Sinopsis K-Drama : Doctor John Episode 05 part 2


Sinopsis K-Drama : Doctor John Episode 05 part 2

Images by : SBS
Semua karakter, tempat, perusahaan dan kejadian dalam drama ini hanyalah fiksi
Konferensi berakhir. Kwon Suk sangat sinis dengan Yo Han dan berkomentar kalau Yo Han berlagak seperti Alber Schweitzer saja. Dia merasa Yo Han hanya asal bicara.
“Pasiennya sudah pulih. Memburuk bagaimana? Dia ingin merawat pasiennya sampai akhir. Itu naluri panggilan, kewajiban, dan tanggung jawabnya,” ujar Joo Kyung, membela Yo Han.
“Itu tidak bertanggung jawab! Mengoperasi pasien padahal itu bukan keahliannya!” kesal Kwon Suk dan langsung pergi.

Joo Kyung kesal karena Kwon Suk melampiaskan kekesalan padanya. Sebelum pergi, Joo Kyung memberikan semangat pada Si Young karena ini adalah hari pertamanya kembali bekerja. Si Young tersenyum dan memanggil Joo Kyung dengan panggilan imo (bibi).
Si Young ternyata kembali ke ruang konferensi. Dia tidak masuk karena di dalam Yo Han sedang bicara dengan Tae Kyung (aku masih bingung, Si Young dan Mi Rae itu saudara ya? Karena mereka marganya Kang. Terus, Si Young manggil Min Tae Kyung kan ibu, dan Heo Jun bilang Mi Rae adalah anak dari Pimpinan Min Tae Kyung).
“Kamu punya sekitar sepuluh lisensi? Atau kamu mau mencabutnya, mengajukan kembali, mencabutnya, dan mendaftar lagi?” tanya Tae Kyung. “Baiklah. Itu terserah kepadamu. Ingat ini. Kamu bisa mendapatkan lisensi lain, tapi hanya ini kesempatanmu bekerja di Pusat Medis Hanse Seoul.”
“Kesempatan ini. Aku berutang kepada siapa? Apa hanya itu alasanku di sini?” tanya Yo Han.
“Kasus tiga tahun lalu. Kamu bilang, kamu tidak melakukan kejahatan. Kamu hanya  melanggar hukum. Aku setuju dengan itu. Kamu dihukum karena melanggar hukum. Kamu sudah bekerja, jadi, kembalilah bekerja. Lebih giat dari siapa pun, tenang, tidak mencolok,” nasehat Tae Kyung sebelum pergi.

