Sinopsis C-Drama : Go Go Squid Episode 26


Sinopsis C-Drama : Go Go Squid Episode 26
Images by : Dragon TV / ZJTV / iQiyi
 Tong Nian tiba di rumah sakit dan langsunh menemui Zheng Hui. Dia menanyakan keadaan ibu Zheng Hui. Zheng Hui memberitahu kalau operasi berjalan lancar dan berlangsung cepat, semua karena ayah Tong Nian. Zheng Hui juga semakin senang karena Tong Nian mau datang untuk melihat keadaan ibunya.
Shangyan juga datang ke rumah sakit dan langsung bertanya kepada resepsionis, dimana ICU untuk operasi hati? Suster yang bertugas memberitahu, ada di lantai 3.
Tong Nian masih berbincang dengan Zheng Hui mengenai keadaan ibu Zheng Hui. Zheng Hui meminta Tong Nian untuk menemaninya semalaman di rumah sakit. Tong Nian canggung dan bersedia menemani karena dia juga tidak ada hal lain lagi.  Saat itu, Shangyan tiba dan melihat Zheng Hui yang tampak jelas ingin mendekati Tong Nian.



Zheng Hui bahkan memindahkan kursinya mendekat ke arah Tong Nian. Tong Nian mengira kalau Zheng Hui masih khawatir dengan keadaan ibunya, jadi dia menyuruh Zheng Hui tidak khawatir, tidak akan ada masalah. Tapi, bukan itu yang ingin Zheng Hui katakan. Dia ingin menyatakan perasaannya. Sialnya, belum sempat dia mengucapkannya, Shangyan menyapa mereka.
Tong Nian langsung sumringah dan dengan nada senang bertanya, kenapa Shangyan bisa ada di sini? Zheng Hui juga dengan ramah menyodorkan tangan dan menyapa Shangyan sebagai abang Tong Nian. Shangyan langsung menyuruh Zheng Hui untuk bersikap sok dekat. Tong Nian juga mengatakan kalau Shangyan bukan abangnya. Para tetua keluarga mereka punya hubungan cukup baik.
Zheng Hui langsung menyapa Shangyan dengan panggilan : “Paman.” Tong Nian tertawa kecil mendengar Shangyan yang di panggil paman. Shangyan kemudian mengajak mereka berdua untuk ikut dengannya makan.
--

