Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 05-3
Images by : TvN
Part
1 : The Children of Prophecy
Moogwang memberitahu rekannya kalau
suku Wahan akan di penggal dan kepalanya akan di gantung di pasar. Kitoha langsung
mengomel karena mereka tidak akan menerima bayaran karena sudah membawakan
budak.
“Itu tak penting!” marah Moogwang pada
Kitoha. “Jika kita tak bawa budak, Eunseom dari Wahan itu tak akan muncul. Sanung
Niruha tak akan mati.”
“Maksudmu, dia mati karena kita?”
“Bukan, maksudku kita harus cari
kambing hitam sebelum orang minta kita bertanggung jawab,” jelas Moogwang
dengan kesal.
--
Prajurit pergi memeriksa pada suku
Wahan yang di kurung di dalam bawah tanah. Mereka juga memberitahu kalau
semuany akan di penggal besok. Mendengar berita itu, para suku Wahan jelas
ketakutan.
Dan tiba-tiba, salah seorang suku
Wahan mendekati Tanya yang sedang mengukir di dinding dan memarahi Tanya yang
telah membawa Eunseom ke dalam suku mereka. Dalsae yang melihatnya, langsung
memarahinya karena bicara sembarangan. Mungtae tetap mengatakan kalau yang di
katakannya benar. Harusnya Tanya kabur saja bersama Eunseom saat Eunseom datang
menyelamatkannya. Kenapa malah bersikeras tetap bersama suku Wahan? Kini semuanya
akan mati karena perbuatan Eunseom.
Semua mulai menangis terisak. Yeolson mendekati
Tanya, memegang tangannya sambil menatap wajahnya. “Yang pecahkan cangkang akan muncul saat Komet Biru muncul bersama
kematian. Lalu Suku Wahan tidak akan sama lagi.” Itu ramalan mengenai
Tanya.
“Aku penasaran tentang arti ramalan
ini sejak lama. Tanya. Anak dalam ramalan itu. Dan juga, putri ayah yang
berharga,” ujar Yeolson. “Putriku, Tanya, adalah anak terkutuk. Komet Biru
adalah komet terkutuk. Eunseom juga terkutuk. Anak terkutuk akhirnya
mendatangkan anak terkutuk.”
“Ayah Yeolson, apa maksudmu? Tidak
masuk akal!” teriak Dalsae.
“Dia benar. Ayah benar. Bagaimana hal
seperti ini bisa terjadi jika aku tak terkutuk? Sejak aku lahir sampai
sekarang, kucoba belajar Tarian Spirit, kucoba untuk bermimpi, dan mencoba
mengucapkan mantra. Namun, tak pernah berhasil. Namun, aku bisa sekali
mengucapkan mantra (saat dia berkata kalau Eunseom adalah mimpi Wahan dan harus
kembali untuk menyelamatkan mereka semua!) Kembalilah untuk menolong kami. Karena
mantraku, kita semua akan mati. Eunseom, yang dikuasai mantraku akan lakukan
apa pun untuk menyelamatkan kita, hanya untuk mati.”
Semua menangis tidak ingin mati di
penggal karena hal itu akan membuat mereka tidak bisa menghadap dewa dan akan
hilang.
“Kulakukan penghakiman terakhir. Jika
kita dipenggal, roh kita tak bisa mencapai Serigala Putih Besar, dan hanya
hilang dalam angin. Sebelum itu terjadi, kita bisa memilih saling mencekik mati,”
ujar Yeolson.
Semua kembali menangis keras mendengar
hal itu. Tanya menatap ukirannya di dinding, serigala putih.
--
Chae-eun memberitahu berita kalau Ollimsani
untuk Sanung akan di adakan malam ini. Dan begitu matahari terbit maka suku Wahan
akan di penggal. Eunseom jelas tidak bisa diam dan langsung ingin pergi menemui
Tagon di rumah yang Chae-eun beritahu padanya.
“Dia tidak di sana. Ini Ollimsani
ayahnya, dia di Istana Serikat. Pikirkan dahulu!” peringati Chae-eun.
Eunseom tidak bisa lagi menunggu dan
ingin bertindak cepat.
“Kau ingin menyelamatkan sukumu atau
mati bersama mereka?”
“Aku mau selamatkan mereka. Namun,
jika tidak bisa, lebih baik mati bersama mereka.”
--
Asa Yon menghampiri Asa Ron dengan panik dan
memberitahu kalau Tagon akan melakukan Ollimsani terhadap Sanung Niruha. Asa Ron
tentu tidak bisa membiarkannya.
--
Hae Mihol juga sudah mendengar kabar
mengenai Tagon yang akan melakukan Ollimsani.
--
Tagon mengenakan pakaian putih sama
seperti yang biasa di lakukan klan Asa dan mulai melakukan Ollimsani. Para prajurit
pengawal dan Daekan juga berkumpul di sana untuk menyaksikan Ollimsani
tersebut. Para rakyat juga berkumpul di sana.
