Images by : Dragon TV / ZJTV / iQiyi
Dengan perasaan sedih, Tong Nian pergi dari resto.
Saat dia jalan keluar, dia berpas-pasan dengan Yaya yang sedang membombong Xiaomi.
Wajah Tong Nian seperti habis menangis, dan hal itu membuat Yaya khawatir. Xiaomi
dalam keadaan masih setengah mabuk, meminta Tong Nian untuk mengabaikan apa
yang Shangyan ucapkan. Mood-nya Shangyan sedang tidak bagus hari ini karena dia
yang pensiun, jadi jangan pikirkan apa yang Shangyan katakan.
Tong Nian tidak bisa menahan kesedihannya lagi dan
menangis. Dari dalam resto, Shangyan memperhatikannya. Tong Nian menyuruh Yaya
untuk menjaga Xiaomi sementara dia akan kembali ke asrama. Yaya tentu lebih
memilih Tong Nian, dia mengejar Tong Nian.
Yaya bertanya pada Tong Nian, apa yang Shangyan
katakan? Tong Nian menangis terisak-isak dan memberitahu kalau Shangyan bilang ke
Norway untuk perjodohan. Yaya memeluk untuk menenangkan Tong Nian dan berkata
kalau Shangyan pasti hanya berbicara omong kosong karena mabuk.
Shangyan sendiri mengurus Xiaomi yang masih muntah
di kamar mandi. Xiaomi keluar dengan sedikit lebih lega, karena sudah muntah
setelah menahan setengah jam. Dia dari tadi menahan untuk muntah di depan Yaya.
Xiaomi kemudian menegur Shangyan yang membuat Tong
Nian menangis. Walaupun mood Shangyan sedang tidak bagus, jangan melampiaskannya
pada wanita. Shangyan berkata kalau itu tidak seperti yang Xiaomi pikirkan.
Xiaomi jadi penasaran dan menyuruh Shangyan untuk bercerita.
“Orang tuanya tidak menyukaiku,” beritahu
Shangyan. “Hubungan keluarga kami cukup baik. Mengenai masa laluku yang buruk,
mereka tahu semuanya sejak aku kecil. Aku sudah memikirkannya, dan memang
terlalu banyak hal buruk. Aku tidak bisa menyalahkan mereka jika memandang rendah
aku.”
Xiaomi tersenyum, menyadari kalau Shangyan merasa
minder. Shangyan berkata kalau keluarga Tong Nian adalah keluarga yang bahagia,
dan dia tidak boleh membuat keluarga bahagia itu menjadi tidak bahagia hanya
karena dirinya. Dirinya tidak begitu layak.
Xiaomi langsung berkata kalau Shangyan layak. Layak
untuk mendapatkan teman terbaik dan istri terbaik. Shangyan mengabaikannya dan
lebih memilih untuk menelpon supir pengganti.
--
Yaya masih menemani Tong Nian. Dia bersedia untuk
pulang ke asrama bersama Tong Nian. Tapi, Tong Nian merasa ragu. Shangyan dan
Xiaomi tadi minum begitu banyak, bagaimana kalau nanti mereka mengemudi dan
melanggar peraturan? Yaya mengerti. dan pada akhirnya, mereka menunggu di depan
mobil Shangyan
Shangyan muncul tidak lama kemudian dengan memegang
Xiaomi agar tidak limbung. Begitu mereka berjumpa, Xiaomi langsung berkata agar
Shangyan bicara baik-baik dengan Tong Nian.
Xiaomi masuk ke dalam mobil dan Yaya ikut masuk ke
dalam mobil. Mereka memberikan waktu pada Tong Nian dan Shangyan untuk bicara.
Shangyan bertanya, kenapa Tong Nian dan Yaya masih
ada di sini? Dia dan Xiaomi mabuk dan tidak bisa mengantar Tong Nian serta
Yaya. Tong Nian berkata kalau mereka tidak perlu di antar. Mereka hanya takut
kalau Shangyan akan mengemudi dalam keadaan mabuk, karna itu mereka menunggu. Shangyan
dengan dingin berkata kalau itu bukan urusan Tong Nian.
Tong Nian yang daritadi berusaha tidak menangis,
menjadi sangat sedih. Hatinya merasa sakit dengan sikap dingin Shangyan. Pas
saat itu, supir pengganti tiba. Tong Niang langsung pergi. Yaya langsung keluar
mengejar Tong Nian. Terlalu jauh bagi mereka kalau berjalan keluar menuju jalan
raya dan tidak akan mudah mendapatkan taksi, lebih baik pulang dengan mereka.