Mereka tiba di sebuah café. Zheng Hui sudah ingin duduk di sebelah Tong Nian, tapi Shangyan merebut kursi Zheng Hui, jadinya dia yang duduk di sebelah Tong Nian. Zheng Hui dengan canggung berkata kalau dia akan duduk di depan Tong Nian saja. Tong Nian sendiri merasa atmosfer sangat aneh, apa yang ingin Shangyan lakukan?
Pelayan datang dan memberikan buku menu untuk mereka. Zheng Hui melihat-lihat menu dan memesan 2 tart strawberry karena Tong Nian kan suka makan strawberry. Dia yang akan membayar. Shangyan langsung memesan kari Australian beef, spaghetti, sepiring platter, dan sayap ayam panggang. Dan setelah makan, dia ingin di berikan makanan penutup cake red velvet. Tong Nian dan Zheng Hui shock karena Shangyan memesan banyak sekali makanan.
Makanan sudah di hidangkan. Tong Nian masih berpikir, bagaimana cara utnuk segera mengakhiri pertemuan ini? Seperti mendengar apa yang Tong Nian pikirkan, Shangyan juga bertekad kalau Tong Nian tidak akan bisa menyingkirkannya.
Tong Nian akhirnya membuka pembicaraan mengenai Shangyan kan tadi bilang harus kembali ke club karena ada masalah? Shangyan berlasan kalau ada temannya yang di rawat di rumah sakit, jadi dia harus pergi menjenguk. Tong Nian langsung tanya, siapa dan sakit apa? Zheng Hui juga penasaran. Shangyan tidak menjawab dan malah menatap tajam Tong Nian. Tong Nian jadi takut dan tidak menuntut jawaban Shangyan.
Tong Nian berusaha dengan halus menyuruh Zheng Hui kembali duluan ke rumah sakit. Alasannya adalah karena ayahnya bilang kalau ada wali pasien yang menunggu di luar ICU> Mereka sudah pergi terlalu lama. Akan buruk kalau terjadi sesuatu bahaya. Jadi, Zheng Hui kembali duluan, dan dia akan menyusul.
Zheng Hui bingung. Tapi, alasan Tong Nian terdengar masuk akal. Shangyan juga menyuruhnya untuk pulang dan dia yang akan membayar tagihan makanan.
Setelah Zheng Hui pergi, Tong Nian menjelaskan kondisi keluarga Zheng Hui pada Shangyan. Zheng Hui berasal dari keluarga single parent. Dia tinggal bersama ibunya. Dia sangat kasiha. Walau begitu, Zheng Hui masih belajar untuk mendapatkan gelar Ph.D. bukankah itu hal yang menggagumkan?
“Kau ingin aku menjawab nya bagaimana?” tanya Shangyan, balik. Tong Nian terdiam. “Orang tuaku meninggal cepat. Aku di besarkan oleh ibu tiriku.”
“Aku pernah mendengar hal itu sedikit,” ujar Tong Nian, merasa menyesal.
“Kali ini, ketika aku pergi Norway untuk melaporkan pekerjaanku, ibu tiriku menikah lagi. Hanya tersisa aku dan kakek saja.”
“Menikah? Itu hal baik! Kau mendapatkan kebahagiaan, itu bagus.”
“Sepuluh tahun yang lalu, aku datang ke China. Tapi, aku berakhir tinggal di basement dengan Solo. Kami sangat miskin dan tidak mempunyai apapun. Kemudian, kami akhirnya membentuk club dan kami ingin mencapai sesuatu, tapi akhirnya, semua gagal. Kau tanya padaku, apa aku merasa dia (Zheng Hui) kasihan? Apa kau merasa aku kasihan?” tanya Shangyan dengan muka sendu.
Tong Nian jadi sedih, “Tidak apa-apa. Jangan sedih. Kau masih mempunyai K&K dan juga aku. Aku akan selalu mendukungmu.”
Shangyan tersenyum kecil melihat Tong Nian.
--

