Sinopsis Lakorn : Endless Love Episode 3 - part 2


Sinopsis Lakorn : Endless Love Episode 3 - Part 2
Network : GMM 25
Cue datang menjenguk Day. Karena dia khawatir kepada Day yang tiba- tiba berlari pergi dari tempat jualan, tidak bisa dihubungin, kemudian dia mendengar Day mengikuti pertarungan dan di pukuli.
“Aku minta maaf. Aku buru- buru untuk membalas kebaikan seseorang, jadi aku pergi tanpa mengatakan apapun,” jelas Day.

“Ne, jangan bilang kamu ikut  pertarungan lain untuk mendapatkan uang membayar gadis baju merah itu,” tebak Cue. Dan Day diam. “Aku benci bahwa aku benar, terakhir kali kamu telah membayar 45.000 baht untuk baju nya, kali ini untuk apa? Aku pikir gadis ini hanya memanfaatkan mu untuk uang. Karena kamu bodoh dan tolol,” kata Cue, kesal.
Day merasa malas mendengarkan omelan Cue, jadi dia pun menyela dan menjelaskan bahwa Cue hanya salah paham saja. Tapi Cue mengomel kembali, karena Day malah membela Min.


“Kamu harus pergi sekarang. Pergi. Aku ingin tidur,” kata Day , mengusir.
“Kamu mengusirku? Tapi aku baru saja ke sini. Kamu sudah ingin aku pergi?” tanya Cue, memastikan dengan tidak percaya.
“Kamu ingin pergi sendiri atau ingin aku melemparkan mu?” balas Day, serius.
“Kamu tidak pernah seperti ini kepadaku. Ini pertama kali nya kamu mengusirku. Setelah kamu bertemu gadis itu, kamu menjadi seperti ini,” omel Cue, ngambek.
“Tutup pintunya juga,” kata Day sambil tertawa.
“Aku tidak akan menutup nya untukmu. Lakukan sendiri, bodoh!”

Day mengambil potongan baju merah Min dan memperhatikannya sambil tersenyum.

Min mengingat saat Day seperti ingin menciumnya. Dan dia tersenyum mengingat itu. Kemudian saat tersadar, dia berusaha menghentikan senyumnya. Tapi bibir nya kembali melengkung ke atas, membentuk senyuman.
Di galeri. Min mengucapkan terima kasih kepada Ja yang telah banyak membantunya, sehingga pameran lukisannya dapat berjalan sukses. Dan Ja membalas bahwa dia benar- benar senang bisa bekerja sama dengan pelukis berbakata seperti Min. Kemudian Ja memberikan sebuah amplop kepada Min.

“Apa ini?” tanya Min, bingung.
“Uang yang tertinggal di lantai. kamu bisa mengecek nya dan memastikan jika ada uang yang hilang,” jelas Ja. Dan Min mengiyakan serta berterima kasih.

Cue datang ke galeri dan memanggil Min. Dia menanyakan, apakah Day ada memberikan uang kemarin. Dan Min mengiyakan dengan heran, karena Cue bertanya dengan suara keras seperti berteriak.
“Terakhir kali, dia membayar 45.000 baht untuk baju mu. Kali ini, 100.000 baht. Untuk apa itu?” teriak Cue, bertanya kesal.
“Kamu benar tentang baju itu. Tapi 100.000 baht itu, aku tidak pernah memintanya. Dia yang memberikannya kepada ku,” jelas Min.
Cue menuduh kalau Min pasti menggunakan wajah manis yang Min miliki itu untuk mendapatkan uang dari Day. Karena Day belum pernah punya pacar sebelumnya, jadi ketika seorang gadis seperti Min meminta sesuatu, maka hati Day pun meleleh. Oleh sebab itu, Cue memohon agar Min menggunakan pesona Min pada pria lain saja, dan bebaskan temannya.

