Sinopsis
C-Drama : Hello, Debate Opponent Episode 02-1
Images by : Mango TV
Prolog
Bai Yu mengangkat telepon dari
ibunya. Ibunya kesal karena Bai Yu susah sekali di telepon dan akhirnya
mengancam akan memutuskan semua dukungan finansial kalau Bai Yu terus seperti
ini. Bai Yu tidak takut dengan ancaman itu, dia kan masih bisa kerja paruh
waktu.
“Sudahlah. Mengenai ayahmu yang
ingin kau pindah ke sekolah hukum, bagaimana? Kau sudah memikirkannya?”
“Aku bisa memutuskan sendiri.”
“Ya, benar, kau sudah dewasa. Kau
bahkan tidak ingin kami mengantarmu ke sekolah. Kau bahkan tidak ingin kami
mengganti jurusanmu. Kenapa? Kau takut kami mencelakaimu? Kau sudah cukup besar
untuk bertanggung jawab untuk dirim sendiri dan keluarga. Benar kan?”
“Iya lah, ma. Sudah ya, aku
sibuk. Para mahasiswi sudah berbaris untuk dapat makan malam denganku.”
“Ya. Sudahlah.”
Selesai teleponan, muka Bai Yu
terlihat muram.
Episode
02
Topik
debat adalah mengenai : Orang tua yang
mengantar anaknya di hari pertama masuk universitas (biasanya lebih yang
sekolah asrama).
Pihak
Xiao Xi menjelaskan kalau orang tua mengantar anaknya untuk ke kampus pada hari
pertama adalah bentuk perlindungan dan juga perpisahan. Di sisi lain, agar
mereka yakin kalau anaknya baik-baik saja dalam perjalanan. Dan juga di
masyarakat, hal orang tua mengantar anak ke kampus di hari pertama adalah
bentuk dari berakhirnya tugas terakhir menjadi orang tua. Karena itu, mereka
setuju dengan orang tua yang menemani anak ke kampus (ini yang menjelaskan
adalah pendebat pertama sambil membaca apa yang tertulis di kertas).
Dan
sekarang adalah gilirannya Bai Yu. Menurut Bai Yu, orang tua tidak perlu
menemani/mengantar anak mereka ke kampus di hari pertama, karena tidak ada
hukum mengenai hal itu. Sekian!
Moderator
berkata kalau sekarang adalah sesi adu debat. Di mulai dari tim Xiao Xi.
“Mengantarkan anak adalah cara menunjukkan cinta dari orang
tua,”
ujar Sun Qing.
“Apa kau tidak merasa itu memalukan? Orang tua mu datang ke asrama
dan membuatmu terlihat seperti putri yang bodoh, yang menunjukkan kau tidak
bisa melakukan apapun. Dan itu menyebalkan, bukan?” balas Bai Yu.
“Benar!” jawab Sun Qing tanpa sadar. “Tidak benar,” ubahnya begitu tersadar. “Karena kita berbagi kebahagiaan masuk universitas
bersama mereka.”
“Apa kau benar-benar bahagia? Itu harusnya menjadi awal dari
kebebasan, tapi sekarang kau di atur oleh orang tuamu. Mereka bilang mengenai
berbagi kebahagiaan, ketika mereka tidak memberikan sedikitpun kepercayaan
padamu. Mereka bicara soal menyanyangimu, ketika mereka berpikir kalau kau
tidak bisa melakukan apapun sendiri. Mereka tidak punya kepercayaan padamu.
Mereka menolakmu. Apa kau benar-benar berpikir itu adalah kebahagiaan?”
Wu
Di yang melihat jalannya berdebat langsung bergumam kalau Bai Yu menyerang secara
personal (ke masalah pribadi). Sun Qing sendiri terdiam, tidak tahu harus
mengatakan apa.
“Lalu, biarkan aku
bertanya. Membawa anggota keluarga membuat kita menjadi lebih dekat dan
mengembangkan koneksi antara anak dan orang tua, kan? Bukankah itu tujuan utama
dari masyarakat kita?” ujar pendebat pertama.
