Sinopsis
K-Drama : Doctor John Episode 09 part 1
Images by : SBS
Semua karakter, tempat, perusahaan dan kejadian dalam drama ini
hanyalah fiksi
Flashback
Di sebuah gunung, Yi Soo dan Si
Young sedang melakukan panjat gunung. Si Young mengenakan sepatu yang tidak
bertali. Yi Soo tersenyum bangga melihat Si Young yang bisa memanjat dan sekarang
berada di sebelahnya. Mereka berhenti sejenak di tengah – tengah panjatan, dan
berbincang. Yi Soo memberitahu Si Young kalau kemarin dia mewawancarai para magang
dan menanyakan alasan mereka menjadi dokter. Jawabannya beragam. Dia bertanya,
apakah Si Young masih ingat jawaban Si Young dulu? Si Young tertawa karena
tidak ingat dan mungkin jawabannya norak.
Yi Soo tersenyum dan menjawab
kalau sebenarnya jawaban seperti itu tidak di perlukan. Si Young jadi
penasaran, kenapa setiap kali wawancara, mereka pasti di tanyakan alasan mereka
memilih menjadi dokter? Yi Soo membalas kalau Si Young dan dokter magang yang
lain pun, selalu memberi alasan yang sama : Ingin menyelamatkan nyawa. Si Young
tertawa dan menjawab kalau jawaban itu benar. Masalahnya, mereka tidak bisa
selalu menyelamatkan nyawa semua pasien.
“Menyelamatkan nyawa pasien?” ulang
Yi Soo. “Ada cara bagi dokter untuk selalu menyelamatkan pasien. Cara menyelamatkan
nyawa sepanjang waktu.”
“Apa caranya?” tanya Si Young,
penasaran.
“Kamu penasaran?”
“Ya.”
“Ayah akan beritahu setelah
sampai. Kita hampir sampai (di puncak).”
Setelah itu, Yi Soo lanjut
mendaki. OMO. Alat panjat Yi Soo yang menempel pada batu dinding gunung, tiba-tiba
saja baut-nya terlepas dan dalam sepersekian detik tubuh Yi Soo, terbang jatuh
ke bawah tanah, menghantam batu berulang kali dan menghilang. Si Young menjerit
melihat hal itu.
Si Young sudah turun ke bawah dan
mencari ayahnya dengan panik. Dia menangis dan berteriak memanggil nama ayahnya
berulang kali. Karena rasa paniknya, dia tidak berhati-hati dan tergelincir
jatuh, untungnya dia dengan cepat memegang pohon yang ada di sana, hingga
tubuhnya tidak terjatuh lebih jauh ke bawah. Dan dia menemukan tubuh ayahnya!
Dia menghampiri Yi Soo yang tidak
sadarkan diri. Tidak ada respon. Dia memegang denyut di leher Yi Soo, masih
berdenyut. Yi Soo masih hidup. Si Young menangis penuh ketakutan, memanggil
nama ayahnya agar sadar. Yi Soo tersadar dan berbalik. Ada sobekan di perutnya
hingga darah terus mengalir keluar. Yi Soo sangat kesakitan.
Si Young berusaha menahan pendarahan
Yi Soo dengan tangannya. Dia juga berusaha menelpon dengan ponselnya. Ponselnya
mati karena dia terjatuh tadi. Dan tiba-tiba, dia mendekatkan ponsel ke telinga-nya
dan berbicara di telepon kalau mereka ada di gunung Sumun dan ada orang yang
terjatuh. Si Young menatap ayahnya dan lanjut bicara di telepon melaporkan
mengenai ayahnya dan menyuruh agar cepat.
Usai itu, Si Young berkata pada
ayahnya kalau bantuan akan segera datang, jadi ayahnya harus tetap sadar. Si Young
bahkan melepas jaketnya dan menggunakan jaketnya untuk menutupi luka Yi Soo. Kamera
mengarah ke ponsel Si Young, dan terlihat kalau ponsel Si Young rusak.
Malam pun tiba, dan bantuan tidak
ada.
Si Young masih di sana. Dia masih
berusaha untuk menolong Yi Soo. Dia mengajak Yi Soo untuk beranjak. Yi Soo menahannya
dan menyuruhnya untuk menunggu. Bantuan akan datang.
“Tidak!” ujar Si Young dan mulai
menangis, penuh ketakutan. “Tidak akan ada yang datang. Aku tidak bisa
memanggil bantuan karena ponselku rusak. Kukira seseorang akan datang. Kukira
seseorang akan lewat. Itu sebabnya kita harus pindah,” jujur Si Young dan
menangis.