“Tunggu sebentar,” kata Min sambil tertawa. “Tipuan apa? Aku tidak ada menipu dia. Akankah kamu berhenti mengomel dan mendengarkan?” jelas Min.
“Kamu tidak tahu apa yang di lakukannya untuk mendapatkan uang ini. Dia berta ..” kata Cue dengan cepat, tapi kemudian dia berhenti bicara.
“Berta? Berta apa?” tanya Min, penasaran.
“Kamu lebih baik tidak tahu. Hanya kembalikan saja uang nya. Okay?” jelas Cue dengan lebih tenang.
Dan Min pun langsung memberikan uang tersebut kepada Cue untuk tolong di kembalikan kepada Day. Namun Cue menolak, karena Min harus mengembalikan sendiri uang itu kepada Day. Dia menjelaskan kalau Day itu adalah pria yang tidak akan mengambil dengan mudah apapun yang sudah di berikannya kepada seseorang, sebab itu akan melukai harga diri Day. Mendengar itu, Min pun mengerti.

Cue kemudian melihat ke sekeliling, lalu dia berbisik dengan suara pelan. “Dan jangan beritahu dia, kalau barusan aku datang berbicara padamu,” jelas Cue. Dan dengan heran, Min pun bertanya mengapa. Tapi Cue langsung berlari pergi dari sana.

“Kemana kamu mau pergi?” teriak Min. “Pintu keluarnya disebelah sana,” jelas Min sambil menunjuk ke arah sebalik nya. Dan Cue pun langsung berlari melewati Min kembali. “Tunggu dan beritahu aku mengapa,” tanya Min.
“Jangan beritahu dia!” teriak Cue.
Disekolah. Min membawakan lukisannya, dan memberikannya kepada Day. Karena Day telah membeli lukisan itu, tapi jika Day tidak mau, maka dia akan mengembalikan uang Day. Dan Day menjawab bahwa dia menyukai lukisan Min.

Mendengar itu, Min tersenyum senang. “Kamu punya selera yang bagus,” puji Min. Kemudian dia  mengembalikan sebagian uang Day. “Ini uang kembalianmu. Aku hanya seorang pelukis pemula, jadi harga lukisan ku kurang dari 100.000 baht. Aku sudah mendiskusikannya dengan orang di galeri, dan mereka menyarankan bahwa harga lukisannya harusnya sekitar 20.000 baht saja,” jelas Min, beralasan.
Namun Day tidak mau mengambil uang itu. Dan Min pun mengancam akan meninggalkan uang itu di tempat ini begitu saja.

“Tunggu,” kata Day, menghentikan Min. “Aku memang berniat untuk membeli pekerjaan mu senilai 100.000 baht. Tapi jika kamu merasa tidak enak, kamu bisa menggunakan uang ini dan membelikan ku makanan,” jelas Day.
“Membelikan mu makanan?” tanya Min. Dan Day mengangguk mengiyakan. “Okay. Tidak masalah sama sekali. Kamu bisa memberitahuku, apapun yang ingin kamu makan,” kata Min, setuju.
“Aku anggap itu janji,” balas Day. Dan Min mengiyakan.
Day membeli makanan seharga 100 baht saja. Dengan alasan, walaupun dia makan makanan seharga 10.000 baht, tapi dia akan tetap bisa sakit. Dan mendengar itu, Min menggodanya, dia menyuruh Day untuk mengaku saja, kalau sebenarnya Day hanya ingin bisa makan dengan nya lebih lama.

“Itu saja yang ada di kepalamu,” kata Day, tidak bisa menyangkal. Dan Min tertawa.  “Biar ku beritahu sesuatu, banyak orang yang ingin makan denganku. Baik itu wanita atau pria. Aku bisa memilih mau makan dengan siapapun,” jelas Day.

“Oh. Benarkah? Aku dengar kamu tidak pernah punya pacar sebelumnya,” balas Min, tidak percaya. Dan Day dengan serius bertanya, darimana Min tahu. Dan Min beralasan bahwa dia cuma mendengar gosip saja, lalu dia mengajak Day untuk duduk dan makan.
“Siapa yang memberitahu mu?” tanya Day, curiga. Dan Min mengabaikannya sambil mencari tempat untuk duduk.