“Omong kosong! Berani sekali kau membicarakan mengenai masyarakat?
Apa kau tahu berapa banyak sumber daya umum yang di gunakan karena orang tua
yang mengantar anak itu? ada sekitar 7 juta mahasiswa baru setiap tahunnya.
Jika semuanya di antar oleh orang tua mereka, akan ada setidaknya 20 juta
transportasi, yang jumlahnya sama dengan Festival Musim Semi skala kecil!”
“Itulah kenapa ini di
sebut musim emas, yang artinya meningkatkan perkembangan ekonomi di sekitar
kampus,”
ujar pendebat 4.
“Pembicara ke-empat sangat memberikan inspirasi. Kau tidak dapat
mengatakan mengenai cinta orang tua dan malah menargetkan mengenai uang.”
“Tapi, ini adalah
pertama kalinya anak mereka pergi jauh dari rumah. Bukankah akan lebih aman
jika orang tua-nya mengantar?” ujar pendebat 1.
“Kau terlihat seperti pria yang sehat dan tampan. Tapi kau perlu
perlindungan dari ibumu yang berusia 50tahun-an. Saudara, aku sarankan kau
keluar saja dari kampus atau ketika kau lulus nanti, kau tidak akan menjadi
apapun melainkan hanya tetap menjadi bayi besar yang tidak berguna.”
“Bagaimanapun, menemani anak ke kampus adalah bentuk lain dari
cinta! Kau tidak dapat membantah besarnya cinta orang tua!” ujar Sun
Qing.
“Hal yang paling penting dan terutama mengenai cinta yang besar adalah
kau harus menghormati. Jika aku mau datang sendirian, bukankah orang tua yang
mencintaiku harus membiarkan aku melakukan yang ku inginkan?”
Sun
Qing kembali terdiam. Dan tiba-tiba Xiao Xi berdiri.
“Na…. aku … bagaimana jika aku yang ingin orang tuaku untuk ikut
bersamaku?”
“Maka itu artinya kau anak yang tidak mandiri. Orang tuamu harus
berhenti memanjakanmu. Itu demi kebaikanmu. Aku tidak tahu apakah orang tua mu
mengantar atau tidak, tapi aku harap tidak!”
“Aku harap mereka mengantar!” teriak Xiao Xi, sambil mengepalkan
tangannya erat.
Di moment itu, otakku terasa kosong. Semua kata-kata melompat
keluar begitu saja sendirinya.
“Aku harap mereka akan mengantarku. Aku harap pakaianku akan di
lipat dengan rapi setiap minggunya. Aku harap ayah dan ibu akan membawakanku
makanan spesial untuk ku bagi dengan teman sekamar dan teman sekelasku. Aku
harap di usiaku yang ke 19 tahun, kami dapat mengambil foto bersama di depan
universitas ku. Aku harap aku dapat berbaring di kasur yang ibuku buat untukku.
Aku harap, di tempat baru ini, aku dapat tidur dengan mencium wangi mereka.
Apakah itu adalah harapan yang memalukan? Aku iri akan hal itu. Alasan kau
merasa itu memalukan mungkin karena kau ingin memberontak dan merasa bosan.
Tapi, bagaimana bisa kau menyangkal keindahan dari menemani dan kepedulian?
Entah itu keinginanku ataupun keinginan orang tuaku, sebagai keluarga, bukankah
kita harus berusaha yang terbaik untuk mewujudkannya? Jika aku menolak
melakukan hal itu untuk orang terdekatku, bukankah itu akan sangat
menyakitkan?”
Semua
yang lain terkesima dengan ucapan Xiao Xi.
“Itu setimpal demi agar bisa bertumbuh dewasa. Nona Yi Xiao Xi,
tidakkah kau menyadari kalau setiap kalimatmu selalu di mulai dengan ‘saya’.
Apa yang membuatmu memunculkan perasaan pribadimu? Bukankah itu karena orang
tua yang memanjakanmu? Universitas haruslah menjadi awal yang baru bagi
pembentukan diri, benar kan?”
