Sinopsis J- Drama : Takane To Hana Episode 7 - part 1



Network : Fuji TV, FOD


“Diam! Berhenti bermesraan!” teriak tetangga apatermen sebelah.
Dan dengan sikap hormat, Takane serta Hana segera berlutut dan meminta maaf kepadanya. “Aku minta maaf.”

Makanan kari selesai. Dan Hana pun mulai makan. Lalu dengan pelan, Takane membuka suara, dia meminta setelah Hana selesai makan, maka Hana bisa pulang. Dan Hana membalas bahwa dia akan pulang, sekali Takane mengucapkan terima kasih padanya.

Takane pun mengambil sendoknya, dan mulai memakan kari buatan Hana dengan lahap. Melihat itu Hana tersenyum senang.

Hana menceritakan kepada keluarga nya mengenai Takane yang sekarang miskin. Dan Nonomura pun berkomentar bahwa kelihatannya Takane benar2 seperti orang yang berbeda sekarang ketika dia melihatnya. Mendengar itu, Hana langsung bertanya mengapa Ayahnya tidak bercerita.
“Aku tidak tahu apapun tentang dia kehilangan rumahnya atau apapun yang seperti itu!” kata Nonomura langsung menutup mulutnya dan melarikan diri.
“Kamu bekerja diperusahaan yang sama dengannya? Mengapa kamu tidak memberitahuku apapun?!” protes Hana, menahan Ayahnya agar tidak kabur.
“Yah… dia menyuruhku agar diam,” balas Nonomura dengan sikap takut.
Yukari kemudian mengomentari betapa menyedihkannya Takane sekarang. Dan Ibu balas berkomentar bahwa itu hal yang bagus agar Takane bisa melihat sesuatu dari sudut pandang yang lain, karena selama ini Takane tampak agak sombong.

“Hana! Selanjutnya! Selanjutnya! Maksudku, kamu kan bukan pasangan perjodohannya, kan?” kata Yukari tiba2 pada Hana.
“Aku tidak akan mengakhirinya,” balas Hana.
“Apa kamu akan melanjutkannya? Bahkan walaupun dia diabaikan oleh perusahaannya? Apa nilai dia, jika dia tidak memiliki uang?” tanya Nonomura, tidak setuju.
“Kemudian apa nilai Ayah?” balas Hana. Dan semua orang langsung berpikir. “Aku tidak peduli jika dia kaya atau miskin. Aku melanjutkan perjodohan ini karena dia adalah dia. Aku memutuskan bahwa aku tidak akan melarikan diri,” lanjut Hana.
Ibu tampak setuju dengan keputusan Hana. Dan lalu Hana dengan tegas meminta kepada Ayahnya agar jika Takane berada dalam masalah, Ayah mau menolongnya. Begitu pun Ibu dan Yukari, mereka menatap Ayah dan ikut memohon.
Aiba mempertanyakan alasan Direktur mengusir Takane keluar, apakah Direktur mencoba untuk membuka mata Takane. Dan apakah ini demi kebaikan Takaba Grup. Dengan tegas, Direktur menjawab bahwa jika bukan karena itu, maka apa lagi.

Aiba kemudian berkomentar bahwa dia merasa itu akan membawa dampak yang buruk, karena selama ini Direktur terlalu memanjakan Takane, sehingga dia menjadi Pria yang tidak bisa melakukan apapun. Dan setelah mengatakan itu Aiba tertawa dengan keras.
Direktur pun membalas bahwa karena itulah dia tidak akan memanjakan Takane lagi. Karena dia ingin Takane belajar.

Ketika Takane pulang kerja, dan menemukan Hana yang sedang duduk didepan apatermennya dan tampak kedinginan, dia memanggilnya.
“Kamu mengunci pintu mu kali ini, ya?” kata Hana sambil meniup- niup tangannya.
“Pulanglah!” kata Takane, pelan.
“Jika kamu tidak mau aku berada didepan pintumu, maka biarkanlah aku masuk.”

