa Joon Seok sudah membaca buku yang
dia kirimkan? Dia ingin mendengar pendapat Joon Seok. Tapi, ini adalah rahasia.
Yang mengirim buku itu pada Joon Seok adalah Sun Ho.
Buku yang di
maksud adalah : Le Petit Prince dan The Catcher in the Rye.
--
In Ha mengembalikan
buku itu pada Sun Ho. Moo Jin bertanya apa itu buku diary Sun Ho yang hilang?
Sun Ho memberitahu kalau itu bukan diary. In Ha sudah salah selama ini. itu
adalah buku puisi. Sun Ho menulis kembali puisi favoritnya di buku itu.
“Ibu
membacanya sepintas lalu. Dan kamu menulis puisi yang sama beberapa kali. Apakah
itu puisi favoritmu?” tanya In Ha.
--
Sang Bok
menerima surat dari yayasan. Dia di berhentikan sebagai wakil kepala sekolah. Kang
Ho dan Nn. Ham jelas kaget.
Myung Sun
kembali ke sekolah. Dia mengembalikan surat resign Jin Woo. Belum saatnya bagi
Jin Woo untuk berhenti, masih banyak murid yang membutuhkan Jin Woo.
--
Joon Seok
menemui Dong Soo. Dia datang untuk mengucapkan selamat tinggal. Dia akan
pindah. Tapi, kalau dia datang ke Seoul, dia akan mampir untuk menemui Dong
Soo. Dia akan pindah ke desa.
“Kau sudah
lebih baik? Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi segalanya akan menjadi lebih
baik jika kau bisa melewatinya,” nasehat Dong Soo.
“Dapatkah kau
memberiku nomor ponselmu?” pinta Joon Seok. Dan Dong Soo memberikannya.
Saat Joon
Seok sudah pergi, Dong Soo penasaran dengan nama Joon Seok.
“Namaku Han
Dong Soo. Siapa namamu?”
“Oh Joon
Seok.”
Mendengar nama
Joon Seok, tidak asing bagi Dong Soo. “Hey, Joon Seok. Sun Ho akan segera
keluar rumah sakit.”
Joon Seok
kaget, karena Dong Soo ternyata mengenal Sun Ho.
--
Eun Joo
mengunjungi Jin Pyo di penjara. Dan Jin Pyo masih yakin kalau dia akan segera
bebas. Eun Joo memberitahu kalau dia sudah memasukkan surat cerai.
“Aku masih
belum hancur. Kau kira, kau benar-benar mengira hal ini akan membuatku
terjatuh?”
“Kau sudah
hancur dari dulu.”
“Kau kira
kau tidak melakukan kesalahan apapun? aku orang yang melindungimu.”
“Aku akan
menggunakan sisa hidupku untuk merenungkan kesalahanku,” jawab Eun Joo. “Seragam
itu, sangat sesuai untukmu.”
--
In Ha
melihat baju seragam Sun Ho yang tergantung di kamar. Dia mencuci seragam itu
dengan bersih.
--
Joon Seok
datang ke rumah sakit, tapi tidak berani maju. Moo Jin melihatnya, dan menyuruh
Joon Seok untuk masuk.
Di dalam,
Joon Seok bicara berdua dengan Sun Ho. Joon Seok lega karena Sun Ho sudah
sehat. Dia sudah membaca semua buku yang Sun Ho kirimkan padanya. Dia minta
maaf.
“Joon Seok. Puisi
di halaman terakhir adalah puisi favoritku.”
“Kau
memberikan ini padaku?”
“Aku
meminjamkannya padamu. Kembalikan padaku setelah kau selesai membacanya.”
“Baik.”
“Kau harus
mengembalikannya.”
“Ya.”
--
Joon Ha
keluar dari toko. Memandang ke langit. Melihat matahari yang bersinar terang.
--
Soo Ho dan
Sun Ho akan berangkat sekolah bersama. Sun Ho sudah bisa berjalan, tapi tidak
bisa terlalu cepat. Moo Jin akan mengantar, tapi Sun Ho menolak. Dokter bilang
kalau dia harus sering berjalan agar cepat pulih.
“Sun Ho, aku
akan menunggumu pulang,” ujar In Ha.