Para tamu sudah pulang, dan Yaya membantu membereskan sampah-sampah. Xiaomi mengambil alih memberekan karena ini adalah rumahnya dan Yaya adalah tamu. Yaya tetap saja tidak bisa diam dan ikut membantu. Yaya terus menerus memanggil Xiaomi dengan panggilan : “Idol.”
Xiaomi merasa tidak enak dan meminta Yaya untuk memanggilnya dengan panggilan Mi SHaofei atau Xiaomi. Yaya tersenyum malu, dia tidak terbiasa tapi juga senang.
--
Shangyan dan Tong Nian berjalan bersama. Tong Nian tanya, bukankah tadi Shangyan sudah pulang? Kenapa bisa kembali lagi?
“Sebenarnya, aku ingin bertanya mengenai postingan-mu. Aku merasa… aku merasa…”
“Itu bukan aku. Yaya yang memposting itu. Saat aku tahu, aku langsung menghapusnya. Kau melihatnya? Aku tidak berpikir seperti itu sama sekali. Jaket itu sangat penting bagiku. Aku tidak mungkin membuangnya seperti itu.”
Shangyan senang mendengarnya. Tong Nian juga senang karena mereka bisa berbincang seperti ini lagi. Setelah selama ini menahan perasaannya, Shangyan akhirnya jujur memberitahu kalau selama beberapa hari ini, dia merasa berat. Dia menyesal telah mengatakan hal buruk pada Tong Nian. Mendengar hal itu, Tong Nian sangat senang.
Saat itu, lorong yang mereka lewati, ada seseorang berpakain alien dan memainkan alat musing. Dengan musik yang mengalun, Shangyan mulai menari dan mengajak Tong Nian ikut menari dengannya. Mereka berdua bersenang-senang, seolah lupa dengan kecanggungan yang beberapa hari ini telah menghigapi mereka.
--
Yaya dan Tong Nian sudah pulang ke asrama. Dan mereka berdua senyam senyum sendiri mengingat orang yang mereka sukai. Tong Nian membayangkan Shangyan, dan Yaya membayangkan Xiaomi.
Udah sama senyam-senyum, mereka malah saling menginterogasi. Tong Nian bisa menebak kalau Yaya pasti senyam-senyum karena di antar pulang oleh Xiaomi. Dan tentu tebakannya benar. Sementara Yaya, dia mengira Tong Nian senyum-senyum, karena saat di rumah sakit, Zheng Hui menyatakan cinta. Tong Nian dengan keras membantah hal tersebut. Yaya langsung tahu kalau yang membuat Tong Nian senang adalah Han Shangyan! Tong Nian malu karena ketahuan.
--
Shangyan kembali ke rumah. Dia berterimakasih pada bibi Zhao yang sudah membantu menjaga kucingnya selama dia tidak ada. Kakek yang melihat Shangyan pulang, langsung mengomel karena kucing itu sangat berisik, mengeong pagi hingga malam. Shangyan menyuruh kakek untuk tidak khawatir, karena dia akan membawa kucing itu ke klub K&K.
Kakek kembali mengomel, mengatai Shangyan yang tidak bisa menjaga diri sendiri, malah mau jaga kucing. Entah berapa lama kucing itu bisa bertahan hidup di tangan Shangyan. Shangyan dengan kesal memberitahu kakek kalau dia sudah pernah memelihara kucing sebelumnya. Bibi Zhao bahkan memuji Shangyan yang sangat perhatian.
Shangyan malah mendekat dan menggoda kakek dengan kucingnya. Kakek sampai heran melihat Shangyan yang sangat bahagia hari ini? Apa Shangyan menang lomba? Shangyan diam dan mengingat moment saat dia menari bersama Tong Nian tadi.
Shangyan tampaknya benar-benar senang. Dia bahkan berkata ingin membelikan kakek kaset lagu baru. Dia juga memberikan ponsel baru untuk kakek gunakan. Kakek bingung dan mengira kalau Shangyan butuh uang untuk klub. Shangyan menyuruh kakek untuk tenang, tidak ada masalah apapun. Jika kakek perlu apa saja, beritahu padanya, dan dia akan membelikannya. Keluarga Han kan hanya tinggal mereka berdua. Kakek sampai kehilangan kata-kata dengan perubahan sikap mendadak Shangyan.
--

Esok hari,
Su Cheng menemui Solo di kantor SP. Dia ingin membahas mengenai Xiao Ai. Jika Solo setuju, dia akan mulai mengurus prosedur dan surat-surat untuk membawa Xiao Ai keluar negeri. Solo meminta Su Cheng memberikannya waktu karena dia harus bicara terlebih dahulu dengan Xiao Ai.  
“Solo, terimakasih.”
“Kau benar. Anak gadis lebih cocok bersama dengan ibunya. Sebagai pria dewasa, aku tidak bisa mengatakan apapun yang membuatnya nyaman. Aku percaya kalian (Su Cheng dan Nan Wei) akan memberikan lingkungan terbaik untuknya tumbuh. Keluarga kalian lebih cocok bagi Xiao Ai untuk bertumbuh.”
“Maka, aku akan menunggu kabarmu.”
Solo kemudian membahas, jika Su Cheng pergi, maka Su Cheng harus meninggalkan Shangyan juga (sebagai manager). Su Cheng membenarkan. Tapi, dia yakin kalau Shangyan akan mampi menangani anak-anak K&K. Su Cheng memuji Solo yang sama hebatnya seperti Shangyan, dari orang yang tidak punya apapun hingga bisa mencapai posisi saat ini.
“Solo, aku tidak mampu membantumu beberapa tahun ini. Bahkan, aku melukaimu. Aku berharap kau akan menjadi lebih baik dan lebih baik. selalu. Xiao Ai bukan hanya anakku saja, tapi juga kau,” ujar Su Cheng, tulus.
Dia tersenyum pada Solo, dan Solo balas tersenyum padanya.
--

