Sinopsis C-Drama : Go Go Squid Episode 09

Sinopsis C-Drama : Go Go Squid Episode 09

Images by : Dragon TV / ZJTV / iQiyi

Ai Qing mengajak Solo untuk bicara berdua. Dia marah karena Solo membuat keputusan agar dia yang menemani team untuk kompetisi di Norway tanpa izinnya. Solo hanya bisa meminta maaf. Ai Qing tambah marah karena Solo pasti tahu kalau Han Shangyan yang akan membawa anak K&K ke Norway, tapi masih mengirimnya pergi. Apa Solo tahu, setiap kali dia melihat Shangyan, dia selalu merasa sangat bersalah dan takut?! Saat terakhir mereka kompetisi di Singapore, dia tidak tahu kalau Shangyan ada di sana, maka tidak masalah. Tapi, kali ini, Solo sengaja membuatnya agar bertemu dengan Shangyan. Dan juga ingin mengirim Ou Qian dan Xiaomi.
“Menjadi teman untuk sehari, artinya menjadi teman untuk selamanya,” ujar Solo.
“Lalu, kenapa kau tidak menghadapi kecanggungan ini sendiri? 10 tahun lalu, kau menjadi pengecut, dan kau masih ingin seperti itu 10 tahun kemudian?” marah Ai Qing.
“Aku sadar kalau klub di bubarkan karena aku. Ai Qing, aku hanya tidak ingin kau selalu membawa beban ini. Jika ada kesempatan, aku harap kalian semua dapat berbaikan dengan Han Shangyan. Walau bagaimanapun, kita adalah teman.”

Ai Qing tetap masih tidak setuju. Kenapa harus mereka yang berusaha berdamai dengan Shangyan, bukan Solo dan Shangyan? Solo hanya menjawab kalau dia sudah menunggu hingga hari ini. Mereka berdua menghela nafas panjang.
Flashback
Ai Qing berada di atap rumah bersama dengan Shangyan. Ai Qing berkata kalau besok adalah kompetisi Final Nasional. Apa Shangyan merasa nervous atau khawatir? Shangyan balik tanya, apa Ai Qing masih ada niat untuk berkompetisi? Dia bahkan tidak tahu untuk apa dia berkompetisi. Ai Qing dengan tegas menjawab kalau itu demi nama baik, kesuksesan dan kemenangan.
Solo yang hendak ke atap, melihat mereka dan memutuskan untuk menguping.
Shangyan terlihat tidak bersemangat mengenai kompetisi besok. Karena setelah kompetisi berakhir, Solo akan meninggalkan team mereka. Solo mau meninggalkan team setelah membuat nama team menggunakan namanya sendiri : Team SOLO. Sebenarnya, jika mereka menang pun, apa yang akan berubah?
“Kau masih belum memaafkannya kan?” tanya Shangyan.
“Aku tidak tahu,” jawab Ai Qing dengan sedih. “Tapi, aku merasa jika aku yang melalui masalah seperti ini, aku juga tidak akan tahu bagaimana mengatasinya.”
“Tapi, kau adalah korban! Dia tidak hanya menyakiti setiap anggota team, tapi dia lebih menyakiti perasannya yang kalian miliki satu sama lain. Bukankah kalian saling mencintai? Kau mampu memaafkan sifat pengecutnya yang memilih keluar. Itu artinya kau benar-benar bodoh,” marah Shangyan dan turun dari atap.