“Em.”
In Ha dan Moo
JIn tersenyum senang melihat kedua anak mereka.
--
Joon Seok membaca
puisi di halaman terakhir buku jurnal puisi yang Sun Ho berikan padanya.
Puisi : Become
a Person Who Produces Hope (Menjadi Orang yang Menghasilkan Harapan) – oleh
: Jeong Ho Seung.
Pada saat semua orang di dunia
tertidur,
dan bahkan ketika mimpi tertidur
dalam kegelapan,
menjadi seseorang yang berjalan
saat dia mengikuti bintang-bintang ...
bukannya takut pada fajar yang
telah naik di atas.
Menjadi seseorang yang
menghasilkan harapan.
Saat malam musim dingin semakin
gelap malam ini ...
dengan tidak ada cara untuk
kembali karena salju yang turun.
Di ruangan gelap dengan lilin
yang berkedip yang akan padam ...
dekat tempat kerja di mana
pekerjaanmu untuk hari itu selesai,
menjadi orang yang suka
kesedihan.
Menjadi seseorang yang
menghasilkan harapan.
Di dunia keputusasaan di mana
keputusasaan tidak ada ...
Di dunia kesedihan di mana
kesedihan tidak ada ...
Jika kau menjalani hidupmu dengan
cinta, salju musim semi akan jatuh.
Temui orang yang kau harapkan di
salju.
Temui orang yang kau rindukan di
salju.
Serukan dengan keras saat kau
merangkul orang itu dan tersenyum.
Seruan keras saat kamu menggosok
pipi dan menangis.
Menjadi seseorang yang berjalan
saat dia mengikuti bintang-bintang.
Menjadi seseorang yang
menghasilkan harapan.
Mereka yang berjalan di sepanjang
ladang jelai tertutup salju musim semi ...
Berlari kepadaku ...
dan isi hatimu dengan mimpi.
Isi hatimu dengan mimpi.
-END-
--
Beautiful World, terimakasih telah membaca
sinopsisnya di sini 😊
Semoga
banyak pelajaran yang dapat kita petik dari drama ini. Walau masih banyak hal
yang mungkin kurang, tapi semoga kita dapat menikmati drama ini.
Beautiful
World. Dunia yang Indah.
Dunia sekarang ini semakin mengerikan. Semakin
kita bertumbuh, semakin kita di hadapkan akan kenyataan keras-nya hidup. Namun,
jangan menyerah! Jangan berputus asa! Percaya bahwa di tengah hancurnya dunia, pasti
ada secercah harapan untuk kita. Dunia boleh saja hancur, tapi tidak dengan
diri kita. Kita tidak boleh menjadi hancur bersama dunia ini, sebaliknya,
ubahlah dunia ini. Dengan cara yang indah 😊
Untuk kalian yang mungkin terbully di luar
sana, jangan menyerah. Menulis ini, membuatku teringat akan drama Korea School
2015 : Who Are You dan movie Jepang yang pernah ku tulis di blog ini juga :
Demon Covered in Scars. Tidak banyak
yang bisa ku katakan, tapi ingat akan karma yang akan berlaku. Mungkin tidak
sekarang, tapi pasti akan ada saatnya.
Jadilah manusia yang menjadi harapan bagi orang lain,
bagi dunia ini.
“If you can learn to love yourself
and all the flaws, you can love other people so much better. And that makes you
so happy” – Kristin Chenoweth
(Jika
kau dapat belajar mencintai diri sendiri dan semua kekuranganmu, kau bisa
mencintai orang lain dengan lebih baik. Dan itu akan membuatmu sangat bahagia)
Tags:
Beautiful World
terima kasih sudah nulis sinopsisnya kak.
ReplyDeletesuka sekali :)
Makasih banget kak udh nulis sinopsisnya. Semoga sukses terus kak :)
ReplyDeleteTerima kasih atas sinopsisnya💕💕
ReplyDeleteDitunggu karya selanjutnya 😘😘
terimakasih sinopsisnya😍👍🏻
ReplyDeleteThank you buat sinopsisnya! Cara menuliskan sinopsisnya menarik sekali, like read a novel ❤️
ReplyDelete