Setelah Tae Kyung pergi, Si Young mau masuk menemui Yo Han. Tapi, Yoo Joon tiba-tiba muncul dan mendorong Si Young. Dia yang masuk lebi dahulu karena dia adalah peserta latihan sementara Si Young adalah dokter residen tahun kedua. Si Youn kesal tapi Yoo Joon sudah masuk.
Dengan percaya diri, Yoo Joon berjalan menghampiri Yo Han dan menyapanya dengan panggilan : Narapidana 6238. Sayangnya, Yo Han tidak ingat padanya. Yoo Joon jelas malu dan kesal. Dia memberita namanya, dokter Lee Yoo Joon yang bekerja di rumah sakit dekat penjara.
Yo Han langsung ingat. Dia ingat Yoo Joon sebagai dokter yang sering salah mendiagnosis. Yoo Joon langsung kesal dan memperbaiki kalau dia hanya salah dua kali. 
“Apakah ini takdir atau hanya kebetulan?” tanya Yo Han.
“Ini takdir. Aku mendaftar untuk datang dan mengalahkanmu.”
“Kamu pernah kalah dariku?”
“Di rumah sakit sebelumnya, aku punya keuntungan besar. Aku bisa melihat dan memeriksa pasien, sementara kamu harus menguping dari balik jeruji, dan kamu selalu benar. Menurutmu bagaimana perasaanku?”
“Aku tidak tahu,” jawab Yo Han, datar. “Aku belum pernah merasakan itu.”
“Sekarang kamu profesor dan aku peserta latihan. Mungkin terlihat tidak masuk akal bahwa peserta latihan menantang seorang profesor, tapi aku bersumpah kelak aku akan memperbaiki kesalahan diagnosismu,” tekad Yoo Joon.
“Aku meragukan itu. Tapi sebelum kamu melakukannya… Ya, Dokter Lee, kamu harus ingat ini. Pertama, diagnosis bukan kompetisi. Kedua, perubahan gaya tidak berarti meningkatkan kemampuan,” ujar Yo Han dan keluar.
Mendengar perkataan Yo Han, Yoo Joon tidak merasa marah, tapi malah merasa iri dan kagum. Kenapa Yo Han bisa begitu keren? Dia langsung mengeluarkan buku catatannya dan mencatat perkataan Yo Han barusan : Diagnosis bukan kompetisi.
Di depan pintu konferensi, Yo Han bertemu Si Young. Si Young menyapanya dan memperkenalkan diri dengan formal karena tadi dia belum menyapa dengan benar. Yo Han malah nanya balik, apa Si Young boleh menunjukkan bahwa Si Young mengenalnya? Si Young bingung.
“Jika itu membuatmu tidak nyaman…,” ujar Si Young.
“Bukankah kamu pergi cukup lama?” potong Yo Han.
“Benar.”
“Orang akan melihat penampilanmu. Jangan mencolok. Itu yang dikatakan Kepala Min kepadaku.”
“Aku senang bertemu denganmu lagi,” ujar Si Young dengan suara lantang sehingga membuat Yo Han berbalik. “Saat itu hanya sehari, tapi seorang pria kembali dari ambang kematian,” lanjut Si Young. “Ini juga hari saat aku memutuskan untuk berhenti melarikan diri dan mencoba lagi,” lanjutnya dalam hati. Si Young menundukan kepala memberi hormat dalam. “Ajari aku, Dokter Cha. Aku akan belajar dengan giat.”
Yo Han menatapnya dan berkomentar kalau Si Young masih sama. Si Young bingung. Dan Yo Han menunjuk ke tali sepatu Si Young yang terlepas. Saat Si Young mengikat tali sepatunya, Yo Han sudah pergi.
--

Yo Han berkelilin rumah sakit. Dia tersenyum dan tampak senang melihat kegiatan di rumah sakit kembali. Saat lewat depan tempat yang ada tulisan : Pusat Pengedalian Rasa Akit, ada satu huruf yang terlepas (tempelan huruf nya sudah ada yang terlepas dan di ganti dengan tulisan huruf di kertas. Tapi, kertasnya jatuh ke lantai) Jadi, Yo Han mengambilnya dan melompat, berusaha menempelkannya jadi namanya menjadi lengkap : Pusat Pengedalian Rasa Sakit.” Pas saat dia selesai menempel, dia menerima telepon.

Ternyata, itu adalah kantornya. Wkwkw.  Dia masuk ke dalam sambil mengangkat telepon dari Han Myung Oh.
“Kenapa kantorku di basemen?” tanya Yo Han.
“Kau tidak boleh memilih. Bersyukurlah kau di terima.  Tim legal ada di lantai 12. Mau makan bersama nanti?”
“Entahlah. Aku berencana untuk sangat sibuk hari ini. Mari bicara nanti.”

Yo Han mematikan telepon dan melihat isi ruang kerjanya. Dia tampak puas. Dua orang perawat yang bertugas untuknya datang dan memperkenalkan diri. Yang pertama adalah Hong Yeo Jin. Yang kedua adalah Na Kyung Ah.
“Dimana semua dokter residen?” tanya Yo Han.
“Di ruang rapat,” beritahu perawat Hong.
--

