Network : iQiyi
iQiyi
Malam hari. Wu Mei
menepati janjinya dan membawa Luo Jing ke pasar malam. Dia membelikan permen
buah yang di inginkan oleh Luo Jing, dan beberapa bunga. Lalu dia memberikan
semuanya itu kepada Luo Jing.
“Bukankah kamu tidak
suka bunga sebelumnya?” tanya Wu Mei.
“Siapa yang bilang?
Bukankah itu karena aku takut seseorang akan cemburu mendengar kata ‘Bunga
(Hua)’. Raja pencemburu,” jawab Luo Jing.
Dengan kesal, Wu Mei memberikan
perintah bahwa mulai dari sekarang, Luo Jing tidak boleh memanggil namanya
seperti itu lagi. Nama sebutan ‘Raja pencemburu’. Dan mendengar itu, Luo Jing
tertawa. Lalu karena Luo Jing bersikap seperti itu, maka Wu Mei pun ngambek dan
menghentikan kudanya.
Menyadari itu, Luo
Jing tersenyum. Lalu untuk menenangkan Wu Mei, maka dia pun mencium bibir Wu
Mei. Dan Wu Mei membalas ciuman tersebut dengan lembut.
Wu Mei serta Luo Jing
kemudian membeli satu lentera cahaya untuk diterbangkan ke langit dan membuat
satu permintaan. Karena Luo Jing sempat mendengar bahwa Lentera cahaya akan
bisa membuat satu permintaan menjadi kenyataan. Tapi Wu Mei menolak untuk
melakukan sesuatu yang kekanakan seperti itu.
“Kamu masih begitu
sombong,” gerutu Luo Jing sambil tertawa.
Luo Jing kemudian
mulai menulis kan harapannya di lentera cahaya tersebut, tapi dia tidak
mengizinkan Wu Mei untuk mengintip. Sehingga Wu Mei pun berbalik dan berdiri
sedikit menjauh dari Luo Jing.
“Ingin membantuku?”
tanya Luo Jing, setelah selesai menulis.
Dan Wu Mei pun
membantu Luo Jing untuk menerbangkan Lentera cahaya tersebut. Kemudian Luo Jing
menutup matanya, dan mulai berdoa. Secara diam- diam, Wu Mei pun ikut menutup
matanya dan berdoa juga.
Wu Mei : “Aku berharap
Xiao Jing akan terus berada disisiku selamanya.”
Setelah selesai, Wu
Mei menanyakan apa yang Luo Jing harapkan. Dan Luo Jing tidak mau memberitahu,
karena sebuah harapan tidak akan menajdi kenyataan jika mereka menceritakannya
kepada yang lain.
“Kemudian aku tidak
akan bertanya lagi. Bahkan jika Lentera cahaya tidak mengabulkan keinginan itu,
maka aku akan mengabulkannya untuk mu,” kata Wu Mei, berjanji. Dan Luo Jing
tersenyum bahagia.
Wu Mei serta Luo Jing
kemudian masuk ke dalam pondok dan duduk sambil memandangin semua Lentera
cahaya yang diterbangkan ke langit.
“Setiap Lentera
memiliki cerita. Lihat betapa banyaknya Lentera di Sheng Jing sekarang. Begitu
banyak cerita,” kata Luo Jing.
“Kemudian apa cerita
kita?” tanya Wu Mei.
“Cerita kita adalah
disini,” jawab Luo Jing.
Wu Mei kemudian mulai
memainkan seruling. Dan Luo Jing pun diam mendengarkan sambil menatap Wu Mei
dengan pandangan sedih. Lalu Luo Jing mengingat kembali pembicaraannya bersama
dengan Kaisar.
Flash back
“Xiao Jing, aku
berharap kamu bisa meninggalkan Wu Mei,” pinta Kaisar. Dan mendengar permintaan
itu, Luo Jing merasa terkejut dan bertanya mengapa.