Tong Nian menolak.
Yaya berusaha membujuk. Tapi, Tong Nian tetap
tidak ingin ikut. Yaya terus membujuk dan pada akhirnya, Tong Nian mau naik ke
dalam mobil. Begitu Tong Nian masuk, Yaya langsung mendorong agar Shangyan
duduk di kursi belakang bersama Tong Nian, sementara dia duduk di kursi
penumpang depan.
Dalam perjalanan, suasana terasa begitu dingin dan
canggung.
Eh, pas lagi perjalanan, Xiaomi yang mabuk
ketiduran dan kepalanya menyender ke bahu Tong Nian. Shangyan yang melihat hal
itu, langsung mendorong kepala Xiaomi dengan keras, hingga membuat Xiaomi terbangun.
(wkwk, dia masih benar-benar peduli pada Tong Nian).
Akhirnya, mereka tiba di kampus Tong Nian dan
Yaya. Begitu keluar mobil, Shangyan menyuruh Tong Nian untuk tidak bersedih. Dia
tidak begitu layak untuk di tangisi oleh Tong Nian. Pria sepertinya, yang
mempunyai temperamen buruk dan suka memarahi orang lain, tidak romantis dan
tidak punya waktu untuk Tong Nian, serta pergi kencan buta di belakang Tong
Nian, tidak perlu di kenang. Usai mengatakan semua itu, Shangyan masuk ke dalam
mobilnya. Dan mobil pun pergi.
Tong Nian hanya bisa melihat mobil Shangyan yang
pergi menjauh.
--
Untuk menghilangkan kesedihannya, Tong Nian
memaksakan diri untuk bekerja membuat software untuk bank. Yaya dan Chunchun
khawatir padanya, tapi Tong Nian terus berkata dia baik-baik saja. Selesai bekerja,
dia pasti akan lebih baik.
--
Shangyan juga sama sedihnya seperti Tong Nian. Begitu
kembali ke camp, dia menyuruh Grunt dan 97 untuk tidak menganggunya, dia ingin
tidur. 97 dan Grunt dengan takut memberitahu kalau ada masalah penting. Ibu Demo
sudah datang berulang kali dan kali ini tidak mau pulang sebelum bertemu
Shangyan.
Dan juga, Demo yang sudah cemas sepanjang hari, sekarang
berada di kamar Shangyan. Dia bilang untuk meminta mereka membantu memohon pada
Shangyan ketika Shangyan pulang.
Shangyan tidak mengatakan apapun dan masuk ke
dalam kamarnya. Di dalam ada Demo yang menangis dan sedang di tenangkan oleh
bibi Zhao. Begitu melihat Shangyan masuk, bibi Zhao langsung bicara dengan
suara kecil, meminta Shangyan untuk menenangkan Demo yang telah menangis sedari
tadi.
Setelah
bibi Zhao keluar, Shangyan langsung memarahi Demo yang menangis padahal seorang
pria. Demo protes kalau dia sudah sanga memprihatinkan dan Shangyan masih juga
memarahinya. Shangyan langsung menarik Demo untuk berdiri dan berkata kalau ada
orang yang lebih kasihan daripada Demo, tapi tidak menangis. Demo malah balik
tanya, siapa pria itu?
“Seorang pria yang lebih tua yang membuang seluruh
waktunya dan akhirnya kembali ke CTF. Karena peringkatnya tidak baik, mereka
memaksanya untuk menyerah. Coba katakan, bukankah itu memprihatinkan?”
Demo mengangguk. Dia akhirnya berkata kalau dia
benar-benar stress. Peringkatnya tidak bisa naik dan dia khawatir hanya akan
membuat team kalah. Orang tuanya bercerai dan ibunya tidak ingin mendukungnya. Dia
datang hari ini dan bersumpah akan membawaku pulang. Juga, ibunya bilang kalau
tetap di sini, tidak akan ada masa depan. Shangyan sedikit melunak dan menyemangati
Demo untuk terus bertahan.
--
97 dan Grunt mencoba bicara dengan ibu Demo. Tapi,
Ibu Demo mengabaikan mereka. Mereka terus mencoba bicara, tapi ibu malah berkata
kalau Demo berbeda dengan mereka. Demo hanya lulusan sekolah biasa, dan jika
dia tidak mulai bekerja sekarang dan mencari pengalaman kerja, maka hidup Demo
akan hancur. Grunt dan 97 berusaha menjelaskan kalau Demo di sini bukan untuk bermain.
