Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles
Episode 01-2
Images by : TvN
Part
1 : The Children of Prophecy
Mau lama apapun bersembunyi, akan tiba
saatnya di temukan juga. Itulah yang di alami oleh Ragaz. Di temukan oleh Saram
ketika dia sedang bersama bayinya. Ragaz meletakkan sesuatu di balik baju bayinya
dan berujar : Sayang, ini obat adikmu. Jaga
dengan baik. Di belakang tubuh Ragaz dapat sebuah tanda seperti tanda lahir
gitu.
Ragaz meninggalkan bayinya di balik
semak dan keluar untuk menyambut para mangsa. Terlihat dari luka di tangannya,
darahnya berwarna biru. Pertengkarang berlangsung, dan walaupun sendirian, Ragaz
berhasil membunuh beberap Saram. Dia benar-benar kuat.
Seorang anak Neanthal melihat hal
tersebut segera berlari masuk ke dalam hutan. Dia harus memberitahu Asa Hon!
Dan kita kembali ke awal episode 01-1,
dimana Asa Hon bermimpi buruk.
Di dalam mimpinya, Asa Hon
melihat seorang anak pria.
“Asa Hon. Berikan bayinya
padaku.”
“Tak bisa. Bayi ini sakit.”
“Dia lahir di hari Komet
Biru terlihat. Dia akan bawa bencana ke dunia. Serahkan bayinya padaku.”
“Aku menolak.”
“Kalau begitu, kuambil
kakaknya saja?”
“Jangan. Anak-anak ini tak
bersalah.”
“Kalau begitu, akan kuambil
ayah mereka. Asa Hon, ini keputusanmu. Di hari kita bertemu lagi, kau tak akan
kuampuni. Lari dariku jika kau mau hidup. Lari yang jauh. Jangan kejar orang
yang menyanyi.”
Asa Hon terbangun karena mimpi itu. Dia
merasa sangat ketakutan. Dan ketika menyadari kalau semua hanyalah mimpi, dia
semakin bingung. Apakah itu mimpi? Tapi dia adalah Saram. Dia tidak bisa
bermimpi.
Dan saat dia tersadar, bayinya, EunSeom
tidak ada, Asa Hon menjadi panik. Untunglah, EunSeom ada di luar bersama
seorang anak Neanthal. Anak itu memberitahu kalau demam Eun Seom sudah turun.
Asa Hon sangat lega mendengarnya.
Tapi, tidak lama, anak Neanthal yang
tadi melihat pertarungan Ragaz dengan ksatria Saram tiba dan memberitahukannya
pada Asa Hon. Mendengar hal itu, Asa Hon teringat mimpinya tadi.
“Ragaz sedang melawan mereka dengan
membawa anak sulungnya.”
“Di mana mereka? Aku harus ke sana. Aku
harus pergi bawa anakku,” ujar Asa Hon.
“Itu gila. Berikan bayimu padaku. Kau
adalah Saram, bayi ini adalah Igutu (percampuran Saram dan Neanthal – artinya
itu adalah bayi Asa Hon dan Ragaz).”
“Lalu kenapa?”
“Kau Saram, berasal dari Klan Asa. Kau
bilang sukumu tak boleh mencelakai orang dari klanmu. Tanpa bayimu, kau bisa
pergi tanpa terluka. Serahkan dia.”
“Kau tak tahu. Para ibu di sukuku tak
melakukan itu,” tegas Asa Hon dan langsung berlari pergi menemui Ragaz.
Ragaz membunuh hampir 90% Saram yang
menyerangnya. Tapi, tiba-tiba saja, seorang membawa tali dan menjeratkannya pada
tangan Ragaz hingga dia tidak bisa melawan dan akhirnya di bunuh. Ragaz meninggal
dengan panah menembus lehernya. Seolah tidak buas, Saram mencabik tubuhnya. Darah
berwarna biru bergelimang di tanah dan pedang mereka.
“Aku
bermimpi semalam. Kulihat kiamat suku kalian. Kalian akhirnya akan saling membunuh,” ujar Ragaz dengan bahasa Neanthal sebelum
menghembuskan nafas terakhirnya.
Tapi, tidak ada yang mengerti apa yang
di katakan Ragaz. Salah satu hanya mengerti kalau Ragaz bicara mengenai mimpi. Mereka
berhalusinasi saat tidur. Saram yang lainnya langsung menyebut mereka gila
karena kan harusnya tidur ya tidur. Tidak ada yang namanya mimpi.
Mubaek kemudian bertanya siapa yang
memanah Ragaz, dan muncullah Tagon. Dia yang memanah Ragaz tadi. Semua langsung
memuji Tagon yang hebat bisa mengalahkan Ragaz dengan sebuah panah. Tagon berkata
kalau mulai hari ini dia yang akan memimpin pemburuan ini, sesuai perintah dari
ayahnya, Sanung Niruha.