97 datang ke kamar Shangyan. Sambil bicara dengan Shangyan, 97 mengelus-ngelus kucing Shangyan. 97 membahas mengenai Xiaomi yang sudah keluar dari SP dan posisinya di gantikan oleh Fu Ying, yang membuat team SP semakin kuat. Apa Shangyan tahu mengenai Fu Ying? Shangyan menjawab kalau Fu Ying adalah anak muda yang berbakat. Dulu, Fu Ying adalah kaptem dari team dua SP. Kemampuan tekniknya seimbang dengan Grunt.
97 bingung, kalau Fu Ying begitu hebat, kenapa dia di tempatkan di team dua? Shangyan menjelaskan kalau Solo mengatur team SP dengan baik. Mereka melatih dua team yang hebat dalam kompetisi, jadi mereka bisa mendapatkan 2 medali. Tujuan SP adalah mendapatkan medali emas dan medali perak di saat bersamaan. 97 baru sadar kalau team SP sangat ambisius.
Su Cheng datang dan meminta 97 keluar karena ada hal yang ingin di bicarakannya pribadi dengan Shangyan. 97 pun langsung keluar.
Su Cheng memberitahu Shangyan kalau dia akan membawa Xiao Ai pergi bersamanya, ke Norway. Shangyan tampak terkejut. Apa Su Cheng akan membawa anak Solo? Su Cheng dengan tersenyum berkata kalau Xiao Ai juga adalah putrinya.
“Sebenarnya, masalah ini, kau tidak perlu memberitahuku. Ketika kita berdua mendirikan klub, aku sudah bilang hal ini, apa yang terjadi di antara kalian berdua (Su Cheng dan Solo) bukan urusanku,” ujar Shangyan.
--

Xiao Ai berada di kamarnya dan kesulitan untuk memasang obat di belakang punggungnya (sepertinya dia alergi karena pundaknya bintik-bintik merah). Solo ada di depan kamar Xiao Ai dan memanggilnya, tapi tidak ada jawaban dari Xiao Ai. Xiao Ai tidak memakai alat bantu dengarnya, hingga dia tidak mendengar panggilan Solo. Solo panik karena Xiao Ai tidak menjawabnya.
Xiao Ai akhirnya memasang alat bantu dengarnya dan mendengar panggilan ayahnya. Dia meminta ayahnya untuk menunggu karena dia sedang bertukar baju. Solo yang sudah khawatir, marah karena Xiao Ai bertukar baju sangat lama dan tidak mendengar panggilannya. Xiao Ai menjawab kalau dia tadi memakai obat dan tidak memakai alat dengar. Solo menasehati Xiao Ai untuk selalu memakai alat dengar, takut kalau ada apa-apa, Xiao Ai tidak mendengar teriakannya.
Solo memeriksa pundak Xiao Ai dan bertanya apakah masih terasa gatal? Xiao Ai mengiyakan. Rasanya sangat gatal. Nenek tidak ada, jadi tidak ada yang membantunya memakai obat. Xiao Ai bertanya, apakah dia alergi karena turunan dari Solo? Solo menjawab kalau itu turunan dari ibu Su Cheng. Xiao Ai langsung sinis berkata kalau ibunya memang tidak pernah mewarikan hal bagus untuknya.
Solo menegur ucapan Xiao Ai. Su Cheng adalah ibu Xiao Ai, dan Xiao Ai tidak boleh bicara seperti itu. Xiao Ai tetap sinis. Baginya Su Cheng hanya ibu yang melahirkannya bukan membesarkannya. Dia juga memanggil Su Cheng dengan panggilan ‘ibu’ karena menghormati Solo.
“Xiao Ai, ada yang ingin ayah bicarakan.”
“Selain daripada pindah dengan ibu, segala hal lain bisa di bicarakan,” jawab Xiao Ai.
“Kau benar-benar anakku. Genius kecil.”
Xiao Ai kecewa, menyadari kalau ayahnya ingin memberikannya pada ibunya. Solo membelai lembut kepala Xiao Ai. Xiao Ai dengan tegas berkata kalau dia tidak pernah suka melihat Su Cheng. Solo dengan lembut berkata kalau perceraian antara dirinya dan Su Cheng adalah keputusan bersama.
“Tidak. Jangan bohong padaku.”
“Kapan ayah pernah bohong padamu?”
“Tidak mungkin. Kalian berdua punya surat cerai. Nenek memperlihatkan padaku surat cerainya. Nenek bahkan bilang kalau kalian berdua menikah, tapi setelah dia melahirkanku, dia menceraikan ayah. Setelah memilikiku, dia pergi keluar negeri. Dia yang meninggalkanmu! Ayah dulu miskin. Dia tidak ingin ayah dan tidak menginginkanku. Sekarang, aku sudah besar, dan dia menginginkan ku lagi. Bagaimana bisa dia begitu mengerikan?!” marah Xiao Ai.
“Xiao Ai, semua itu adalah salah paham. Setelah kau lebih dewasa, ayah akan menjelaskannya padamu.”