Di ruang rapat, semua residen berkumpul dan ada Yoo Joon juga. Heo Jun masih saja menggerutu karena harus menderita di tahun terakhirnya. Dia benci dengan Yo Han.
“Kamu sudah membaca kasus tiga tahun lalu? Dia tidak melepas ventilator pasien yang tidak berdaya atau menghentikan pengobatannya. Dia menyuntikkan anestetika dengan dosis mematikan. Bukan kepada pria tua, tapi pria 20 tahun. Semuda itulah dia,” ujar Heo Jun pada Yoo Joon.
“Dia mengidap kanker stadium akhir. Kankernya akan cepat menyebar dan dia akan lebih menderita,” komentar Yoo Joon, menanggapi.
“Dia tetap akan segera mati jika dibiarkan dalam kondisi itu,” balas Heo Jun.
“Aku membaca kasus itu. Sepertinya dia punya terlalu banyak waktu untuk menunggu dan mati,” komentar Si Young, ikutan nimbrung.
“Berapa waktu yang dimiliki pasien kanker stadium akhir?” balas Heo Jun.
“Usianya baru 20 tahun.”
“Benar. Jantungnya masih muda dan sehat. Alih-alih kehabisan waktu…,” komentar Yoo Joon dan terhenti karena terganggu dengan Won Hee yang melakukan push-up. “Dia akan mendapatkan rasa sakit yang menyiksa.”
“Pasien itu seorang penculik,” beritahu Won Hee.
“Benar. Dia membunuh dua anak. Itu kasus yang sangat terkenal. Siapa namanya?”
“Yoon Seong Kyu,” jawab Mi Rae.
“Ya, Yoon Seong Kyu. Tapi bukan itu masalahnya. Kenapa profesor yang mengajarku harus mantan narapidana? Kenapa?” rengek Heo Jun.