Ai Qing diam-diam menangis. Setelah Shangyan pergi, Solo keluar. Dia dan Ai Qing saling bertatapan.
End
--

Lan Mei datang berkunjung ke rumah Tong Nian. Tong Nian sedang sibuk melihat kalung hadiah kakek. Lan Mei memuji karakter Shangyan yang cukup bagus walaupun suaminya bilang sifat Shangyan tidak begitu bagus. Lan Mei menasehati Tong Nian untuk ‘menangkap’ Shangyan dan jangan sampai kehilangan. Pria dengan karakter yang bagus itu, cukup langka.
Tong Nian hanya senyum-senyum sambil memasang kalungnya. Dia sedang sangat kasmaran.
--

Di kamarnya, Shangyan melihat ponselnya dengan gugup. Dia hendak membuat akun NetEase, tapi dia bingung haruskah mendaftar masuk atau tidak? Setelah menghela nafas berulang kali, Shangyan akhirnya keluar kamar dan memanggil 97. 97 jelas ketakutan di panggil Shangyan, apalagi di suruh masuk ke dalam kamar dan tutup pintunya dengan rapat.
97 sudah sangat gugup, takut ada salah. Shangyan sampai bingung, kenapa 97 sangat gugup sih? 97 langsung menjawab kalau dia gugup karena Shangyan tiba-tiba memanggilnya, tentu saja dia terkejut.
“Kau tahu caranya mendaftar ini?” tanya Shangyan, menunjukkan layar ponselnya.
“NetEase Music? Tentu saja aku tahu.”
“Bantu aku mendaftar.”
97 kaget. Dia dengan bersemangat mulai mendaftarkan dan membuat akun untuk Shangyan. Dia juga tanya, Shangyan mau nama username-nya apa? Han Shangyan, Gun atau GN? 97 bahkan menawarkan diri jika Shangyan ingin membuat akun terverifikasi, dia bisa membantu mengisi form-nya. Jika orang-orang tahu Shangyan memiliki akun NetEase Music, pasti akan menjadi berita heboh.
“Tapi boss, kau kan buta nada. Kenapa kau membuat akun NetEase?” tanya 97, penasaran.
“Aku menyuruhmu untuk mendaftarkan akun, kenapa kau banyak bicara?” kesal Shangyan.
97 akhirnya selesai mendaftarkan akun untuk Shangyan.
--
Tong Nian dan Lan Mei sedang sibuk melihat akun mereka di NetEase. Tong Nian bertanya pada Lan Mei, apakah suami Lan Mei ada melihat kompetisi live Shangyan? Dia juga ingin ikut nonton. Lan Mei menjawab dengan yakin kalau suaminya pasti ada nonton, kan suaminya adalah fans garis keras. Sayang saja, suaminya tidak memiliki foto ataupun tanda tangan Shangyan. Itu karena Shangyan sangat tidak suka di foto. Shangyan hanya menunjukkan wajahnya selama foto grup saja.
“Apa Han Shangyan punya fans perempuan?” tanya Tong Nian.
“Ada. Tapi tidak sebanyak yang kau pikirkan. Bagaimanapun, CTF tidak begitu populer dulu.”
 Mendengar itu, Tong Nian mulai membuat status di akun NetEase-nya : Ketika kalian berusia 11 tahun, apa yang sudah kalian lakukan? Tiba-tiba, aku merasa sangat malu. Di usia itu, aku hanya belajar bagaimana menyembunyikan kertas ujian di tas-ku, tapi seseorang sudah menjadi juara.
Lan Mei membaca status Tong Nian, dan langsung menggodanya yang sedang kasmaran. Tong Nian malu dan berkata kalau dia hanya merasa sentimental saja. Lan Mei semakin menggodanya.

Karena Tong Nian orang yang cukup terkenal di NetEase, dalam waktu singkat, sudah banyak orang yang memberikan like dan komentar untuk status-nya tersebut. Para pengikutnya, bertanya-tanya, siapa ‘seseorang’ yang di maksud oleh Tong Nian.