Mereka di sini adalah profesional dan bekerja serta menghasilkan uang. Mereka semua
sama seperti perenang yang berlatih setiap hari untuk berlomba. Mereka juga
mendapatkan gaji bulanan. Ibu Demo semakin keras dan menganggap kalau mereka
hanya berusaha menipunya.
--
Shangyan sendiri sedang sakit. Bibi Zhao khawatir
dan menawarkan diri untuk bicara pada ibu Demo, menyuruhnya kembali besok. Shangyan
tanpa di duga, menyuruh bibi Zhao untuk menyiapkan jas-nya. Dia akan menemui ibu
Demo.
--
Shangyan bertemu dengan ibu Demo. Shangyan bahkan mengajak ibu Demo untuk makan bersama
dengannya di restoran, sebagai bentuk formalitas. Mereka bisa bicara sambil makan.
Mereka tiba di restoran. Makanan yang di hidangkan
adalah makanan mewah. Ibu langsung to the point memberitahu kedatangannya
adalah untuk membawa Demo pulang. Shangyan menghadapi dengan tenang dan bahkan
meminta izin ibu untuk menjelaskan.
“AKu juga adalah kontestan CTF. Aku sudah ada di
industri ini selama 10 tahun. Aku menyaksikan industri ini dari awal hingga
sekarang.”
“Kau juga bermain komputer ketika masih muda juga?”
“Kata yang benar adalah Kompetisi Cybersecurity. Kami
juga adalah kontestan cybersecurity perwakilan
China. Ini profesi kami,” ujar Shangyan.
Ibu tertarik dan mulai mendengarkan penjelasan
Shangyan dengan seksama. Walau begitu, ibu masih meragukan masa depan Demo
nantinya dan dia juga tahu kemamuan Demo. Shangyan langsung berkata kalau Demo
mempunyai kemampuan. Ibu tidak percaya, karena dia tahu kalau peringkat Demo ada
di 70-an. Shangyan langsung meluruskan kalau peringkat itu adalah peringkat
international. Walaupun Demo adalah anggota termuda, tapi Demo mempunyai banyak
kemampuan. Dia mengakui kemampuan Demo dan yakin Demo akan mampu menjadi juara.
Shangyan tahu kalau ibu Demo masih merasa ragu,
jadi dia membuat penawaran. Dia menyuruh ibu Demo untuk memperkirakan Demo yang
lulusan dari sekolah biasa, mulai bekerja dari sekarang hingga 30 sampai 50
tahun, kira-kira berapa gaji yang akan Demo dapatkan pada akhirnya? Dia akan
membuat perjanjian, sebelum Demo mencapai umur 30 tahun, di samping gaji, uang
hadiah dan bonus sponsor, jika Demo tidak bisa mencapai angka yang Ibu sebutkan,
dia yang akan membayar sisanya.
Demo jelas menolak. Bahkan Wu Bai yang adalah kaptem
team, tidak mendapat perlakuan seperti itu. Shangyan hanya menyuruh Demo untuk
berusaha keras karena dia sudah memberikan Demo perlakuan berbeda. Dan bahkan Shangyan
berkata akan menyuruh manager-nya membuat kontrak resmi atas yang sudah di tawarkannya
tadi.
Ibu ragu, apa Shangyan bisa menghasilkan uang
sebanyak itu dari anak-anak ini? bahkan anaknya bukan yang terbaik. Tidak ada gunanya
mempertahankan Demo. Shangyan berkata bahwa selama 2 tahun ini, China mengalami
defisit, tapi dia menganggap Demo berarti. Dia ingin membantu mereka mewujudkan
mimpi mereka, menjadi juara dunia. Dan dia yakin, mereka akan mampu mencapainya.
--
Shangyan pulang. Dan begitu, masuk ke dalam kamar,
dia malah terjatuh. 97 dan One yang ada di depan kamar Shangyan langsung masuk
dengan panik dan ingin menelpon dokter. Tapi, Shangyan melarang dan menyuruh
mereka untuk latihan saja. Dia baik-baik saja. 97 dan One khawatir, tapi
Shangyan tetap bersikeras menyuruh mereka untuk latihan.