Makanan malam ini yang disediakan oleh Hana adalah Nonomura Oden. Dan Takane mengomentari sikap Hana yang selalu membawakan berbagai macam makanan ke tempatnya, dan pulang malam sendirian, dia mempertanyakan apa orang tua Hana tidak mengkhawatirkan tentang keselamatan Hana.
“Aku telah berlatih lebih dari kamu tentang menjaga rumahmu dengan aman. Aku kesal karena kamu memutuskan untuk mengakhiri perjodohan ini sendirian. Itu mengapa ini adalah… pelecehan,” jelas Hana. Memberikan makanan kepada Takane. Lalu dia mengucapkan terima kasih untuk makanannya, dan makan.

Takane juga mengucapkan terima kasih untuk makanannya, dan makan. Lalu merasakan hangat dan enaknya oden, Takane tersenyum. Melihat itu, Hana ikut tersenyum juga, lalu dia menanyakan apakah ini berarti Takane tidak akan menyuruhnya untuk langsung pulang setelah selesai makan kali ini.
“Kamu bisa tinggal sampai kamu selesai bersih- bersih,” kata Takane dengan pelan. Dan Hana tersenyum senang.

Hari selanjutnya. Dihari libur. Hana datang lagi ke tempat Takane, tapi kali ini dia datang sekalian untuk belajar disana, karena sebentar lagi ada ujian.
“Akan lebih baik jika kamu jujur tentang mengapa kamu datang,” komentar Takane.
“Aku sedang belajar sendiri, aku tidak ingin mendengar sebuah furniture berbicara kepada ku,” balas Hana. Dan Takane pun merasa kesal, tapi Hana mengabaikannya.
Hari selanjutnya. Pada malam hari. Hana datang lagi ke tempat Takane, sekalian untuk belajar lagi disana. Dan kali ini, Takane menawarkan bantuan untuk mengajari Hana, karena baginya pelajaran anak sekolah itu semudah membaca alfabet. Dan sekalian dia ingin menunjukan pada Hana, apa yang sebuah furniture bisa lakukan.

Hari selanjutnya. Hana merekam Takane yang sedang menuangkan air panas ke dalam mie cup. “Ini dia, pewaris Takaba Grup, yang sedang memakan makanan rakyat biasa!” kata Hana sambil tertawa pelan.
“Diam! Jangan merekam ku! Aku tidak main- main!” balas Takane, menutup kamera hape Hana agar berhenti.
Hana mengucapkan terima kasih untuk makanannya, dan membuka penutup mie cupnya untuk makan. Tapi Takane menegurnya, karena masih terlalu cepat 8 detik untuk membuka penutup mie cupnya. Jadi Hana pun menutupnya kembali.
“3…2…1. Siap!” kata Takane memberikan tanda. “Itadakimasu,” ucap mereka berdua. Lalu mereka pun mulai makan.

Hari selanjutnya. Takane masih mengajari Hana, tapi setelah agak lama dia jatuh tertidur. Dan menyadari itu, Hana memperhatikan wajah Takane dari dekat.
“Bulu matanya panjang! Cantik!” puji Hana. Lalu dia teringat kejadian saat pertama kali dia bertemu dengan Takane, dan melemparkan wig nya ke wajah Takane. Mengingat itu, dengan gugup Hana pun kembali untuk fokus pada pelajarannya.
“Kamu masih belum selesai?” tanya Takane dengan kesal, ketika terbangun. Dan dengan sikap masih gugup, Hana meminta maaf.
“Kamu barusan memperhatikan aku, ketika aku sedang tidur, kan?” tebak Takane sambil tersenyum, karena melihat sikap aneh Hana. “Haha… kamu bilang kamu tidak tertarik padaku ketika kita pertama kali bertemu kan?” kata Takane, bangga pada diri sendiri.
“Itulah yang kamu inginkan!” balas Hana dengan ketus.
“Mengapa aku akan begitu?” protes Takane.

“Orang yang hidup seburuk kamu tidak berhak mengatakan itu! Kamu tidak berguna!” bentak Hana. Dan terkejut mendengar itu, Takane berubah menjadi boneka kecil lagi. Melihat itu, Hana langsung merasa bersalah, dan meminta maaf sambil menepuk- nepuk kepala Takane.
Takane kembali lagi menjadi besar. Dan dengan kesal, dia menepis tangan Hana yang memegang kepalanya. “Berhenti menepuk ku seperti binatang peliharaan!” kata Takane, ngambek. Dan Hana tersenyum

Hari selanjutnya. Takane membantu memotong wortel, dan cara dia memotong itu sangat cepat serta rapi sekali. Sehingga Hana merasa sangat kagum, karena sekarang Takane lebih baik daripadanya. Dan dengan bangga, Takane kemudian mengambil garam dan menaburkannya seperti seorang chef yang sudah mahir.
“Kamu akan menghamburkannya kemana- mana!” tegur Hana, menghentikan Takane.