Saat sedang membaca semua komentar tersebut, Tong Nian sangat terkejut karena ada akun bernama GN yang meninggalkan komentar. Tong Nian memberitahu Lan Mei, GN adalah Han Shangyan (sama seperti nama akun WeChat Shangyan). Lan Mei jadi ikut bersemangat.
Tong Nian tambah bahagia, saat tahu kalau akun itu baru saja di buat. Lan Mei ikutan bahagia.
--
Shangyan masih belajar menggunakan akun medsos, NetEase. Dia tampak kebingungan karena apa semua medsos itu hanya bisa meninggalkan ‘komentar’? 97 yang masih ada di sana, memberitahu kalau mereka mengenal seseorang di medsos, mereka bisa mengirim private message (pesan DM) agar lebih nyaman.
“Kenapa kau tidak bilang dari awal,” kesal Shangyan.
“Boss tidak tanya tadi,” jawab 97. “Boss, ku beritahu, kau bisa mem-follow kakak ipar juga. Lihat. Setelah kau mem-follow-nya, kau bisa melihat aktivitasnya. Ini sama dengan grup teman (di WeChat). Misalnya, dia memposting lagu baru atau pergi ke suatu tempat, dia akan mempostingnya dan kau bisa melihatnya,” ajari 97 dengan bersemangat sampai mengambil ponsel Shangyan.
Shangyan tampaknya malu. Dia merebut ponselnya dari tangan 97 dan menyuruh 97 untuk kembali tidur karena dia sudah mengerti. Dan tanpa melawan, 97 pun pergi.

Begitu 97 pergi, Shangyan langsung memfollow akun Tong Nian.
Tong Nian sendiri dengan bersemangat, membuka profil Shangyan dan langsung menekan tombol follow. Para followers Tong Nian yang tahu kalau Tong Nian mem follow akun baru, jadi semakin heboh dan penasaran, siapa itu GN? Kenapa tidak ada foto profilnya?
Tong Nian mah tidak peduli dengan komentar followers-nya. Yang dia pedulikan hanyalah, Shangyan hanya mem-follow satu akun saja yaitu akun miliknya. Dia sangat bahagia. Lan Mei sampai menegurnya yang begitu bahagia hanya karena hal kecil seperti itu padahal Tong Nian kan sudah jadi pacar Shangyan.
“Hey, jangan bilang begitu. Aku sudah bilang kan, aku bukan pacar aslinya.”
“Bukankah secara perlahan kau akan menjadi pacar aslinya. Perasaan. Kau hanya perlu memupuknya dan perasaan akan berkembang.”
--
Shangyan sudah bersiap tidur. Dia bahkan sudah mematikan lampu kamar dan berbaring di tempat tidur. Tapi, belum juga sampai semenit, ponselnya sudah berdering. Itu telepon dari Tong Nian yang sedang sangat bersemangat karena Shangyan mem-follow akunnya. Dia menelpon di dalam kamar mandi agar Lan Mei tidak mendengar.
Tong Nian menelpon dan bertanya dengan pelan, apakah ini adalah nomor telepon Han Shangyan? Shangyan mengiyakan, dia sudah sangat mengantuk.
“Besok pagi, aku harus pergi ke Norway,” beritahu Shangyan.
“Kau ke Norway?”
“Pesawat pulangku tanggal 2 Maret, jam 4.20 sore,” beritahu Shangyan lagi.
“Aku mengerti,” jawab Tong Nian, senang.
“Jika ada yang mau kau bicarakan, tunggu sampai aku kembali,” ujar Shangyan dan lanjut tidur tanpa mematikan ponsel.
Tong Nian masih bicara. Dan karena tidak ada suara, dia mematikan telepon setelah mengucapkan : Selamat malam, mimpi indah, bye-bye.
Saat Tong Nian keluar kamar mandi, Lan Mei langsung menginterogasi-nya, apa yang Shangyan katakan. Tong Nian tidak mau memberitahu. Tapi, Lan Mei terus menginterogasi dan memaksanya untuk memberiitahu agar dia tidak penasaran. Dan setelah di gelitiki oleh Lan Mei, Tong Nian pun menyerah.
“Dia bilang padaku, dia akan ke Norway besok. Dia juga bilang kapan penerbangan pulangnya,” cerita Tong Nian.
“Bukankah itu artinya dia ingin kau menjemputnya?” semangat Lan Mei.
Mereka berdua tertaawa bahagia.
--
Esok hari,
Shangyan dan K&K sudah tiba di bandara. Pegawai pesawat menghampirinya dan menyerahkan tiket yang telah Shangyan minta untuk upgrade menjadi kelas bisnis. Dia memberikan tiket itu pada 97 dan Grunt.
Tidak lama, Ai Qing dan team SP tiba. Ai Qing langsung meminta maaf sudah terlambat karena mereka terjebak macet tadi. Dan setelah itu, Ai Qing memperkenalkan Inin pada Shangyan. Inin menyodorkan tangan untuk bersalaman, tapi Shangyan tidak menyambut uluran tangannya. Shangyan hanya menyerahkan tiket pada Ai Qing dan menyuruh mereka mengurus bagasi mereka karena sudah hampir waktunya boarding pass. Setelah itu, Ai Qing dan K&K pergi duluan ke ruang tunggu.