--
Esok hari,
Demo khawatir dengan keadaan Shangyan. Dia
membawakan minyak angin untuk Shangyan. Shangyan terus berkata kalau dia
baik-baik saja.
“Boss, terimakasih. Aku tidak menyangka, walaupun
sakit, kau tetap menemui ibuku,” ujar Demo, tulus.
Shangyan menyuruh Demo untuk tidak berbicara omong
kosong dan pergi latihan saja.
Tidak lama, Su Cheng masuk dan menunjukkan kontrak
yang sudah di tanda tangani oleh ibu Demo. Dia juga memberitahu jadwal
Shangyan. Setelah itu, dia keluar karena Shangyan berkata dia baik-baik saja
dan menyuruh Su Cheng keluar.
Begitu Su Cheng keluar, entah kenapa, Shangyan
menelpon suami Lan Mei. Suami Lan Mei yang menerima telepon dari Shangyan,
tentu sangat senang.
--
Entah apa yang Shangyan katakan pada suami Lan
Mei, karena begitu suami Lan Mei menyampaikannya pada Lan Mei, Lan Mei langsung
tempat emosi. Suaminya meminta La Mei untuk tenang dan berkata dia bertemu
Shangyan hanya untuk membicarakan beberapa hal. Lan Mei jangan ikut masuk, karena
itu akan membuatnya malu. Lan Mei dengan kesal memberitahu kalau Shangyan sudah
mencampakkan Tong Nian.
Pada akhirnya, Suami Lan Mei membawa Lan Mei juga
untuk bertemu dengan Shangyan. Shangyan menyambut dengan ramah.
“Gun God, tadi di telepon kau bilang ada yang kau
ingin aku lakukan?”
“Aku dan Tong Nian… kalian pasti sudah tahu. Aku ingin
meminta kalian untuk menjaganya dan menghabiskan lebih banyak waktu dengannya.”
Lan Mei dengan sinis berkata kalau dia adalah sahabat
Tong Nian, jadi tidak perlu Shangyan suruh juga dia pasti akan menghabiskan
waktu dengan Tong Nian. Jika Shangyan merasa bersalah pada Tong Nian, maka cari
cara sendiri untuk memperbaikinya.
Shangyan malah mengeluarkan kantong berisi uang. Dia
meminta tolong pada mereka untuk menghabiskan uang itu menemani Tong Nian. Lan
Mei dengan sinis berkata, apa ini uang putus? Kecil sekali nilainya. Suami Lan
Mei berusaha menenangkan Lan Mei. Tapi, Lan Mei tetap sinis. Dan akhirnya,
setelah di pancing oleh Lan Mei, Shangyan berkata kalau dia tidak pernah punya
pacar lain selain Tong Nian.
“Kau hanya punya satu pacar? Lalu kenapa kau memutuskannya?”
tanya suami Lan Mei. “Putus itu bisa mempengaruhi hubungan. Atau, kau punya
alasan lain yang sulit untuk di katakan?”
“Atau… kau menyesal dan ingin berbaikan kembali?”
tanya Lan Mei.
“Tidak,” jawab Shangyan dan tampak merenung.
Dan setelah Shangyan pergi, Lan Mei dan suaminya
masih bingung. Sebenarnya ada apa antara Shangyan dan Tong Nian? kenapa malah
tampaknya seperti Shangyan yang di campakkan?
--
Lan Mei pergi menemui Tong Nian ke rumahnya. Dia menanyakan
mengenai putusnya Shangyan dan Tong Nian. Tapi, Tong Nian tidak mau
membahasnya. Lan Mei malah memberitahu kalau Shangyan memberikannya uang. Fee putus.
Tong Nian jelas marah karena Lan Mei menerima uang Shangyan. Lan Mei membela
diri, dia menerimanya untuk menunjukkannya pada Tong Nian, kalau tidak, Tong Nian
nanti tidak percaya.
Tong Nian berkata akan mengembalikan uang itu. Lan
Mei langsung melarang. Dia sudah janji sebelumnya pada Shangyan, tidak akan memberitahu
Tong Nian mengenai uang itu. Tong Nian tetap pergi.
--
Tong Nian di dalam taksi menuju ke camp K&K. Dia
menelpon 97 dan bertanya, apakah Shangyan ada di camp? 97 kaget, karena mereka
semua ada di bandara sekarang. Apa Shangyan tidak memberitahu kalau mereka akan
ke Beijing sore ini untuk berkompetisi? Tong Nian langsung bertanya mereka ada
di bandara mana?