Dan sialnya, pas dia merengek itu, pas pula Yo Han ada di depan pintu. Yo Han masuk ke dalam. Heo Jun langsung memasang wajah tersenyum dan menyapanya. Yang lain juga langsung berdiri. Yo Han masuk dan bertanya, apa yang ingin berbagi pendapat mengenai Joo Hyung Woo?
Joo Yeon tidak memberi pendapat dan malah bertanya, apakah Yo Han akan terus memantau Hyung Woo? Ini kan adalah Pengedalian Rasa Sakit, bukan Oftalmologi atau Neurologi, jadi tidak ada yang bisa mereka lakukan. Yo Han tidak menjawab dan menyuruh Joo Yeong mengulurkan tangan. Dan Yo Han langsung mencubitnya dengan keras hingga Joo Yeon berteriak kesakitan.
“Begitu pula pasiennya. Selain itu, dia bahkan tidak tahu kenapa dia terluka. Bukankah alasan ini cukup bagi kita untuk lebih perhatian kepadanya?” ujar Yo Han.
Saat itu, Si Young melihat data Hyung Woo dan langsung memberitahu Yo Han kalau Hyung Woo siap dia pulangkan.
--
Hyung Woo berfoto dengan para dokter. Yah, sepertinya itu publisitas sih. Setelah itu, Yi Moon menyalami Hyung Woo dan berkata agar Hyung Woo selalu menang dalam perlombaan.
Yo Han masuk ke dalam. Dia melarang Hyung Woo untuk pulang. Dokter lain langsung memberitahu Yo Han kalau mereka sudah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan Hyung Woo baik-baik saja. Yo Han masih melarang dan menyarankan Hyung Woo untuk tinggal beberapa hari dan melakukan pemeriksaan lagi.
“Aku ada pertandingan penting pekan depan, jadi, aku harus pergi.”
“Kamu tidak bisa bertarung dalam keadaan ini,” tegas Yo Han.
“Kenapa kamu bilang begitu padahal dia baik-baik saja?” ujar dokter lain dengan kesal.
“Benar sekali. Saat aku bangun pagi ini dan mendapati mataku seperti ini, kukira kamu membuat kesalahan beberapa hari lalu. Tapi mereka bilang aku baik-baik saja. Kalau begitu, bukankah seharusnya aku puas dengan itu?”
“Kamu yakin tidak kecewa?” tanya Yo Han, balik. “Kamu datang ke rumah sakit pagi ini karena matamu terasa aneh. Jika aku membuat kesalahan, kamu akan membiarkan mereka memperbaikinya. Aku yakin kamu juga siap menuntutku atau memintaku bertanggung jawab. Namun, kantotomiku dilakukan tanpa kesalahan. Itu artinya operasiku sukses, tapi matamu terasa aneh karena masalah lain dalam tubuhmu. Menurutmu apa yang dilakukan pasien lain dalam situasimu? Mereka akan meminta pemeriksaan, bukan meminta dipulangkan.”
“Apa maksudmu?”
“Kamu sudah tahu ada yang salah dengan tubuhmu, bukan? Kamu berharap kamu keliru,” yakin Yo Han.
“Jika memang ada masalah, maka aku tidak punya banyak waktu untuk berdebat. Kalau begitu, waktuku akan habis. Sampai jumpa,” balas Hyung Woo, tersenyum. Dan kemudian keluar dari kamarnya di ikuti dokter lainnya.
Yo Han melihat sekitar. Dia melihat jam tangan Hyung Woo di meja, dan menutupinya dengan majalah.
--
Di ruang rapat, Won Hee malah sedang melihat pertandingan Hyung Woo lewat ponselnya. Karna Won Hee terlihat antusias, Heo Jun ikut nonton. Sementara itu, Si Young sibuk mencari artikel mengenai Hyung Woo dan tampak memikirkan pasien.
Yo Han masuk dan memberitahu karena mereka tidak ada pasien jadi mereka akan melanjutkan pemeriksaan lanjutan Joo Hyung Woo. Semua heran, bukannya Joo Hyung Woo sudah pulang?
“Dia telah memintanya. Tapi dia akan segera kembali. Jamnya tertinggal,” jawab Yo Han.
“Maksudnya matanya terasa tidak nyaman, dan dia pusing. Jika dia tiba-tiba pulih karena beberapa masalah dengan saraf, dia juga akan mengalami gejala lain dan akan kembali,” ujar Yoo Joon.
Yo Han tertarik dan bertanya, apakah ada yang bisa menebak gejala pertama Hyung Woo? Heo Jun dan Si Young mengangkat tangan bersamaan. Tapi, Yo Han menyuruh Heo Jun yang menjawab.
“Jika kita berhasil mendiagnosis dia… Bukankah departemen lain seperti Oftalmologi atau Neurologi, merasa getir soal itu? Aku sangat menyukai Petarung Joo, tapi aku mencemaskanmu,” ujar Heo Jun. gubrakk lah dia. Yoo Joon saja sampai megang bahunya, tanda agar dia diam.
Yo Han nanya lagi, apa ada yang punya pendapat lain? kali ini yang ngangkat tangan adalah Si Young dan Won Hee. Yo Han nyuruh Won Hee yang jawab.
“Kamu sering menonton pertandingannya?” tanya Won Hee, ampun deh. “Aku penasaran kenapa orang-orang menentang kekerasan, tapi bersedia menonton pertarungan sadis seperti itu.”
“Entahlah. Kamu pikir mereka ke sana hanya untuk mengamati kekerasan? Apa lagi yang kalian lihat di stadion itu?” tanya Yo Han balik.
“Gadis cantik?” jawab Heo Jun.
“Yang lebih penting, para petarung,” jawab Mi Rae.
“Apa lagi? Itu PR kalian,” ujar Yo Han.
Dan kemudian, Yo Han bertanya apa yang ingin Si Young katakan?
“Baru-baru ini, Petarung Joo pergi ke Amerika Selatan untuk syuting acara ragam. Ini mungkin langka, tapi jika dia divaksin sebelumnya, antigen dalam vaksin bisa merusak sel saraf…,” beritahu Si Young.
“Dan menyebabkan sindrom Guillain-Barre atau meniru ensefalomielitis akut?” tebak Yoo Joon.
“Mungkin saja sindrom itu menghalangi gerakan matanya, tapi tidak ada hubungannya dengan pemulihannya. Aku mencurigai adanya strok, oftalmoneuromielitis, atau multiple sclerosis. Tapi karena dia tidak menunjukkan gejala neurologis… Pasien mengalami sensasi menggelitik di tangan dan kakinya. Itu bisa dianggap sebagai gejala diabetes. Namun, itu adalah gejala multiple sclerosis atau oftalmoneuromielitis,” jelas Yo Han.
“Haruskah aku menghubungi pasien dan menyuruhnya diperiksa?” tanya Si Young, bersemangat.
“Katakan kepadanya ada masalah dengan otaknya dan dia harus diperiksa di Neurologi,” perintah Yo Han.
Si Young langsung beranjak hendak menemui Hyung Woo. Eh, Heo Jun juga ikut berdiri hendak ikut dengan Si Young. Tapi, Si Young takut kalau Hyung Woo sudah pergi dari rumah sakit. Yo Han mengingatkan kalau dia kan sudah bilang jam Hyung Woo tertinggal.
--


