Krong Karm Episode 5 – part 2
Network : Channel 3
Pagi
hari. Philai berbelanja di pasar. Dan ketika disana, dia melihat Renu yang
sedang berjualan dia dengan sengaja menghampirinya. Dan dengan sikap sombong,
dia membeli 4 pack kue, dan meminta 1 pack free. Kemudian setelah itu, dia
mengatakan bahwa dia sama sekali tidak memiliki uang kecil, yang ada hanya uang
besar.
Dengan
sabar, Renu membalas bahwa Philai bisa pergi berbelanja terlebih dahulu, lalu
kembali dan membayarnya. Tapi Philai tidak mau. “Ini ambil kembaliannya,” kata
Philai sambil membuang uang besar miliknya kepada Renu. Lalu dia pergi.
Dengan
kesal, Renu menatap Philai. Namun dia berusaha untuk tetap bersabar.
Sesampainya
dirumah. Philai mengeluh kepada Atong yang sedang mencuci pakaian, dia menyuruh
Atong untuk mempekerjakan seorang pembantu saja, jangan pelit menghabiskan
uang. Dan Atong membalas bahwa saat ini Boonplook sedang membantunya mencari.
Tapi belum ketemu.
Atong
kemudian menanyakan, apakah yang akan Philai masak. Dan Philai membalas bahwa
semua bahan makanan yang dibeli nya ini akan dibawanya ke toko, sehingga Yoi
bisa sekaligus memasak untuk mereka.
“Hah!”
kata Atong, terkejut.
“Mengapa?
Mengapa kamu harus masak sendiri? Itu hanya menghabiskan waktu. Lagian kan kita
harus pergi ke toko Mama juga,” balas Philai dengan nada keras. Dan Atong hanya
bisa diam sambil melanjutkan menjemur pakaian.
Ditengah
jalan. Renu berpapasan dengan Asa. Renu menanyakan kemana Asa akan pergi, dan
Asa pun menjelaskan bahwa dia mau membeli minum untuk Ayah dan Ibu, lalu pergi
ke kantor pos untuk mengirim surat dari Yoi untuk Chai.
Mendengar
itu, Renu menjelaskan bahwa dia juga mau mengirimkan surat untuk Chai, jadi Asa
bisa menitipkan surat itu padanya, biar sekalian dikirimkan. Dengan senang
hati, Asa pun menyerahkan surat itu kepada Renu, kemudian dia memberikan uang
untuk membeli perangko. Tapi Renu tidak mau menerima uang itu.
“Terima
kasih ya, Sor. Semoga jualannya cepat laris,” kata Asa.
“Terima
kasih. Sampai jumpa,” balas Renu. Lalu dia pergi.
Renu
masuk ke gang kecil yang sepi. Disana dia membuka surat milik Yoi yang mau
dikirimkan kepada Chai. Dan dia membaca surat itu.
Achai! Cobalah untuk mengambil cuti
pulang ke rumah selama beberapa hari. Ma punya hal penting yang ingin di
bicarakan denganmu. Ma tidak bisa memberitahukannya melalui surat ini. Jadi
segeralah kembali secepat yang kamu bisa. ~Ma~
Selesai
membaca surat tersebut, Renu langsung merobek- robek surat itu. Lalu dia membuangnya
begitu saja di tanah.
Di
toko. Philai memberikan kue yang dibelinya dari Renu kepada Yoi. Dan melihat
kue- kue tersebut, Yoi langsung mengetahui bahwa itu adalah kue buatan Renu.
Dengan marah Yoi langsung menyuruh Philai untuk menyingkirkan kue itu jauh-
jauh darinya. Dan Philai pun langsung memindahkan kue itu ke meja.