Ai Qing membagikan tiket pada anggotanya. Dan mereka semua terkejut karena tiket mereka adalah tiket bisnis. K&K telah mengupgrade tiket mereka.
--
Ai Qing duduk bersama dengan Shangyan di pesawat. Suasana sangat canggung. Ai Qing mencoba bicara pada Shangyan, tapi Shangyan hanya diam. Karena itu, Ai Qing menawarkan diri kalau Shangyan merasa canggung, dia bisa pindah tempat duduk dengan anggota lain. Shangyan melarang karna tidak masalah.
Tapi, tetap saja, Shangyan mengabaikan Ai Qing. Hal ini, membuat Ai Qing teringat masa lalu, saat mereka tidak memiliki rasa canggung sama sekali.
Flashback
Shangyan berada satu payung dengan Ai Qing dalam perjalanan pulang. Hujan turun dengan sangat deras dan membasahi tubuh mereka. Mereka ternyata baru saja pulang dari membeli makanan untuk anggota team.
Begitu sampai ke dorm, Ai Qing tidak bertukar baju ataupun mengeringkan rambut, tapi langsung duduk dan hendak makan. Shangyan sendiri mengambil handuk dulu dan mengeringkan rambut. Solo khawatir melihat mereka yang basah kuyup hanya untuk membeli makanan. Tapi, dia lebih mengkhawatirkan Ai Qing.

Solo menarik Ai Qing ke kamar mandi dan membantu mengeringkan rambut Ai Qing dengan handuk. Ai Qing harus menjaga kesehatan, jangan sampai sakit. Setelah itu, dia mengeringkan rambut Ai Qing dengan hairdryer. Alasannya adalah dia sebagai kapten harus menjaga kesehatan setiap anggotanya. Dari pintu kamar mandi, Xiaomi, Ou Qiang dan Shangyan, memperhatikan kedekatan mereka.

Saat Solo mengeringkan rambutnya, Ai Qing tampaknya sudah menyukai Solo. Begitupula dengan Solo.
Selesai mengeringkan rambut, Ai Qing baru makan. Sementara Solo ke dapur dan membuatkan obat / teh untuk Ai Qing minum. Ou Qiang langsung menggoda Solo yang hanya membuatkan untuk Ai Qing dan bagaimana dengan mereka? Di tambah lagi, obat teh itu cuma ada satu kotak saja. Ai Qing langsung tersenyum malu.
Mereka sangat dekat hingga tertawa dan bercanda.
End
Dan situasi itu berbeda 180 derajat dengan sekarang. Dalan perjalanan, Shangyan hanya terus diam. Tiba-tiba, Shangyan memanggil pramugari dan meminta di ambilkan segelas air hangat. Ai Qing khawatir dan bertanya apakah Shangyan merasa tidak enak badan? Dia ada membawa obat demam.
“Aku hanya kurang tidur,” ujar Shangyan, mengakhiri Ai Qing yang hendak bicara.
“Orang dengan ingatan bagus merasakan lebih banyak rasa sakit jika di bandingkan dengan mereka yang punya ingatan buruk (cepat lupa) kan?”
Shangyan diam dan memilih berpura-pura tidur. Ai Qing menatapnya yang memilih menatap ke dinding pesawat.
Flashback
Para anggota SOLO berkumpul di atap untuk merayakan karena berhasil masuk ke final. Mereka sangat bahagia. Saking bahagianya, mereka sampai berteriak. Dan akhirnya, di teriaki balik oleh tetangga karena mengganggu mereka yang hendak tidur.
“Aku sangat menyukai atap ini,” ujar Xiaomi. “Jika di masa depan aku punya uang, aku akan membeli gedung ini. Dan setiap kali kita menang, kita akan minum dan menyanyi di sini tanpa harus mengkawatirkan pemilik gedung. Itu adalah aku di masa depan.”