Dan benar, Hyung Woo kembali ke kamarnya untuk mengambil jam-nya yang tertinggal dan ditutupi majalah. Untunglah, karena pas sekali dengan kedatangan Si Young dan Heo Jun. Mereka memperkenalkan diri. Dan bukannya bersikap profesional, Heo Jun malah bertepuk tangan dan tersenyum senang memberitahu dia adalah penggemar berat Hyung Woo. Tapi, untung dia segera sadar.
Heo Jun memberitahu Hyung Woo kalau menurut dr. Cha mungkin masalahnya bukan di mata Hyung Woo tapi di otak. Jadi, dia mau Hyung Woo di periksa. Hyung Woo mendengarkan sambil memasang jam-nya. Si Young menambahkan kalau Hyung Woo harus ke dept. Neurologi untuk pemeriksaan menyeluruh.
“Nona. Kamu tahu DNR? (Dokumen yang berisi pasien menolak memperpanjang hidup secara medis). Baru-baru ini, aku menandatanganinya. Jika aku datang ke sini dalam keadaan darurat, tolong katakan kepadanya untuk tidak memperpanjang hidupku melalui peralatan medis. Kumohon.”
“Kenapa kamu bilang begitu, padahal belum didiagnosis?”
“Aku akan pergi sekarang,” ujar Hyung Woo dan berjalan pergi.
“Kamu takut, bukan? Kamu takut memiliki penyakit yang tidak bisa disembuhkan atau kritis. Benar begitu? Orang biasa seperti kami merasa takut saat ada yang salah dengan tubuh kita. Tapi kamu seorang petarung. Tubuhmu sama berharganya dengan nyawa. Aku yakin kamu lebih takut. Tapi jika kamu ragu, itu hanya akan memperburuk keadaan.  Belum terlambat untuk…”
“Terima kasih,” potong Hyung Woo. “Aku memang takut. Ada seseorang yang memahamiku seperti ini terasa menenangkan.”

Dan usai mengatakan itu, Hyung Woo lanjut jalan pergi. Si Young tidak membiarkannya dan mengikutinya. Hyung Woo melihat lift yang penuh dan memutuskan turun dengan tangga darurat. Si Young masih mengikutinya dan memanggilnya.

Tiba-tiba, Hyung Woo memegang lututnya dan mencengkeram pegangan tangga dengan erat. Tidak lama, dia lanjut jalan dan akhirnya malah jatuh dari tangga. Si Young panik.
--

Hyung Woo akhirnya kembali di rawat karena menderita fraktur ringan di kaki kirinya. Hasil pemindaian otak dan semuanya baik-baik saja. Tapi hasil MRI punggung menunjukkan kemungkinan cakram karena saraf kiri tertekan. Dokter mata akan memindahkan Hyung Woo ke Ortopedi.
Yo Han masuk bersama dengan Si Young. Dia memerintahkan agar Hyung Woo di pindahkan ke departemen Neurologi.
“Apakah tubuhmu pernah terasa aneh atau panas?” tanya Yo Han.
“Kenapa kamu bertanya?”
“Itu bisa berkaitan dengan saraf. Kamu harus menjalani pemeriksaan. Mengobati penyakit saraf harus dilakukan secepat mungkin. Penderitaan dari cakram tidak bisa menjelaskan kenapa kamu pusing atau kehilangan fokus. Kamu harus pindah ke…”
“Tidak, terima kasih,” potong Hyung Woo. “Tolong sembuhkan kakiku secepat mungkin.”
“Kamu tidak punya wali? Bagaimana dengan keluargamu? Apakah keluargamu menyadari situasimu saat ini? Benarkah tidak ada yang bisa datang ke sini?” tanya Yo Han.
“Tidak ada,” jawab Hyung Woo dengan nada kesal.


Post a Comment

Previous Post Next Post