Asi
mendekati Yoi dan bersikap manja kepadanya. Asi menjelaskan bahwa dia akan
kembali ke Pak Nam Pho sekarang, tapi uang sakunya sudah habis, jadi karena itu
dia mau meminta uang tambahan dari Yoi. Namun Yoi tidak mau memberikannya,
karena selama disini Asi sama sekali tidak ada membantunya dan malah sibuk
keluyuran.
Asi
kebingungan harus melakukan apa. Kemudian dia pun mengatakan bahwa dia berjanji
akan belajar dengan giat, dan tidak akan keluyuran kemanapun lagi. Lalu dengan
manja dia pun memeluk Yoi.
“Hey!
Bangunan di Pak Nam Pho. Aku berniat membeli nya untukmu, supaya kamu bisa
mengaturnya di masa depan. Aku bisa mengubah pikiran ku setiap waktu. Jika kamu
masih terus seperti ini,” ancam Yoi.
“Aku
janji, Ma,” balas Asi sambil tersenyum lebar.
Yoi
kemudian menanyai mengenai Wanna, adik Renu. Dan Asi menjelaskan bahwa Wanna
dan dirinya hanyalah teman biasa saja, dan dia meminta agar Yoi mempercayainya.
Tapi Yoi tidak mermpercayai gadis
manapun sama sekali.
“Tolonglah,
Ma,” rengek Asi, manja.
Yoi
mengambil uang, lalu melambaikannya di depan Asi. “Jika dia menggoda kamu. Kamu
tidak boleh menunjukan perhatian padanya.”
“Aku
mengerti, ma. Kamu adalah yang terbaik,” balas Asi, manja. “Tapi ini tidak
termaksud biaya bus, kan?” tanyanya sambil menatap uang ditangan Yoi. Dan Atong
tersenyum mendengar itu.
Yoi
kemudian memberikan uang tambahan kepada Asi. Dan Asi pun mencium pipi Yoi, dan
mengucapkan banyak terima kasih, lalu dia pergi.
Philai
yang mendengar itu tampak merasa tertarik.
Pagi
hari. Karn menanyakan kepada Ibu dimana kain sarungnya. Dan Ibu menjawab bahwa
dia tidak tahu. Lalu Karn pun mengatakan bahwa dia mengira kalau Ibunya yang
mencuci kain sarungnya dan menjemurkan untuknya.
Pagi
hari. Kamnan menemukan kain sarung tidak di kenal di dekat tangga masuk ke
rumahnya. Dan melihat itu dengan emosi, dia pun menanyakan kain sarung siapa
itu kepada Ram, karena itu bukanlah kain sarung miliknya.
Ram
pun menjelaskan bahwa dia tidak tahu punya siapa itu. Kamnan dengan curiga
kemudian menanyakan apakah semalam Piangpern ada keluar dari dalam kamar. Dan
Ram pun mengiyakan, lalu dia menjelaskan bahwa dia ada menemanin Piangpern
keluar dari dalam kamar menuju ke kamar mandi.
“Apa
kamu mencurigai sesuatu?” tanya Somporn. Melihat wajah emosi suaminya.
Kamnan
melemparkan kain sarung tersebut ke wajah Piangpern, dan memarahinya. Lalu dia
pergi masuk ke dalam rumah.
“Mengapa
kamu tidak berpikir dengan baik sebelum melakukan apapun?” tanya Somporn kepada
Piangpern.
“Tidakkah
kamu mengerti apa itu cinta?” balas Piangpern.
“Tapi
Karn itu tidak cocok denganmu, sayang,” balas Somporn.
“Karn
itu pemabuk, pembuat kegaduhan, dan suka bermain wanita,” tambah Ram.
“Tidak
peduli apa dia, aku masih mencintainya,” kata Piangpern dengan tegas.
Kamnan
keluar dari dalam rumah sambil membawa senapan. Melihat itu Somporn dan Ram pun
langsung menahannya. Dan dengan emosi Kamnan mengatakan bahwa dia tidak tahan
Karn berada di dunia yang sama dengannya lagi.
“Ayah!