Hari selanjutnya. Hana berbaring diatas futon Takane, dan merasa sangat nyaman sekali. “Wanginya seperti Takane-san,” gumamnya sambil tersenyum. Lalu dia tertidur.

Sepulang kerja, dan melihat itu. Takane melepaskan jas nya dan memakaikan nya kepada Hana sebagai selimut. Lalu sambil tersenyum dia memperhatikan Hana yang sedang tertidur, dan menyentuh hidungnya.
“Aku tidak keberatan memiliki kamu sebagai penyusup,” gumam Takane dengan senang.
(Kamar apatermen Takane yang awalnya kosong, hanya ada sebuah meja kecil dan futon. Sekarang sudah berubah, banyak barang- barang Hana disana, seperti bantalnya, tasnya, bukunya, dan sebagainya >.<).

Pagi hari. Dikantor. Takane memberikan sekaleng kopi kepada Nonomura. Dan menerima itu, Nonomura merasa aneh dan bertanya ada apa.
“Umm… terima kasih sudah menjaga ku,” kata Takane dengan sopan.
“Apa kamu membicarakan tentang semua barang yang kami beri padamu? Hana melakukan itu karena dia ingin. Jadi jangan khawatirkan tentang itu. Lagian kamu membantu pelajarannya juga kan? Anggap saja ini seperti ‘memberi dan menerima’,” balas Nonomura dengan ramah.
Takane mengucapkan terima kasih. Dan mendengar itu, Nonomura merasa sangat senang dan menyentuh Takane.

Namun seorang atasan menyela pembicaraan mereka berdua. Si Atasan memuji hasil kerja Takane, dan memanggilnya untuk ikut ke ruangan rapat. Jadi Takane pun mengikutinya. Melihat itu, Nonomura tersenyum senang untuknya.

Pulang dari tempat pemandian umum, Hana mengeluhkan cuaca yang terasa sangat dingin sekali. Dia sampai meniup- niup tangannya untuk menghangatkan diri. Dan melihat itu, Takane memegang tangan Hana, dan menaruhnya di dalam sakunya.

“Takane- san! Menjadi dingin atau menjadi miskin tidak buruk sama sekali ya,” kata Hana sambil tersenyum.
Dan Takane balas tersenyum sambil memandang ke arah langit, “Itu benar. Jika bukan karena kamu, aku mungkin tidak akan pernah menyadari itu.”

Hana tiba2 saja merasa deg- dengan ketika melihat wajah Takane yang sedang tersenyum. Jadi dia pun melepaskan tangannya dari Takane, dan berlari menjauh. Melihat itu, Takane merasa heran, dan bertanya ada apa.
“Jangan mendekat kesini!” kata Hana sambil menundukan kepala.
“Ada apa?” tanya Takane, tidak mengerti. Dan dia berdiri disamping Hana.

Hana kembali berjalan menjauhi Takane. “Ini semua akan berakhir, jika aku memberitahu dia bahwa aku menyukai dia,” gumam Hana, cemas.
“Kamu suka bergumam ya? Apa yang terjadi?” tanya Takane, kembali mendekati Hana.
“Aku frustasi!” teriak Hana. Lalu dia mengulurkan lidahnya, dan berlari menjauhi Takane. Karena tidak mengerti apa yang terjadi, maka Takane pun mengejar Hana.


Sebuah kamera memotret mereka dari jauh. Kamera tersebut terus mengikuti dan memotret mereka berdua dari sepanjang jalan, sampai mereka berdua masuk kedalam apatermen Takane. Ntah siapa yang memotret.
Pagi hari. Dikantor. Si Atasan memperkenalkan Takane kepada karyawan baru yang akan mulai bekerja di bagian mereka hari ini. Dan orang tersebut adalah…

“Saya akan mulai bekerja di sini hari ini. Saya Kirigasaki,” kata Eiji sambil tersenyum.
“Kamu!” balas Takane, terkejut.

Post a Comment

Previous Post Next Post