Dan
kalimat Bai Yu bersamaan dengan waktu debat yang habis.
--
Begitu
kontes adu debat selesai, Tingting langsung menghampiri Bai Yu dan mengucapkan
selamat karena Bai Yu resmi di terima bergabung dengan klub debat. Bai Yu
langsung bertanya, siapa yang bilang dia mau bergabung? Tingting jelas bingung,
Bai Yu datang ke kontes ini kan karena ingin bergabung dengan mereka kan?
“Aku
di tipu datang ke sini. Di samping itu, dengan orang-orang itu (yang ikut
seleksi) bagaimana mereka mampu berdebat di kontes debat resmi?” ujar Bai Yu
dan berbalik.
Saat
berbalik, dia melihat 3 temannya yang baru datang. Bai Yu langsung kesal karena
mereka baru datang saat acara sudah selesai.
Tingting terlihat kecewa karena apa yang di katakan Bai Yu benar. Qing Bei melihatnya dari
belakang.
--
Di
asrama putri,
Xiao
Xi bergumam kalau dia sudah jatuh cinta dengan yang namanya debat. Sementara
Sun Qing berkata kalau dia sudah jatuh cinta dengan Qing Bei. Dia juga
memberitahu kalau apa yang di katakan Xiao Xi saat debat tadi hampir membuatnya
menangis.
Aku pikir, universitas dapat
menjadi awal yang baru. Seperti ketika malam tahun baru, kita dapat melihat
kembang api di langit. Perasaan seperti hal baru akan tiba. Aku kira
meninggalkan rumah artinya menghadapi kebebasan dan menjadi orang dewasa yang
mandiri. Tapi, aku masih merasa sedikit gugup. Aku takut mengambil langkah ini
aritnya meninggalkan orang tuaku. Kita semua mencintai keluarga kita, tapi kita
semua bersemangat untuk segera dewasa. Perasaan kehilangan sesuatu mungkin
harga yang harus di bayar untuk bertumbuh.
Esok
hari, Xiao Xi pergi ke kantor asrama untuk mengambil kardus berisi pakaian yang
di kirimkan oleh ibunya.
--
Esok
hari
Di
pagi yang tenang, Xiao Xi sudah mendapat pesan. Pesan itu dari Qing Bei untuk
para peserta yang kalah di ronde pertama, dapat mengikuti kompetisi kesempatan
sore ini. Sun Qing juga mendapat pesan itu dan langsung senang karena artinya
dia masih punya kesempatan untuk masuk klub debat.
Seperti
biasa, para mahasiswa/I baru jurusan seni liberal melakukan olahraga pagi
dengan lari lapangan. Sun Qing baru lari sebentar sudah ingin menyerah dan
kabur ke kantin. Xiao Xi langsung menahannya karena Ny. Tang sedang mengawasi. Mereka
hanya harus bertahan selama 1 semester saja, setelah itu mereka tidak harus
lari pagi lagi. Lagipula, setelah lari mereka harus absen dengan menggesekan
kartu ID mahasiswa mereka ke mesin absen, jadi tidak ada yang bisa
menggantikan.
Sun
Qing tidak mau mendengar. Dia ingin istirahat karena nanti sore mereka masih
harus kontes debat lagi. Wu Di penasaran dan bertanya tema debat mereka kali ini.
Xao Xi memberitahu kalau tema-nya adalah : Mana
yang lebih berat, di tolak atau diam-diam mencintai. Wu Di bingung karena
tema debatnya aneh, sudah pasti di tolak-lah. Xiao En mengangguk setuju dengan
Wu Di. Tapi, Sun Qing berpendapat kalau mencintai diam-diam yang lebih berat.
Kalau yang di tolak kan sudah berhasil menyatakan perasaannya dan setidaknya
dapat mati dengan tenang.
“Aku
rasa kau ada benarnya,” setuju Xiao En.
“Darimana
kau berasal, En?” tanya Wu Di, pertama kali mendengar Xiao En bicara selain
‘em’. “Fujian atau Taiwan?”