Ou Qiang langsung mengejek impian Xiaomi tersebut. Ai Qing juga menyuruh Xiaomi untuk berhenti bermimpi. Bahkan jika mereka menang kompetisi nasional, uangnya pasti tidak akan cukup untuk membeli rumah ini. Xiaomi yang berpikiran sederhana, menjawab kalau mereka hanya harus terus bertanding dan bertanding hingga menjadi juara dunia!
Shangyan setuju dengan Xiaomi. Setelah mereka menjadi juara dunia, mereka bisa membeli sepanjang jalan ini dan bisa berteriak sekeras mungkin. Mereka mulai berteriak lagi dengan keras. Dan kembali di teriaki dengan keras oleh tetangga.
Ai Qing tiba-tiba bertanya pada mereka, selain menjadi juara dunia, apalagi impian mereka semua?
“Aku ingin membantu nenek-ku untuk membuka toko besar dan mempekerjakan banyak pegawai untuk membantunya mengurus toko. Selama nenekku bisa duduk dan mengumpulan uang, maka itu sudah oke,” ujar Xiaomi.
“Aku hanya ingin bersama kalian semua dan berkeliling dunia!’ ujar Ou Qiang. “Dengan kalian semua, aku sudah puas.”
“Mimpiku… mimpku adalah, impian orang yang ku cintai dapat menjadi nyata,” ujar Ai Qing dan menatap Solo.
Semua tentu tau, orang yang di cintai Ai Qing adalah Solo. Tapi, Ou Qiang malah sok tanya, apakah orang yang di cintai Ai Qing termasuk mereka? Ai Qing dengan suara keras menjawab, tentu saja!
“Mimpiku sangat sederhana. Mendapatkan juara dunia. Membuktikan pada seluruh dunia, tidak ada hal mustahil bagi China untuk di capai,” ujar Shangyan.
“Sebagai kapten team kalian, mimpiku adalah membantu kalian mewujudkan mimpi kalian. Bagus kan?” ujar Solo.

Mereka langsung bersemangat. Semua tampak berbahagia. Bahkan dalam kondisi tanpa uang saja, mereka sudah sangat bahagia. Memikirkan mimpi mereka menjadi juara dunia, membuat mereka sudah sangat bersemangat. Kebahagiaan sederhana itu, tidak di sangka akan sulit mereka rasakan dalam waktu 10 tahun kemudian.
End
Ai Qing tampak berusaha menahan tangisnya, mengingat kenangan masa lalu tersebut. Kini, kondisi mereka sudah lebih baik daripada waktu itu, tapi mereka tidak lebih bahagia daripada dulu.
--

Shangyan membawa team-nya dan team SP untuk berkunjung ke kantor pusat K&K yang lokasinya memang di Norway. Begitu sampai di sana, Ou Qiang malah menggoda resepsionis bule di sana. Setelah itu, Ou Qiang memuji Shangyan yang ternyata sangat bagus, jika tahu dia akan masuk ke K&K. Ai Qing langsung menegurnya, dan tentu dia tahu Ou Qiang hanyalah bercanda.