“Kudengar peranmu hebat dalam
menghabisi para Igutu di Arthdal. Kami merasa terhormat,” jilat Dan Byeok.
Tagon kemudian wajah prihatin melihat
banyaknya korban Saram yang tewas. Dan ada satu orang Saram yang terluka dengan
sangat parah namun masih hidup. Mereka memintanya untuk bertahan karena
Ollimsani harus di lakukan agar bisa lebih dekat dengan para dewa. Mereka akan
segera membawanya ke barak.
Orang itu sudah terluka parah dan
meminta Ollimsai di lakukan saat ini juga karena dia tidak akan bertahan jika
sampai ke barak. Tapi, tentu saja tidak beda. Tidak ada pendeta di mari. Tapi orang
itu malah terus memohon dan meminta agar Tagon yang melakukan ritual itu
padanya. (Ollimsani = Ritual pra atau pasca kematian untuk membimbing roh ke
dewa).
Walaupun Tagon adalah pemimpin, Tagon
tidak bisa dan tidak boleh melakukannya. Karena Tagon bukanlah pendeta dan
bukan berasal dari suku Asa.
“Akan kulakukan,” ujar Tagon. Dan tanpa
persetujuan yang lain, dia melakukannya.
Dia bertanya siapa dewanya? Orang itu
menjawab : Aramun Haesulla (pendiri Arthdal).
“Dewa Kerukunan dan Persatuan Arthdal,
Aramun Haesulla, terimalah kesatria kami. Kita mengantar saudara kita. Tolong
sertai aku. Terimalah kesatria kami!”
Dan semua dengan paksaan dari Dan Byeok,
akhirnya mengikuti Tagon.
“Terimalah kesatria kami. Dewa
Kerukunan dan Persatuan Arthdal, Aramun Haesulla, terimalah kesatria kami. Untuk
Aramun yang akan kembali dengan dua suara, bunga kamperfuli, Palu Angin, dan
Kanmoreu. Kami berjanji melindungi keluarganya.”
Dan setelah doa ritual itu selesai,
Tagon membunuhnya untuk menghilangkan penderitaan rasa sakitnya.
Saat dalam perjalanan pulang, Dan
Byeok memuji Tagon yang seperti gambaran Aramun. Mubaek tampak tidak menyukai
apa yang Dan Byeok katakan.
“Kau cerdas, berani, dan murah hati. Itu
gambaran Aramun dalam dongeng yang kudengar.”
“Namun, aku tak punya bunga kamperfuli
atau Kanmoreu.”
“Kamperfuli ada di selatan dan
Kanmoreu hanya legenda.”
“Benar. Aramun juga legenda zaman
kuno, aku hanya Tagon.”
Dan suasana jadi canggung. Tagon lanjut
berjalan, dan mereka mulai mengumpulkan mayat. Saat berdua, Mubaek memperingati
Dan Byeok untuk tidak mendukung Tagon. Hanya Klas Asa dari Suku Gunung Putih
yang boleh melakukan Ollimsani.
“Kau pasti cemas karena dia percaya
aku, bukan kau. Benar? Katanya, orang dari suku kecil mudah iri. Bisa kulihat
itu,” ujar Dan Byeok.
“Lupakan saja,” ujar Mubaek,
mengetahui Dan Byeok tidak mendengarkan nasihatnya.
“Aku tahu kau merasa terancam karena
aku Suku Gunung Putih dan pandai bicara, tapi kau kesatria Daekan. Walau gelar
itu jadi miliknya setelah pelatihannya selesai.”
Asa Hon tiba di sekitar sana dan
bersembunyi melihat situasi. Saat sedang berjalan bersama 2 pengawalnya, Tagon
merasakan sesuatu ada di balik semak. Dan saat mereka mendekatinya, itu adalah
bayi. Bayi Ragaz.
Dua pengawal Tagon panik dan menduga
itu bayi Ragaz dan hendak membunuhnya. Tapi, Tagon memeriksa bayi itu dan
melihat tanda lahir di bayi itu berwarna pudar, berbeda dengan tanda lahir Ragaz.
Saat dia mengiris sedikit lengan anak itu, darahnya berwarna ke-unguan.
“Ini bayi Igutu,” ujar Ragaz.
Pas sekali, Asa Hon tiba di sana dan
melihat mereka. Dia segera bersembunyi.
Ragaz menggendong bayi itu, dan 2
pengawalnya langsung baik. Menurut cerita, Igutu akan mendatangkan kesialan. Dan
tiba-tiba saja, Tagon langsung membunuh kedua pengawalnya tersebut hingga tewas.
Asa Hon sangat terkejut melihat apa yang di lihatnya. Dia juga melihat jelas
wajah Tagon dan mengenalinya.