--
Tong Nian tiba di bandara. Dia segera berlari
masuk mencari Shangyan. Shangyan jelas kaget karena Tong Nian datang ke
bandara. Tong Nian meminta waktu untuk bicara berdua dengan Shangyan. Para
anggota K&K merasa sangat tegang dengan suasana Shangyan dan Tong Nian yang
tampak aneh.
Diluar ruang tunggu bandara, Tong Nian langsung
bertanya kenapa Shangyan memberikan uang untuk Lan Mei dan mengatakan itu uang
fee putus?
“Jika kau ingin berpikir seperti itu, tidak
masalah,” ujar Shangyan.
“Bukankah kau yang bilang? Kita hanya saling
mengenal satu sama lain.”
“Aku adalah pria yang bermoral. Jika aku harus
membayar kompensasi atas sesuatu, aku akan membayarnya.”
“Lalu, kenapa kau tidak memberikannya langsung
padaku? Dan meminta Lan Mei merahasiakannya dariku.”
“Aku rasa, Lan Mei sudah salah paham. Aku sebenarnya,
ingin dia memberikannya padamu. Itu kan fee putus, kenapa kau tidak harus tahu?”
“Aku juga merasa itu aneh.”
“Aku rasa, Lan Mei berbohong seperti itu untuk membuatmu
senang,” bohong Shangyan. “Atau mungking dia salah paham atas niatku sedari
awal.”
Tong Nian tambah terluka. Shangyan menyuruh Tong
Nian untuk pulang saja karena salah paham sudah terselesaikan.
“Ada yang ingin ku katakan! Han Shangyan, meskipun
waktu kita bersama pendek, tapi beberapa minggu ini, aku sangat bahagia. Kau adalah
pacar pertamaku. Meskipun kau bilang kalau kita tidak sesuai, meskipun kau
tidak bisa menunjukkan emosimu dengan benar, tapi aku rasa perilakumu terkait
hubungan sangat tidak pantas. Tapi, di lihat dari sisi lain, aku tahu kau
adalah orang baik. Jadi, aku akan terus mendukungmu. Mendukungmu dan K&K
hingga kalian menang di final. Juga, aku tidak mau ini (uang Shangyan), ku kembalikan
padamu.”
Shangyan menerima uang itu dan tanpa berkata
apapun, kembali masuk ke dalam ruang tunggu. Meninggalkan Tong Nian.
Dan mood Shangyan menjadi tidak baik. Dia
berteriak menyuruh semuanya untuk check-in. Walau begitu, dia tetap khawatir,
dan menyuruh 97 untuk mencarikan kendaraan pulang untuk Tong Nian. 97 melakukan
perintah Shangyan, dia memesankan mobil rental untuk Tong Nian. Tong Nian
menyuruh 97 kembali saja ke dalam bandara dan dia akan menunggu mobil rental
sendirian.
Yang tidak Tong Nian ketahui adalah, Shangyan
memperhatikannya dari jauh.
--
Beijing,
Ronde perempat final regional China
Dir. Xiang menemui Shangyan dan meminta tolong. Dia
ingin mengundang Shangyan dan pacar Shangyan untuk merekam sebuah video
untuknya. Atau hanya lakukan siaran langsung saja untuk membantunya publikasi. Shangyan
menolak. Tapi, dir. Xiang malah senyum-senyum.
“Kau juga tidak boleh menemuinya!” peringati
Shangyan.
Dir. Xiang menggerutu kalau Shangyan baru saja pacaran
dengan Tong Nian, tapi malah sudah merampas kebebasan Tong Nian. Shangyan
dengan berat berkata kalau dia tidak pacaran dengan Tong Nian.
“Benarkah? Jika kau tidak tertarik dengannya, maka
aku akan mengejarnya,” ujar dir. Xiang.
Shangyan langsung melotot padanya. “Baru saja, kau
bilang mau mengejar siapa?”
Dir. Xiang ketakutan dan berkata kalau dia hanya
bercanda. Dan untunglah dia terselamatkan dengan kedatangan 97 yang memberitahu
kalau pertandiang sudah mau di mulai.
Tags:
Go Go Squid
Semangat mbk....
ReplyDeleteLanjut kak..smangat..
ReplyDeleteepisode sedih berlanjut..keren tulisannya
ReplyDelete