Shangyan menemui Nan Wei yang adalah suami Su Cheng. Mereka tampak sangat akrab. Shangyan memperkenalkan Nan Wei kepada team SP. Nan Wei ternyata mengenali Ai Qing sebagai Appledog. Dia dulu juga sering ikut kompetisi, tapi sekarnag dia sudah keluar. Shangyan memberitah mereka kalau Nan Wei adalah suami Su Cheng dan sudah menikah beberapa tahun dengan Su Cheng.
Ekspresi Ai Qing, Xiaomi dan Ou Qiang langsung tegang.
“Aiiyooo, tidak masalah. Aku tahu kalau istriku dulu bersama Solo. Tapi, siapapun pernah pacaran sebelumnya, kan?” ujar Nan Wei.
Suasana jadi sedikit mencair. Inin yang baru tahu, langsung bisik ke 97 kalau selama ini, dia mengira Su Cheng adalah pacar Shangyan.
“Kau bercanda ya. Terakhir kali kan Lao Han (Shangyan) membawa pacarnya untuk melihat kompetisi,” ujar Ai Qing.
Semua langsung menggoda Shangyan. Nan Wei jadi kepo, siapa pacar Shangyan? Shangyan membantah kalau itu hanya teman bukan pacar.

Nan Wei sangat ramah dengan mengajak semuanya untuk ikut dengannya tour kantor K&K. Dia juga menunjukkan ruang latihan dan menyuruh mereka untuk mencobanya. Ai Qing merasa tidak enak karena mereka kan bukan dari K&K tapi SP. Nan Wei tidak mempermasalahkan, dia malah lebih terkejut karena Shangyan membawa SP kemari. Selama ini, dia mengira K&K dan SP adalah air dan api yang tidak bisa di satukan. Maksudnya bukan team tapi lebih kepada Han Shangyan dan Solo.
Nan Wei meninggalkan mereka dan menyuruh mereka untuk santai saja, dan jika perlu apapun dapat mencarinya.
Nan Wei menghampiri Shangyan yang sedang merenung sendiri. Dia menyuruh Shangyan untuk tidak perlu begitu khawatir.

Inin menghampiri Ai Qing dan menyarankan agar mereka kembali ke hotel. Ai Qing bertanya alasannya, karena mereka kan satu hotel dengan K&K, jadi bisa kembali bersama. Inin akhirnya jujur kalau dia merasa canggung berada di sana. Untungnya Ai Qing dan yang lain mengerti dan memilih kembali ke hotel duluan. Mereka pamit pada Nan Wei dan Shangyan. Tentu saja, Shangyan tidak merespon apapun.
--

K&K sudah ke hotel. Grunt melihat kamar Shangyan dan kagum karena kamar Shangyan begitu besar. Tidak hanya itu, di meja ruang tamu, malah ada sebuket bunga mawar. Melihat bunga mawar, Grunt jadi ingat kalau besok adalah hari valentine. Shangyan menyuruhnya untuk keluar.

Setelah Grunt keluar, Shangyan melihat buket bunga yang ada di meja ruang tamu. Dia tampak bingung, kenapa ada bunga? Tidak lama, telepon kamarnya berbunyi. Tada! Yang menelpon adalah ibu tirinya.            
“Besok adalah ulang tahunmu! Happy valentine! Selamat ulang tahun! Apa kau suka dengan kejutan yang ku siapkan?” tanya ibunya, bahagia.
“Suka,” jawab Shangyan, tapi ekspresinya datar.
“Aku menelpon bukan untuk mengucapkan happy birthday. Yang lebih penting adalah, minggu lalu, aku memesan sebuah kalung dari temanku. Jika kau punya waktu, kau harus mengambilkannya untukku.”
“Tidak ada waktu.”