Jika kamu menyakitinya. Aku akan mati untuknya juga. Jika kamu tidak percaya,
tunggu dan lihat saja,” kata Piangpern, menghalangin Ayahnya.
Kamnan
ingin memukul Piangpern, tapi Somporn dan Ram menahannya. Lalu karena Piangpern
menatap nya dengan penuh tekad dan keyakinan. Maka Kamnan pun tidak bisa
melakukan apapun. Dan dengan emosi, dia pun menembak ke udara untuk melepaskan
emosinya.
Sri
menceritakan kepada orang- orang di pasar bahwa Yoi adalah pemilik toko
terbesar di Chum Saeng, dan menurutnya Piangpern sangat cocok bila dijodohkan
dengan anak Yoi. Dan Kamnan juga setuju dengan nya.
Lalu
Sri memberitahu bahwa Piangpern juga tampak terpesona dengan anak Yoi, bahkan
Piangpern sampai tidak berkedip menatapnya. Dan Piangpern dengan anak Yoi
berbicara dengan riang saat itu.
Ketika
mendengar itu, Karn mendekati Sri dan menatapnya dengan tajam. “Jika kamu
pikir, kamu orang dewasa dan bisa mengatakan apapun yang kamu inginkan. Bibi
Sri harus berhati-hati, suatu hari kamu akan tidak di hargai.”
Dengan
kesal dan sedikit perasaan takut, Sri memegang pisau dengan erat. Tapi tidak
bisa melakukan apapun pada Karn.
Di
kebun. Karn bekerja membersihkan daun- daunan kering. Dan ketika pemilik kebun
datang, yaitu Jook, dia meminta bayarannya siang nanti karena dia mau
membelikan obat untuk Ibunya. Dan Jook pun mengiyakan. Lalu dengan senang, Karn
kembali melanjutkan pekerjaannya.
Selesai
bekerja, Karn menemui temannya (Wang), dan meminjam sepedanya. Karena dia mau
pergi ke Chum Saeng untuk membelikan obat Ibunya. Dan dengan cemas, Wang
bertanya apakah Karn yakin mau pergi jam segini, karena takutnya keburu gelap
saat pulang nanti. Dan Karn pun menjawab iya, karena itulah dia buru- buru
sekarang.
“Baiklah.
Bawa dan kembalikan padaku nanti ya,” kata Wang, mengizinkan.
“Terima
kasih. Aku menitipkan pisau besar ku padamu ya,” balas Karn, menitipkan
barangnya, lalu dia pergi menaiki sepeda Wang.
Asa
pergi ke toko foto, disana dia mencuci film- film negatif miliknya. Dan ketika
tanpa sengaja, dia melihat foto- foto milik Jantra, dia merasa tertarik.
Kemudian
tepat disaat itu, Jantra datang. Jantra menanyakan kepada pemilik, apakah
fotonya sudah siap atau belum. Dan si pemilik pun mengambilkannya.
“Bisakah
aku memiliki satu foto?” tanya Asa mengambil foto Jantra.
“Kembalikan
padaku!” kata Jantra, mau merebut fotonya. Ketika dia melihat Asa mengambil
foto dirinya. Namun Asa mengelak, dan tidak mau mengembalikannya.
Setelah
mengambil barang miliknya, Jantra menghampiri Asa yang sudah mau pergi, dan dia
meminta fotonya di kembalikan kepadanya. Tapi Asa tidak mau, dan memasukan foto
itu ke dalam dompetnya.
“Jangan
buat masalah. Aku mohon,” pinta Jantra.
“Ah…
ah… aku akan kembalikan. Tapi ada satu syarat,” balas Asa sambil tersenyum.
Saat
pulang dari pasar, Yoi tampak sengaja melihat Asa yang sedang membonceng Jantra
di jembatan. Dan melihat itu, Yoi merasa marah. “Asa, kamu juga?”
Tags:
Krong Karm