“Aku
dari Fujian dan memiliki aksen. Karena itu aku mencoba untuk tidak banyak
bicara.”
“Aku
suka dengan aksen bicaramu,” puji Sun Qing.
“Tapi,
Sun Qing kita itu di pihak : Menolak yang lebih berat,” beritahu Xiao Xi.
Sun
Qing kaget karena dia sudah salah. Dia kira mereka di pihak yang diam-diam
mencintai yang lebih berat. Dan karena itu, dia menyerahkan debat nanti di
tangan Xiao Xi. Dia yakin Xiao Xi pasti mampu melakukannya. Xiao Xi juga tidak
yakin bisa melakukan debat nanti atau tidak. Tapi, saat debat terakhir, walau
mereka kalah, dia merasa kalau berdebat itu cukup menyenangkan. Jadi, dia ingin
mencobanya lagi.
Saat
itu, mereka mendengar Ny. Tang yang berteriak memanggil nama Bai Yu, Yang
Huaxia, Song Kai dan Xie Keman (akhirnya tahu nama orang di asrama Bai Yu, tapi
nggak tahu yang mana satu). Tapi, tentu saja mereka tidak ada karena semuanya
masih tidur di asrama.
--
Tingting
bicara dengan Qing Bei. Yang lolos hanyalah Bai Yu, tapi Bai Yu tidak ingin
bergabung. Dan dia sudah harus menyerahkan nama anggota klub debat besok lusa.
Hal ini membuatnya khawatir.
Qing
Bei meminta Tingting tenang karena mereka kan akan melakukan kontes kesempatan
lagi siang ini. Dan sebenarnya ada satu orang mahasiswi kemarin yang menurutnya
tidak terlalu buruk dan dapat di anggap pantas untuk masuk klub debat. Mereka
hanya perlu mengajarinya sedikit.
Saat
itu seorang pria masuk dan memberitahu Qing Bei kalau Dekan Jurusan Bisnis
ingin bertemu. Qing Bei bertanya ada masalah apa? Pria itu juga tidak tahu
pasti, tapi sepertinya mengenai Qing Bei yang ingin di transfer masuk ke klub
debat mereka (jurusan Bisnis).
Wajah
Tingting langsung terlihat muram.
--
Qing
Bei menemui Dekan dan Dekan langsung memberikan daftar anggota klub debat
jurusan bisnis. Dan dia menawari Qing Bei untuk menjadi ketua klub debat.
“Pak,
saya sudah bergabung dengan klub debat jurusan literatur sejak tahun pertamaku.
Dan bahkan sudah berkompetisi bersama klub itu.”
“Tapi
sekarang kau adalah mahasiswa jurusan Bisnis. Mewakili sekolah lain, itu tidak
benar.”
(jadi
kayaknya, Qing Bei ini awal masuk sekolah literatur dan berada di klub debat
dengan Tingting. Tapi, dia kemudian menerima beasiswa pertukaran pelajar gitu
ke Ivi Leaguage dan masuk jurusan bisnis. Setelah kembali, dia lanjut lagi ke
jurusan bisnis, tapi masih ingin tetap ikut klub debat literatur).
Qing
Bei masih bersikeras ingin ikut klub debat literatur. Bahkan saat di ingatkan
kalau selama beberapa tahun ini klub debat literatur belum pernah menang
sekalipun dalam perlombaan, tidak membuat Qing Bei goyah. Lagipula dia punya hak
untuk memilih klub yang ingin di masukinya. Qing Bei kemudian pamit pergi
karena masih punya urusan lain.
--
Kontes
Debat kembali di adakan.
Mengenai
tema : Mana yang lebih berat, di tolak
atau mencintai diam-diam. Selama debat hanya Xiao Xi yang berbicara dan
menyanggah pendapat lawan. Dia cukup kesulitan menghadapi lawan karena setiap
kali dia mau menjelaskan, pihak lawan selalu memotong ucapannya.