--
Para rakyat lain yang mendengar kabar
Tagon melakukan Ollimsani mulai berbondong-bondong pergi ke sana. Eunseom ada
di antara mereka dengan mengenakan pakaian serba hitam. Haetuak juga ingin
pergi, tapi Taealha melarang karena dia yakin Haetuak akan ketahuan oleh Hae
Mihol nantinya. Haetuak berjanji walaupun dia tertangkap, di akan tetap
bungkam. Taealha tidak percaya, karena dulu Haetuak juga berjanji begitu tapi
bocor juga karena gas halusinogen itu.
Tapi, karena Haetuak terus memohon,
akhirnya Taealha memberikan izin. Pas saat Haetuak membuka pintu, Eunseom melihat
Taealha yang ada di dalam kediaman Tagon.
--
Asa Ron dan Hae Mihol tiba di sana dan
memarahi Tagon karena telah melakukan Ollimsani.
“Tagon. Apa kau pernah bermimpi?”
tanya Asa Ron.
“Tidak.”
“Kalau begitu, apa kau pernah
mendengar suara spirit? Jawab aku!”
“Tidak.”
“Jika tak pernah bermimpi atau
mendengar suara spirit, itu berarti kau tak pernah mendengar suara para dewa. Apa
aku benar?”
“Ya.”
“Lalu kenapa kau berani melakukan
Ollimsani untuk Sanung Niruha?”
“Namun… kau mengumumkan aku punya
kemampuan cenayang…”
“Kemampuanmu hanya cukup untuk
menuntun arwah yang tewas dalam perang! Beraninya kau melakukan Ollimsani untuk
Sanung Niruha, pemimpin Serikat Arthdal? Segera turun! Dengan kuasa dari Asa
Sin, yang pertama tiba di Arthdal, dan dalam nama Isodunyong, kuperintahkan kau
turun dan menunggu hukumanmu!”
Semua yang menonton mulai berkasak-kusuk.
Sementara Hae Mihol tersenyum senang. Tagon akhirnya meletakkan obornya. Tapi…
dia tidak turun.
“Berlututlah, Asa Ron,” ujar Tagon
dengan aura yang berbeda. “Kuperintahkan kau berlutut!” ulangnya lagi. Semua
jadi bingung melihat sikapnya yang berbeda. “Apa kau tak bisa mengenaliku hanya
karena kupinjam tubuh pria ini?”
“Beraninya kau bohong di depanku dan
berlagak menjadi dewa?” marah Asa Ron.
Sementara itu, dari jauh, seseorang
membuka sebuah kotak yang berisi kunang-kunang.
“Asa Ron. Aku meminjam tubuh pria ini.
Aku meminjam lidah dan bibir pria ini.
Asa Ron. Kupegang tangan Klan Asa, membantumu bangkit. Aku yang memelukmu! Jadi,
bagaimana kau bisa tak mengenalku?” ujar Tagon.
Mubaek yang baru tiba kembali di Arthdal
melihat hal itu.
Taealha yang telah kembali setelah melepaskan
kotak berisi kunang-kunang itu, berdoa di dalam hatinya semoga Tagon dapat
berhasil. Tapi, tiba-tiba seseorang muncul di belakangnya dan mengarahkan pisau
ke lehernya. Itu adalah Eunseom.
Moogwang menatap Tagon dan bergumam : “Aramun?”
Semua mendengar gumamam-nya. Dan terlihat, kunang-kunang yang di lepaskan Taealha
terbang ke arah Tagon.
“Kuberikan kehidupan kepada Klan Asa. Kubantu
kalian berdiri dengan dua kaki! Kuizinkan Suku Saenyeok untuk maju pesat. Kubuat
kalian bisa lari menyeberangi Dataran Hitam!” ujar Tagon.
Dan Moogwang berteriak keras. “Haesulla!
Dia Aramun Haesulla (pendiri Arthdal)! Tagon adalah Aramun!” teriaknya lagi
saat melihat cahaya mengelilingi Tagon (mereka tidak tahu itu adalah
kunang-kunang!)
Taealha hendak mengambil pisau yang di
sembunyikannya, tapi Eunseom meletakkan kain di tangan Taealha dan menyuruhnya
untuk memberikan ini pada majikan Taealha (Tagon). Taealha dapat tahu kalau
Eunseom adalah dujeumsaeng itu.
“Suruh dia ke tempat kami bertemu saat
bulan terbit di puncak Kuil Agung. Sebelum itu, dia sebaiknya tak lukai satu
jari, maupun satu hidung Suku Wahan,” ujar Eunseom dan langsung pergi.
Taealha melihat kain yang di berikan Eunseom. Kain dengan noda darah ungu. Tangan Taealha sampai bergetar takut.
Hae Mihon dan Asa Ron tidak menyangka
atas situasi ini sama sekali.
Eunseom mendengar sorakan itu, “Tagon,
jika kau melukai suku Wahan, maka semua orang di Arthdal akan tahu kau adalah
Igutu.”
-Bersambung-
Tags:
Arthdal Chronicles