Ibu langsung kesal. Shangyan selalu bilang sibuk dan tidak ada waktu setiap kali dia minta tolong. Kok bisa sikap Shangyan padanya semakin buruk sih! Shangyan mengingatkan kalau dia kemari itu untuk memimpin anggotanya berlomba. Suara ibu langsung melembut dan memohon agar Shangyan membantunya. Dia sudah mengirimkan uang ke rekening Shangyan dan alamat tokonya ke ponsel Shangyan. Malam ini, Shangyan harus mengambilkannya, atau toko itu tidak akan menjualnya lagi. Dan tanpa menunggu jawaban Shangyan, ibu langsung mematikan telepon.
--
Tong Nian sedang senyum-senyum bahagia di kamarnya. Dia bahkan sikat gigi sambil terus mengingat tanggal pulang Shangyan. Saat tukar bajupun, dia memikirkan Shangyan. Dan dia baru teringat kalau hari ini adalah hari Valentine (karena perbedaan waktu, di Norway masih 13 Feb, tapi di China sudah 14 Feb). Dan artinya, adalah ulang tahun Shangyan (dia tahu karena kakek yang kasih tahu di makan malam keluarga di malam tahun baru).
“Bukankah aku harus menyiapkan kado untuknya? Walaupun dia pacar palsu, tapi aku tetap harus memberikannya hadiah,” galau Tong Nian. “Jaga-jaga kalau aku juga dapat hadiah.”
--

Malam hari, Shangyan pergi ke toko yang ibunya minta dia ambilkan kalung. Dia memberitahu pegawai toko kalau dia datang untuk mengambil kalung pesanan Han Jiajia. Pegawai pun memberikan kalung pesanan ibu tiri Shangyan.
--
Saat sedang makan, Tong Nian masih juga memikirkan Shangyan. Dia penasaran, apa yang sedang SHangyan lakukan sekarang ini? Ayah sampai menegurnya yang terus melihat ponsel. Tong Nian langsung beralasan kalau dia sedang melihat ramalan cuaca.
Tong Nian dengan cepat menyudahi sarapan. Dan kemudian, keluar rumah, untuk menelpon Shangyan. Dia setengah ragu juga, apakah Shangyan sedang tidur sekarang atau tidak? ternyata, telepon Shangyan tidak bisa di hubungi karena sibuk.

Saat Tong Nian menelponnya, saat itu, Shangyan sedang menelpon ibunya. Makanya teleponnya tidak bisa di hubungi Tong Nian. Ibu sangat bahagia karena Shangyan mau mengambilkan kalungnya. Dia mengingatkan Shangyan untuk jangan sampai menghilangkan kalung itu.
--
Shangyan kembali ke hotel. Ai Qing yang duduk di ruang tunggu hotel, begitu melihat Shangyan, langsung menghampirinya. Dia mengajak Shangyan untuk minum kopi bersamanya sebentar. Dan untungnya, Shangyan mau.
Ai Qing sangat senang. Tapi, Shangyan menyuruh Ai Qing langsung bicara ada masalah apa? Ai Qing berkata tidak ada masalah apapun. Tapi, hari ini adalah hari ulang tahun Shangyan kan? Karena itu, dia ingin mengajak Shangyan minum bersama untuk merayakan. Dia masih ingat ulang tahun Shangyan.
Karena Shangyan hanya diam. Ai Qing jadi bercerita mengenai salah satu kenangan masa lalu mereka. Ketika pertama kali bertemu, dia merasa hari ulang tahun Shangyan sangat romantis. Suatu tahun, ketika dia ingin merayakan hari valentine dengan Solo, Shangyan terus mengikuti mereka dan menyuruh untuk mentraktir makan. Saat itu, Ai Qing sangat frustasi hingga ingin menangis karena mengira Shangyan sengaja mengganggu mereka. Tapi, akhirnya, Shangyan bilang kalau hari valentine adalah ulang tahunnya.

Tidak di sangka, Shangyan tidak suka mendengar kisah masa lalu. Xiaomi yang kebetulan lewat, tidak tahu kalau suasana sedang memanas. Dia menghampiri mereka dengan ramah. Dan Shangyan langsung pergi dengan ramah. Xiaomi segera menyuruh Ai Qing mengejar Shangyan sementara dia yang membayarkan minuman.

Shangyan keluar hotel dan masuk ke gang. Ai Qing kehilangan jejaknya. Sialnya, dia malah di kerubungi tiga pria bule yang memintanya untuk mengikuti mereka.
“Han Shangyan! Han Shangyan, tolong aku! Shangyan!” teriak Ai Qing, ketakutan.


6 Comments

Previous Post Next Post