Day memajang lukisan Min di dalam kamarnya. Dia tersenyum memperhatikan lukisan tersebut. Theep kemudian datang menghampiri, dan bertanya apa itu, dia memuji bahwa lukisan itu sangat cantik. Mendengar itu, Day merasa senang.
Day kemudian membaca chat masuk dari Min. Kamu free besok? Aku ingin membelikan mu makan besar. tanya Min di dalam chat. Dan Day tersenyum lagi membaca itu.

“Apa yang kamu baca?” tanya Theep, ingin tahu. Dan Day memberitahu. “Min? Gadis cantik itu?” tanya Theep. Dan Day membenarkan.
Theep kemudian menepuk pelan bahu Day, dan pergi. Lalu dia kembali dengan membawa setumpuk pakaian, dan mencocokan baju mana yang bagus untuk dikenakan oleh Day.

“Kamu akan berkencan dengan seorang gadis cantik. Kamu harus berpakaian bagus,” jelas Theep. Lalu dia mengeluhkan semua baju Day yang tampak biasa saja.
Mendapat perhatian dari Ayahnya itu, Day tersenyum senang.
Didalam mobil. Min menanyakan, kenapa Day berpakaian sangat bagus hari ini. Dan Day menjawab bahwa tidak ada yang special, tapi setiap harinya dia memang berpakaian seperti ini.
“Aku tidak pernah melihat mu bergaya seperti ini. Tapi kamu terlihat bagus,” puji Min. Dan Day langsung tersenyum.

Sebelum ke restoran, Min membawa Day ke rumah sakit terlebih dahulu untuk di periksa lagi. Dan ketika Day telah selesai di obati, Min menanyakan kenapa Day tampak murung tiba- tiba. Dan Day menjawab bahwa itu karena Min telah menjebak nya untuk ke sini.
“Ayolah. Kamu belum ke sini setelah 3 hari perban mu di lepas. Apa kamu ingin itu membusuk?” tanya Min, sambil tersenyum.
“Jika kamu sudah selesai, aku mau pulang sekarang,” balas Day, mengambek. Dan Min tertawa.

Min membujuk Day agar tidak mengambek. Lalu dia menanyakan, apa yang ingin Day makan sekarang. Dan Day menjawab bahwa makanan kali ini tidak boleh di hitung dari kembalian nya, jika Min setuju, maka dia mau.
“Apa kamu serius?” tanya Min,
“Jika tidak, aku masih akan mengambek,” balas Day, lalu dia ingin pergi. Dan Min pun langsung mengiyakan sambil tertawa.
Saat melihat mereka berdua, Phon pun menghampiri mereka. Dan dengan sopan, Day memberikan salam kepadanya, lalu Day meminta maaf kepada Phon, karena hari itu dia pergi tanpa mengatakan apapun. Dan Phon menjawab tidak apa-apa, karena hari itu dia juga buru- buru pulang ke rumah.
“Ayo, minum kopi,” ajak Phon. Lalu dia berjalan duluan.

Day membuat tanda gunting di depan Min. Dengan bingung, Min pun bertanya apa itu. Dan Day menjawab bahwa dia hanya ingin membantu Min, karena hari itu Min berkata ingin memutuskan benang merah dengan Phon.
“Darimana kamu tahu?” tanya Min sambil tertawa. Dan Day hanya tersenyum saja, tidak mau memberitahu.

Phon memberitahu Day, kalau hari itu Min sampai berkeringat dingin karena khawatir. Dan Min langsung menghentikan Phon agar tidak menceritakan itu. Tapi Phon tidak mau berhenti bercerita, karena itu kenyataan. Hari itu Min sangat khawatir dan takut kalau mungkin saja Day akan mati. Dan Min memukul Phon agar diam.