Xiao Ai memberontak. Dia tidak ingin mendengar appaun. Dan dia lebih memilih untuk masuk ke dalam kamarnya. Solo berusaha bicara dengan Xiao Ai, meminta Xiao Ai untuk membuka pintu. Xiao Ai mengabaikannya, dia melepas alat dengarnya. Kemudian, dia berteriak mengatakan tidak pakai alat bantu dengar dan tidak mendengar apapun yang Solo katakan.
Solo kembali ke ruang tamu. Dia menelpon ibunya, meminta ibunya untuk datang dan membantunya. Dia harus ke klub, dan Xiao Ai dalam keadaan suasana hati buruk.
Saat Solo sedang teleponan, Xiao Ai diam-diam, pergi dari rumah. Dia kabur denga memanjat keluar dari balkon.
--
Dan seperti dulu, dia pergi ke asrama Tong Nian. Tong Nian dan Yaya yang melihatnya, langsung tanya, kenapa Xiao Ai datang? Dengan santai, Xiao Ai menjawab kalau dia kabur dari rumah. Yaya menyindir Xiao Ai yang sangat pintar mengingat jalan hingga datang ke asrama mereka lagi.

Tong Nian bertanya alasan Xiao Ai kabur dari rumah. Xiao Ai menjawab kalau sejak ibunya muncul, dia bukan lagi kesayangan ayahnya.
--

Solo sudah tahu Xiao Ai menghilang. Dan dengan bantuan Shangyan, dia pergi ke asrama Tong Nian. Tong Nian keluar dan memberitahu kalau Xiao Ai tidak mau keluar.  Solo meminta maaf karena sudah merepotkan Tong Nian. Tong Nian berkata tidak apa, karena mereka menyukai Xiao Ai. Tapi, jika Xiao Ai selalu kabur, dia takut nantinya, Xiao Ai akan kabur ke tempat lain yang berbahaya. Solo menjawab tidak akan.
“Darimana kau bisa tahu?” tanya Shangyan.
“Aku mengenal anakku. Xiao Ai hanya suka mengamuk, tapi dia tahu cara melindungi dirinya. Dia datang mencarimu sebagai bentuk protesnya padaku.”
Solo juga meminta tolong Tong Nian untuk membujuk Xiao Ai keluar. Kan ini asrama perempuan, jadi pasti tidak nyaman kalau dia dan Shangyan masuk ke dalam. Tong Nian langsung berujar kalau asrama ini di khusukan untuk mahasiswa akhir yang sudah mau lulus, jadi aturannya tidak begitu ketat. Dia akan mencoba bicara dengan bibi penjaga asrama, agar Shangyan dan Solo di izinkan masuk.
Tong Nian langsung bicara dengan bibi penjaga. Dia memperkenalkan Shangyan dan Solo sebagai keluarganya. Mereka ingin masuk untuk membicarakan sesuatu dan akan pergi setelah 30 menit. Untungnya, bibi penjaga memberikan izin.

Tong Nian membawa mereka menuju kamarnya. Tapi, pas mereka mau masuk, Tong Nian melarang dan menyuruh mereka menunggu sebentar diluar. Tong Nian masuk dan berbisik panik pada Yaya dan Chunchun kalau Shangyan dan Solo ada di luar. Jadi, segera bereskan kamar dan sembunyian yang kotor.