Yi Soo semakin melemah. Air matanya
menetes. Dia memberitahu Si Young kalau rasanya : Sakit. Sangat sakit sekali.
Pas saat itu, radio mereka
menyala dan menyiarkan kalau polisi sedang mencari seseorang di Gunung Sumun.
Mendengar pesan di radio itu, memberi harapan pada Si Young. Ibu pasti
melaporkan mereka yang menghilang dan bantuan akan segera datang. Sayangnya, berita
di radio melanjutkan bahwa para polisi
mengalami kesulitan masuk ke gunung Sumun karena adanya angin kencang dan badai
salju, hingga di putuskan untuk menghentikan pencarian. Setelah cuaca cerah,
pencarian baru akan kembali di lakukan. Mendengar lanjutan berita itu, Si Young
seperti kehilangan harapan.
Yi Soo sudah menggiggil dan
bibirnya sudah sangat memucat. Dia memanggil nama Si Young dan bertanya jam
berapa sekarang? Si Young melihat jam-nya dan menjawab, pukul 18.20. Yi Soo
kemudian berkata akan membutuhkan waktu 12 jam hingga pagi datang, tapi dalam
kondisi-nya sekarang ini, dia tidak akan bisa bertahan satu jam lagi. Dia akan
menderita hiportemia dan syok. Si Young menangis.
“Si Young. Kamu seorang dokter. Jelaskan
kondisi ayah dengan Skala Analog Visual,” perintah Yi Soo dengan suara terbata-bata.
Si Young menangis semakin keras, “Patah
tulang majemuk. Patah tulang panggul. Pendarahan hebat dan hipotermia. Dalam
kasus ini, VAS (VAS: Skala pengukuran rasa sakit) Sepuluh (yang tertinggi).”
“Benar. Kamu benar. Secara teori dan
secara klinis, begitulah kami mengajarimu. Tapi kamu salah. Itu salah,” ujar Yi
Soo, mulai melemah. “Momen yang terasa
paling menyakitkan adalah saat kamu menyadari kamu tidak akan sembuh dan
kehilangan harapan,” ujar Yi Soo dan itu artinya, dia telah kehilangan
harapannya. Dia tahu jelas kondisinya saat ini daripada siapapun, karena dia
adalah dokter. “Lepaskan tanganmu!” perintah Yi Soo dan berusaha menarik tangan
Si Young agar tidak berusaha menghentikan pendarahannya lagi.
Si Young tidak mau. Dia menangis semakin keras
dan meminta ayahnya agar tidak berkata demikian. Yi Soo tahu ketakutan Si
Young.
“Kamu tidak membunuh ayah. Kamu
membantu ayah merasa tenang. Ayah akan memberitahumu bagaimana dokter selalu
bisa menyelamatkan nyawa. Rawatlah dan tanganilah pasien yang tidak akan mati. Itu
satu-satunya cara,” ujar Yi Soo. “Jadi, lepaskan tanganmu!”
Si Young tidak tahu harus
bagaimana. Dan perlahan, dia melepaskan tangannya. Dia menggenggam tangan Yi
Soo dan berteriak memanggilnya. Yi Soo sudah tidak lagi berbicara dan menutup
matanya. Tangis Si Young pecah.
Dia menatap ke langit dan salju
turun.
End
Si
Young menangis menatap ayahnya dan meminta ibunya berhenti melakukan CPR. Dia
berkata kalau ayahnya merasa sakit (karena Yi Soo meneteskan air mata). Tae
Kyung berhenti dan menatap wajah suaminya. Mi Rae yang berada di luar, langsung
masuk dan marah karena Ibunya tiba-tiba berhenti melakukan CPR.
Mi
Rae bahkan beralih melakukan CPR. Si Young berusaha menghentikan Mi Rae, tapi
Mi Rae menepis tangan Si Young dengan kasar. Dia menangis dan terus melakukan
CPR. Dan detak jantung Yi Soo pun kembali. Alat bantu pernapasan kembali di
pasang. Mi Rae menangis penuh kelegaan.
Dia
kemudian turun dari atas ranjang Yi Soo dan menampar wajah Si Young dengan
keras. Semua dokter yang ada di sana, kaget melihatnya.
“Kenapa
Kakak menyuruhnya berhenti? Apakah sekali saja tidak cukup? Kakak mencoba
membunuhnya lagi?” marah Mi Rae pada Si Young. Perkataan Mi Rae tentu menusuk
jantung Si Young.
