Sesampainya dirumah Su Ah. Hyun Jung
merasa heran, ketika melihat jasa pindahan barang mengangkut barang- barang
dari dalam rumah Su Ah. Lalu dia pun pergi memeriksa ke dalam rumah Su Ah, dan
betapa kesalnya dia saat melihat rumah tersebut sedang dibersihkan dan semua
barangnya di pindahkan.
“Itu kamu?” tanya Hyun Jung kepada Tae
Seok yang berada dihadapannya. “Kamu menyuruh mereka mengosongkan tempat ini?”
“Benar. Kamu siapa?” tanya Tae Seok
dengan santai. “Polisi? Bukan. Reporter?” tebak nya dengan yakin.
Hyun Jung berusaha untuk tenang, dia
menjelaskan kepada Tae Seok bahwa rumah ini adalah TKP pembunuhan yang dijaga
untuk bukti, sehingga Tae Seok tidak boleh sembarangan memindahkan dan merusak
barang bukti.
“Ah, aku tidak mengerti kata-kata sukar
seperti itu. Aku menghabiskan uangku untuk merenovasi ulang rumah yang kubeli
dengan uang sendiri. Apa hubungannya denganmu?” tanya Tae Seok, tidak merasa
bersalah.
“Kamu merenovasinya?” tanya Hyun Jung,
mulai kesal.
Tae Seok menjelaskan dengan bangga bahwa
dia telah mengganti kertas dinding serta lantainya, karena dia mendengar kalau
ada seseorang yang pernah mati dirumah itu, jadi dia pun mengubah semuanya.
Lalu dia menyuruh Hyun Jung untuk jangan ikut campur, kecuali Hyun Jung mau
membayar uang sewa kepadanya.
Mendengar itu, Hyun Jung merasa sangat
kesal dan menunjukan tanda pengenalnya sebagai seorang petugas kejaksaan.
Melihat itu, Tae Seok berhenti tertawa.
“Aku tidak mampu membayarnya. Gaji jaksa
juga tidak banyak. Jadi, sebenarnya apa profesimu sampai membeli rumah nahas
yang menjadi lokasi pembunuhan?” tanya Hyun Jung dengan sedikit sinis.
“Cari tahu saja sendiri. Itu tugasmu,
bukan?” balas Tae Seok. Lalu dia berniat pergi.
Hyun Jung memanggil agar Tae Seok tidak
pergi dulu, karena urusan mereka belum selesai. Dan Tae Seok bertanya apakah
Hyun Jung ada memiliki surat perintah. Lalu saat Hyun Jung hanya diam saja, dia
tersenyum.
“Jika kalian ingin dibayar, selesaikan
bersih-bersihnya hari ini. Lupakan soal penjagaan barang bukti. Biar aku yang
urus,” kata Tae Seok kepada semua pekerja. Lalu dia pun pamit dan pergi dari sana.
Tae Seok menghubungin Sang Bae dan
memberitahukan dengan cemas tentang apa yang baru saja terjadi.
“Tenanglah. Aku tahu orangnya,” kata
Sang Bae, dengan santai.
“Yang benar saja. Mana aku bisa tenang?
Katamu penyelidikan sudah usai. Kenapa bisa ada jaksa... “ protes Tae Seok.
“Intinya, mereka semua bawahanku. Selain
itu, jangan lakukan hal bodoh. Jangan hubungi aku lagi hari ini,” balas Sang
Bae. Lalu dia mematikan telponnya.
Dong Jin yang sedang makan siang bersama
dengan Sang Bae. Dia mendengar semua pembicaraan mereka berdua sambil makan
dengan tenang.
Tae Seok memukul stir dengan marah.
“Sialan! Kamu lupa berapa banyak uang yang sudah kubayarkan selama ini?”
teriaknya.
Dong Jin menanyakan, apakah selama ini
Sang Bae serta Tae Seok masih suka bertemu. Dan dengan gugup, Sang Bae menjawab
tidak, buktinya barusan dia mengabaikan Tae Seok yang menelpon.
“Jaga sikapmu. Tidak ada gunanya
berhubungan dengan dia,” kata Dong Jin, memperingatkan. Dan Sang Bae langsung
mengiyakan.
Dong Jin kemudian menanyakan tentang
siapa yang datang ke TKP pembunuhan Su Ah barusan. Dan Sang Bae menjawab bahwa
itu adalah Cha Hyun Jung, si penanggung jawab kasus Su Ah dan pembuat onar.
“Buat dia segera melepaskan kasus itu.
Jika tidak, kirim dia ke cabang lain,” kata Dong Jin memberikan perintah.
“Baik, Pak. Akan kuurus itu,” jawab Sang
Bae dengan hormat. Lalu mereka bersulang bersama dan minum bersama.
Dikantin. Jung Tae serta Joon Jae terus
menganggu Byung Ho dengan cara menembakan makanan mereka kepada nya. Dan karena
tidak bisa perbuat apapun untuk melawan, maka Byung Ho pun hanya bisa menahan
emosi nya.
Ye Ri tidak nafsu makan, dia beralasan
bahwa karena sebentar lagi dirinya akan debut maka dia harus mulai berdiet.
Sementara Ki Hoon, dia mengeluhkan betapa tidak enaknya makanan di kantin
sekolah mereka.