Phon kemudian menanyakan, apakah Day mendapatkan semua luka itu dari pertarungan. Dan dengan gugup, Day menjelaskan bahwa dia mendapatkan semua luka itu dari bertarung melawan teman setingkat nya dalam tinju.
“Itu pasti sangat brutal ya,” komentar Phon. Dan Day mengiyakan dengan gugup. Lalu saat pelayan memanggil meja nomor 3, karena pesanan telah siap. Maka Day pun langsung beralasan bahwa dia akan pergi mengambilkan kopi mereka bertiga.
“Ayolah, P’Phon. Mengapa kamu memberitahu dia?” keluh Min dengan suara pelan. Dan Phon menjawab bahwa dia hanya bercerita fakta saja.

Ketika Day mengambil kopi pesanan mereka. Disaat itu, dia tanpa sengaja mendengarkan gosip para perawat yang menyebut Min sebagai pacar Phon. Dan menurut mereka, Min serta Phon sangat cocok bersama.
Mendengar itu, Day memandang ke arah Min serta Phon yang sedang mengobrol berdua dengan akrab. Dan melihat itu, Day tampak sedih, karena dia tidak bisa melakukan apapun untuk memisahkan mereka berdua.
Di resto. Day menanyakan, apakah Min yakin beneran bisa move on dari Phon. Dan dengan yakin, Min menjawab bahwa dia pasti bisa. Lalu Min menceritakan bahwa sebenarnya dia telah mencintai dari satu sisi pada Phon selama 15 tahun, sejak Ibunya meninggal.

“Ibumu sudah meninggal?” tanya Day, baru tahu.
“Ya. Sejak aku kecil,” jawab Min.
Day merasa bersalah, dan meminta maaf. Dan Min membalas tidak apa- apa, karena itu sudah lama berlalu. Kemudian Min membahas Ibu Day yang sudah meninggal juga.

“Berbicara tentang Ibuku. Aku mau pergi ke suatu tempat. Bisakah kamu ikut denganku?” tanya Day.
Day pergi ke toko perhiasan, dan meminta pegawai toko untuk tolong membuatkan replikasi cincin sesuai dengan yang ada di fotonya. Dia meminta agar cincin tersebut siap rabu depan. Dan si pegawai toko menyanggupin permintaan itu.
Dengan heran Min kemudian menanyakan, kenapa dia merasa sangat familiar dengan cincin itu, karena dia merasa seperti pernah melihat nya. Dan Day menjawab bahwa tentu saja Min merasa familiar dengan cincin itu, karena itu adalah cincin yang di pakai Ayahnya menjadi kalung.
“Mengapa kamu membuat replika nya?” tanya Min.

“Itu harusnya ada 2. Satu milik Ayah ku, satu milik Ibu ku. Itu cincin ulang tahun ke 10 mereka berdua. Tapi punya  Ibuku hilang, jadi aku membuat satu yang baru,” jelas Day.
Min lalu menanyakan, apakah Day begitu buru- buru membutuhkan cincin itu. Dan Day memberitahu bahwa sebenarnya dia sudah merencanakan ini sejak lama, tapi dia baru berhasil mengumpulkan uang nya sekarang. Dan kami depan adalah hari kematian Ibunya, jadi dia ingin menaruh cincin itu di depan foto Ibunya.
“Kamis depan? Ibumu meninggal tanggal 25 agustus?” tanya Min. Dan Day membenarkan. “Ibuku juga meninggal pada hari yang sama,” kata Min, merasa kebetulan.
“Betapa kebetulannya,” komentar Day. Dan Min mengiyakan

Malam hari. Di pinggir jalan. Seperti biasa Day berjualan. Kemudian tiba- tiba petugas kamtib datang lagi untuk merazia. Dan sialnya, Day serta Cue terlambat untuk kabur dari sana. Sehingga mereka berdua pun tertangkap.
“Tolong. Kami belum ada menjual apapun hari ini,” pinta Day. Tapi petugas kamtib tidak mau tahu, dan ingin membawa mereka.
Day pun meminta izin agar setidak nya pak petugas membiarkan nya untuk menelpon sebentar. Dan si petugas pun mengizinkan.
Day menelpon Min, dan bertanya apakah Min bisa membantu nya. Dan Min pun mengiyakan sambil mendengarkan permintaan Day.

Post a Comment

Previous Post Next Post