Joo
Kyung langsung memanggil nama Mi Rae, sebagai tanda agar Mi Rae tidak bicara
kelewatan. Tae Kyung menutup matanya, berusaha mengumpulkan kesadaran dan
pikirannya kembali. Sementara Yo Han, pergi dari bangsal VIP tersebut dan
berdiri di depan bangsal.
Para
dokter juga mulai bubar. Dan mereka mulai membicarakan, apakah keluarga Yi Soo
akan mengakhir perawatan perpanjangan hidup Yi Soo? Seharusnya mereka sudah
melakukannya dari dulu. Akan tetapi, keluarga Yi Soo juga sudah mulai harus
mempertimbangkan warisan dan penerus. Sangat rumit.
Yo
Han mendengar pembicaraan mereka dan tampak menghela nafas. Seharusnya, bukan
mengenai harta ataupun penerus yang di bicarakan para dokter tersebut,
melainkan kondisi medis Yi Soo.
Di
dalam, Yi Moon (yang adalah adik Yi Soo dan paman Si Young serta Mi Rae)
memarahi Si Young karena sudah bicara seperti tadi. Joo Kyung ikut berkata
kalau mereka tahu bahwa Yi Soo kesakitan, akan tetap mereka masih bisa mendeteksi
aktivitas gelombang otaknya, jadi tidak bisa di anggap mati otak.
“Tapi
kemungkinan dia pulih juga cukup kecil,” ujar Tae Kyung.
Mi
Rae kaget mendengar ucapan Tae Kyung. Apa maksud ibunya, mereka harus
melepaskan ventilator ayah? Dia tidak mau. Mereka tidak boleh melakukannya.
“Kenapa
Kakak menghentikan Ibu?” marah Mi Rae pada Si Young. “Denyut jantungnya kembali
normal, jadi, kenapa Kakak menghentikannya?” teriaknya.
“Itu
tidak berarti kondisinya membaik,” jawab Si Young, masih meneteskan air mata
dan hanya terfokus pada Yi Soo.
“Aku
tidak peduli jika Ayah tidak seperti dahulu.
Aku hanya ingin Ayah tetap hidup.
Meski Ayah terbaring seperti ini, aku masih ingin Ayah tetap di sisi
kita,” ujar Mi Rae, dengan terisak dan menggenggam tangan Yi Soo. “Ayah masih
sangat hangat. Apakah ini tidak ada artinya? Aku bisa merasakan dan
menyentuhnya.”
“Aku
tahu. Ayah juga bisa merasakan semuanya. Dia bisa merasakan tanganmu, kehangatanmu,
dan dia juga merasa sakit. Bagaimana jika kita hanya memperpanjang rasa
sakitnya, bukan hidupnya? Menurutmu itu yang terbaik untuknya?”
Mi
Rae melepaskan genggaman-nya pada tangan Yi Soo dan menatap Si Young dengan
sangat tajam, “Kakak peduli apa yang terbaik untuknya? Kakak yakin itu bukan
karena Kakak ingin merasa tenang? Aku tahu Kakak tidak sanggup melihat Ayah
seperti ini. Jika dia kembali sadar, tapi
tidak bisa hidup normal lagi, Kakak mungkin akan lebih kesulitan,” tuduh Mi
Rae. “Aku tidak akan pernah melepaskannya,” tegasnya dan keluar dari bangsal.
Tae
Kyung sendiri terus menatap wajah Yi Soo. Dan Yi Moon memperhatikan hal
tersebut.
--
Yi
Moon sudah kembali ke ruangannya. Kwon Suk datang menemuinya dan bertanya, apa
yang akan terjadi sekarang? Ini pertama kalinya, orang-orang mulai bertanya,
haruskah Pimpinan terus menjalani perawatan perpanjang hidup. Jika keluarganya
memutuskan untuk menghentikan perawatan…
“Kenapa
kamu berpikir terlalu jauh?” potong Yi Moon. “Mereka tidak bisa mengakhiri
perawatan perpanjang hidupnya hanya karena keluarganya memutuskan untuk
menyetujuinya.”
“Ya.
Pimpinan tidak bisa dianggap mati otak.”
“Itu
semua tergantung pada keputusan Kepala Min. Meski dia memutuskan mengakhiri
perawatan perpanjang hidupnya, ini bisa berakhir di pengadilan jika ada masalah
hukum yang muncul,” ujar Yi Moon, dan tampak khawatir.
Tags:
Doctor John