“Menyenangkan memakan makanan sekolah
sesekali,” kata Beom Jin sambil memakan makanan nya dengan tenang. Begitu juga
Tae Ra.
“Kebahagiaan rakyat jelata. Kamu akan
berpolitik seperti ayahmu? Apa? Kamu sudah berlatih memakan makanan pasar?”
tanya Ki Hoon seperti menyindir. Dan mendengar itu, Ki Hoon hanya tersenyum
saja.
Beom Jin lalu memperhatikan Joon Jae
serta Jung Tae yang sedang bermain- main dan mengganggu Byung Ho dengan
melemparkan makanan kepadanya.
Setelah puas menganggu Byung Ho. Maka
Joon Jae, Jung Tae, serta Hyung Ku pergi meninggalkan nya.
Dikamar mandi. Byung Ho membersihkan
tubuhnya dengan frustasi. “Hentikan. Hentikan,” gumamnya dengan sedih.
“Kumohon. Kumohon hentikan. Hentikan,” pintanya sambil menatap dirinya sendiri
di depan cermin.
Beom Jin datang dan memberikan sapu
tangan nya kepada Byung Ho. Dan dengan heran, Byung Ho menerima sapu tangan
itu, lalu dia mengucapkan terima kasih.
“Jangan dipendam,” kata Beom Jin.
Mendengar itu, Byung Ho pun menatap ke arahnya. “Mereka akan merisakmu sampai
batas kemampuanmu. "Dia bisa menahan sampai sejauh ini. Kita bisa terus
merisaknya." "Mau lihat sampai sejauh apa?" Saat kamu sudah
merasa muak, semua akan terlalu terlambat. Tunjukkan kepada mereka kamu tidak
akan tinggal diam. Itulah yang paling mereka takuti,” jelas Beom Jin,
memberikan saran.
Beom Jin menepuk pelan bahu Byung Ho
untuk memberikan keberanian kepadanya. Sesudah itu, dia keluar dari dalam kamar
mandi.
Mendengar perkataan Beom Jin itu, Byung
Ho menggenggam erat sapu tangan ditangannya. Dia seperti sedang menguatkan
tekadnya.
Dikantor guru. Kang Jae berpura- pura
tidak tahu, ketika So Hyun menceritakan tentang app portal siswa. Dan So Hyun
pun menjelaskan bahwa itu adalah situs web dimana foto editan mereka diunggah,
lalu disana dia juga ada menemukan foto dan artikel tentang Su Ah.
“Su Ah? Itu, ya? Gadis kelas 2 yang
tewas?” tanya Kang Jae, dengan berbisik.
“Ya. Bahkan bukan hanya foto. Komentar2
dibawahnya juga sangat mengejutkan,” jelas So Hyun. Dan dengan sikap pura- pura
tidak tahu, Kang Jae menanyakan apa saja isi komentar disana.
Young Hye meminta perhatian semuanya,
jadi karena itu maka Kang Jae serta So Hyun pun berhenti mengobrol. Young Hye
memberitahukan kepada semuanya bahwa sebentar lagi resital piano Tae Ra yang
untuk acara amal akan segera diadakan. Jadi dia ingin semua guru datang dan
membantu Tae Ra dengan memberikan tambahan nilai kinerja kepada siswa yang
menghadiri resital tersebut.
Dan semua guru pun mengiyakan.
Ye Ri datang. Tapi dia tidak jadi
memanggil Kang Jae, sebab dia merasa tidak nyaman dengan tatapan semua guru
kepadanya. Namun Young Hye malah memanggilnya, sehingga dengan terpaksa dia pun
memberitahukan tujuan ke datangannya.
“Aku ingin meminta saran karier dari Pak
Gi,” kata Ye Ri. Mendengar itu, Kang Jae tersenyum puas.
“Kamu butuh saran soal karier, Ye
Ri? Alih-alih dengan guru sementara
seperti Pak Gi, bukankah kamu harus bicara dengan kepala... “ kata Young Hye,
heran.
“Tidak,” sela Ye Ri dengan cepat. “Aku
sangat ingin mengobrol dengan Pak Gi. Bapak keberatan?” jelasnya dan bertanya.
“Astaga. Kenapa harus keberatan? Tentu
saja tidak,” jawab Kang Jae sambil tersenyum senang. Lalu dia pun mengajak Ye
Ri untuk berbicara diluar bersama.
Namun sebelum pergi, Kang Jae
memberitahu So Hyun bahwa dia akan melanjutkan pembicaraan mereka berdua nanti
setelah ini. Dan So Hyun pun mengiyakan.
Setelah mereka berdua keluar, Hye Soo bertanya
dengan heran tentang Ye Ri yang kenapa tiba- tiba datang untuk membahas tentang
karir. Dan Woo Jin menebak bahwa sepertinya, itu karena Kang Jae selalu
memberikan nasihat kepada setiap murid saat pagi, sehingga membuat hati para
murid luluh.
“Aku merasa agak kecewa. Aku yang
membantunya sampai sejauh ini,” gumam Young Hye, ikut berkomentar juga. Dia tampak bangga.
Yoon A memberikan salam dengan hormat,
ketika Kang Kae berjalan melewatinya. Dan Kang Jae balas menyapanya dengan
ramah.
Yoon A kemudian menghampiri So Hyun yang
baru saja keluar dari ruangan guru. Dan mereka pun pergi bersama untuk
berbicara.
Tags:
Class Of Lies