Tagon membawa bayi itu bersamanya. Dia
tidak membunuh bayi itu. Dan saat sedang berjalan itu, Tagon berhimne sebuah
lagu.
“Jangan
kejar orang yang menyanyi,” peringatan
dari mimpinya kembali teringat oleh Asa Hon.
--
Hari sudah malam,
Anak Neunthal yang tadi memberitahu
Asa Hon mengenai pertarungan Ragaz dan ksatria Saram, masuk ke dalam hutan. Dia
mencari Asa Hon. Dan benar, Neunthal bisa melihat dalam kegelapan.
Dia menemukan Asa Hon yang masih hidup
dan menatap sebuah pohon. Di pohon itu, tergantung Ragaz.
“Perpisahan bulan sudah di ucapkan?”
ujar anak itu dan menggenggam kaki Ragaz, “Sampai jumpa, Ragaz.”
Tapi, anak itu merasa sedih. Kalimat itu
harus di ucapkan sebelum Ragaz mati. Ragaz tidak akan mencapai bulan.
“Aramun Haesulla… membawa Ragaz,” ujar
Asa Hon.
“Dewa pembentuk Serikat Arthdal? Aramun
itu? Dia sudah mati.”
“Aku bermimpi.”
“Kau bukan Neanthal atau Igutu, tapi
bisa bermimpi? Bagaimana?”
“Palu Angin… dan bunga kamperfuli. Itu
Aramun Haesulla. Aramun mengancam mengambil Ragaz jika aku tak menyerahkan
anak-anakku. Aku… tak bisa serahkan mereka. Karena itulah ini terjadi,” tangis
Asa Hon.
“Itu hanya mimpi.”
Tidak. Di hari anakku lahir, Komet Biru muncul di langit. Di
Arthdal, diyakini bahwa pembawa bencana dilahirkan di hari itu. Karena itulah
Aramun mengutukku, Rottip.
“Asa Hon?” panggil Rottip, melihat Asa
Hon yang melamun.
“Aku… telah dikutuk oleh Dewa Arth.”
“Tak ada yang namanya dewa. Hanya ada
yang bisa kita lihat dan tidak. Sekalipun ada, untuk apa dewa mengutukmu?”
Karena sekalipun seorang Saram, aku mengkhianati kaumku, dan
membantu kalian. Aku juga jatuh cinta dan melahirkan bayi Igutu.
Asa Hon teringat mimpinya, dimana anak
itu, Aramun Haesulla, menyuruhnya untuk kabur yang jauh. Karena jika mereka
bertemu, dia tidak akan mengampuninya lagi. Dan karena itu, dia akan pergi ke Iark.
Dewa Arth tidak bisa menerapkan otoritasnya di sana. Kutukan Aramun tidak akan
bisa mencapai tempat itu.
“Kau akan menuruni Tebing Hitam Besar?
Hanya burung yang bisa melakukannya.”
“Kudengar ada gua yang menuju ke bawah
tebing.”
“Namun, hanya ada satu dari ribuan
gua.”
“Aku harus mencobanya,” tegas Asa Hon.
“Terima kasih segalanya.”
Dan usai mengucapkan itu, Asa Hon
langsung pergi, dengan Eun Seom, bayinya.
Aku tak peduli walau anak ini membawa bencana atau memusnahkan
dunia. Jika aku mati, dia pun akan mati. Maka aku harus hidup. Akan kupastikan
dia hidup.
Dan dengan tekad tersebut, Asa Hon
terus berjalan menuju Tebing Hitam Besar. Mau hujan, salju, panas atau musim apapun,
Asa Hon terus berjalan tanpa menyerah bahkan walau dia harus melewati aliran
sungai. Hingga akhirnya, dia tiba di Tebing Hitam Besar.
Kini, dia hanya harus menemukan gua
yang bisa membawanya ke bawah tebing tersebut, Iark.
“Eunseom. Eunseom. Di bawah sana
adalah Iark. Dewa Arth tak bisa menerapkan otoritasnya di sana. Agar kita
berdua hidup, kita harus ke sana. Aku harus menemukan gua yang menuju ke dasar
tebing, tak peduli butuh berapa lama.”
Tags:
Arthdal Chronicles
Tapi bukannya yg ngegantung di pohon itu, neathdal yg anak² itu yah? yg pas Asa Hon mimpi trs kaget Eunsoem gk ada pas liat keluar ternyata lg digendong sm anak Neathda, kan waktu Asa Hon sm Ragaz nyelamatin diri brg² ada 2 bayi Neatdhal nah yg satunya yg ngegantung dipohon:(, soalnya klo Ragaz gk mungkin karena tengkorak Ragaz diancurin sm Tagon pas minum²
ReplyDelete