“Tolong
dengarkan seluruh penjelasanku,” pinta Xiao Xi dengan tegas. “Jika orang yang
paling kau cintai dengan segenap hatimu menolakmu, apa kau tahu betapa beratnya
itu? Orang yang tidak dapat mengungkapkan cintanya, kenapa dia tidak punya
keberanian? Karena ketika pertama kali dia melakukannya, dia di tolak dengan
kejam. Itulah yang membuatnya kehilangan kepercayaan diri untuk menyatakan
cinta lagi. Adakah hal yang lebih berat dari di tolak oleh orang yang di
cintai?”
Dan
penyataan Xiao Xi tersebut mendapat tepuk tangan dari semua orang yang hadir di
sana.
--
Bai
Yu dalam perjalanan ke univ, tapi di tengah jalan dia melihat seorang wanita.
Begitu melihat wanita itu, dia langsung berbalik dan hendak pergi. Eh,
sayangnya dia sudah kelihatan. Bai Yu memanggil wanita itu dengan panggilan :
Bibi Fu.
“Aku
baru saja ingin mencarimu ke kelasmu. Ayahmu bicara padaku, sebelum kelas utama
di mulai, kau harus segera di transfer ke jurusanmu (hukum) segera.”
“Bibi
Fu, jangan khawatir mengenai hal kecil seperti itu, oke?”
“Bagaimana
bisa itu hal kecil. Apa kau tidak sadar betapa berbakatnya kau di hukum? Di
samping itu, nilaimu jauh lebih dari cukup untuk di terima. Jangan habiskan
waktumu di jurusan lain. Ayahmu, tidak ingin kau membuatnya khawatir lagi.”
“Bibi,
kau sekarang kan sudah jadi dekan. Kenapa masih terus berlarian di sekitar
ayahku ketika kau masih mahasiswi. Apa kau punya perasaan padanya?” goda-nya.
“Aku
akan melaporkanmu. Kau ini ya, kau harus lebih serius mengenai urusanmu ini.”
“Aku
dapat membuat keputusanku sendiri. Sudah ya bi, aku sibuk. Aku harus pergi
dulu,” ujar Bai Yu dan langsung kabur.
--
Kontes
debat masih belum selesai. Pihak lawan menjelaskan kalau di tolak itu sakitnya
jangka pendek saja. Tapi, kalau mencintai diam-diam, sakitnya itu jangka
panjang. Nah, sakit jangka panjang itu lebih buruk daripada jangka pendek.
Xiao
Xi membenarkan kalau sakit jangka panjang itu memang lebih sakit daripada yang
jangka pendek. Jadi, bukankah itu artinya di tolak lebih berat?
Pihak
lawan langsung bertanya mana yang lebih sakit di potong kepala atau di potong
berulang kali?
“Di
potong berulang kali lebih sakit. Karena orang-orang mengumpamakan jika di
tolak oleh orang di cintai sama dengan hati yang di potong pisau. Di potong
berulang kali sama seperti di tolak lagi dan lagi, yang mana itu lebih berat
daripada kematian.”
Dan
pas sekali dengan waktu yang berakhir. Moderator mengakhiri acara debat dan
memberikan kesempatan untuk Qing Bei memberikan sepatah dua kata.
“Untuk
memperjelas sesuatu kau bisa menggunakan logika mu sendiri. Tapi inti dari
debat adalah komunikasi kedua belah pihak. Itulah yang membedakan debat dengan
pidato. Ketika berdebat tadi, pembicara kedua dari pihak lawan tidak
berkomunikasi dengan lawan. Kau bertanya padanya tapi kau tidak peduli pada
jawabannya. Bukankah itu artinya kau hanya bicara omong kosong. Tentu saja,
Pembicara kedua dari pihak claim (Xiao Xi) yang di sudutkan, apa yang kau
katakan sangat bagus dan mempunyai point. Itu memiliki pengalaman dan
perasaanmu sendiri. Tapi, jika kau ingin menjadi pendebat yang berkualitas, apa
yang harus kau lakukan adalah mampu bereaksi cepat dalam segala situasi,” jelas
Qing Bei.
Tags:
Debate Opponent