Kaisar menjelaskan
bahwa dia tahu kalau ini sulit untuk diterima oleh Luo Jing, namun dia memiliki
alasan melakukan ini. Beberapa hari lalu, dadanya mulai terasa sakit, begitupun
dengan kepalanya, dan pandangan mulai kabur, jadi mungkin waktunya telah tiba.
Dan sekarang, satu- satunya orang yang bisa mengambil alih tahta, adalah Wu
Mei. Jika Wu Mei menjadi Raja, maka Wu Mei harus menikahi Ru Yu dan membuat
hubungan dengan negara Bei Yu.
Mendengar semua
penjelasan tersebut, Luo Jing ingin membantah, karena dia tidak bisa menerima
hal itu.
“Xiao Jing. Kamu
adalah wanita muda yang pintar. Kamu pasti mengerti apa maksud ku, bukan?”
tanya Kaisar.
“Karena tanah dan
negara, kamu mengorbankan perasaan kami untuk memperkuat kekuasaan, kah?” balas
Luo Jing.
“Tanah dan negara,
atau kecantikan?” tanya Kaisar, memberikan pilihan. “Sejak dahulu kala ini
telah menjadi pertanyaan yang sulit. Terlebih lagi, bagaimana bisa ada rumah
tanpa sebuah negara? Xiao Jing, aku harap kamu akan bisa melepaskan hubungan
antara Pria dan Wanita ini, dan mengizinkan Wu Mei untuk menjadi Raja. Aku
mohon kepada mu,” pinta Kaisar, tulus.
Mendengar itu, Luo
Jing merasa sangat bimbang serta sedih.
Flash back end
“Akan bagus, jika
bisa seperti ini selamanya,” kata Luo Jing, ketika Wu Mei telah selesai
memainkan serulingnya. Lalu Luo Jing mencium kening Wu Mei dengan lembut.
Senang dengan sikap
Luo Jing, maka Wu Mei pun tersenyum bahagia. Lalu dia memeluk bahu Luo Jing,
dan membiarkan nya bersandar kepada dirinya. Dan sambil bersandar didada Wu
Mei, Luo Jing meneteskan air mata kesedihannya.
Luo Jing : “Aku tahu kamu
memiliki kesalahpahaman dan juga kesedihan. Tapi cerita yang kita alamin hany
bisa berakhir sampai disini.”
“Betapa aku tidak berharap bahwa kamu akan melihat surat ini.
Jika begitu kasusnya, kemudian itu berarti aku tidak akan meninggalkan kamu.
Sayangnya, aku tidak bisa egois membiarkan kamu hanya menjadi Zhong Wu Mei.
Kamu masih memiliki tanggung jawab yang lebih penting. Jadi aku berharap bahwa
kamu akan menjadi Raja yang baik.”
Tengah malam. Luo
Jing secara diam- diam menaruh surat yang telah di tulisnya tepat di tempat
tidur Wu Mei, dimana Wu Mei sedang tertidur. Luo Jing tampak sangat sedih, ketika
dia harus menaruh surat tersebut.
“Sebenarnya, aku masih memiliki sesuatu yang aku sembunyikan
darimu. Aku bukan orang dari dunia ini. Karena kebetulan, aku bisa bertemu
dengan mu, tapi kita tidak bisa bersama- sama. Ditakdirkan bahwa cinta kita
sangat dalam, tapi takdir kita dangkal. Aku akan mengubah segala sesuatu yang
telah terjadi didalam dunia ini, menjadi mimpi indah dalam hidupku. Aku
berharap kamu akan melakukan hal yang sama. Jangan cari aku. Aku berharap kamu
bahagia.”
Pagi hari. Ketika membaca
surat tersebut, Wu Mei menangis. Dan dia mengingat kembali semua kenangannya
bersama dengan Luo Jing selama ini.
***
Jiang mengunjungin Wu
Mei, dan memintanya agar berhenti minum- minum. Tapi Wu Mei tidak mau, dan
terus minum sampai mabuk.
Tags:
Unique Lady