Setelah beres, Tong Nian baru mengizinkan mereka masuk. Yaya dan Chunchun langsung pamit keluar. Solo berusaha bicara pada Xiao Ai. Dia hendak menjelaskan mengenai hubungannya dengan Su Cheng sebenarnya. Shangyan tahu kalau ini adalah saatnya Solo bicara berdua dengan Xiao Ai, jadi dia menarik Tong Nian keluar.
Shangyan dan Tong Nian melihat dari luar. Dari luar, terlihat kalau Xiao Ai tampaknya tidak mau mendengarkan Solo. Melihat keadaan memanas, Shangyan dan Tong Nian kembali masuk ke dalam. Xiao Ai berteriak kalau ayahnya juga tidak pernah mau mendengarkannya. Dia tidak pernah mau di lahirkan. Kalau Solo tidak menginginkannya, kenapa berjanji pada Su Cheng akan membesarkannya? Harusnya berikan saja dia ke panti asuhan.
“Xiao Ai, ini tidak seperti yang kau pikirkan. Awalnya, aku tidak menyangka hal itu, tapi ayah harus memberitahumu. Ayah tidak pernah ingin membuangmu! Tidak pernah!”
“Aku… aku tidak percaya padamu!” teriak Xiao Ai dan melepas alat bantu dengarnya dan membuangnya ke lantai. “Setelah ibuku melahirkanku, dia tidak menginginkanku. Kau tidak pernah mengira kalau aku ada! Kalian berdua sama! Sama! Kalian berdua tidak menginginkanku! Kau berharap aku tidak ada, karena dengan begitu, aku tidak akan menghancurkan hidupmu yang sempurna!” tangis Xiao Ai.
Solo tampaknya terpukul dengan ucapan Xiao Ai. Tong Nian mengambil alat bantu dengar Xiao Ai yang di buang ke lantai.
Solo berlutut di depan Xiao Ai, “Xiao Ai, di hidup ayah, semua kesakitan dan kegagalanku adalah pilihanku sendiri. Aku benar-benar menyesali hal itu, tapi aku tidak pernah menyesal mempunyaimu sebagai putriku. Karena kau mengajarkan ayah, apa artinya menjadi berharga bagi seseorang. Melihatmu tumbuh dari bayi hingga sekarang, aku berjalan bersamamu melewati semua kesedihan dan kebahagiaan. Kau tahu itu? Itu adalah hal terindah di hidupku.”
Xiao Ai menangis. Walau dia tidak bisa mendengar karna tidak memakai alat bantu dengar, tapi dia bisa membaca gerak bibir Solo. Tong Nian memberikan alat bantu dengar Xiao Ai dan ternyata alat itu rusak. Solo meminta Tong Nian menjaga Xiao Ai sebentar sementara dia pergi memperbaiki alat tersebut.
“Solo, bagaimana jika membiarkan dia tinggal di sini beberapa hari? Ketika dia sudah lebih tenang, baru datang dan bicara lagi padanya. Bagaimana?” saran Tong Nian.
Solo setuju. Dia bahkan ingin memberikan uang untuk Tong Nian, sebagai uang makan Xiao Ai. Tong Nian menolak uang Solo dengan sopan. Solo memaksa, dan akhirnya Shangyan berkata kalau Tong Nian tidak begitu miskin. Akhirnya, Solo mengalah. Dia pamit untuk pergi memperbaiki alat bantu dengar Xiao Ai.

Tong Nian berusaha menenangkan Xiao Ai. Dia tahu kalau Xiao Ai tidak marah lagi. Dia tahu kalau Xiao Ai sangat menyanyangi Solo. Xiao Ai memeluk Tong Nian erat dan menangis terisak-isak.
--
Diluar asrama, Solo tidak tahu harus bagaimana. Shangyan memperhatikan Solo yang tampak kehilangan arah. Shangyan tahu kalau semua terasa berat bagi Solo, tapi kenapa Solo berpura-pura menjadi orang baik? harusnya, Solo mendengarkan pendapat Xiao Ai.
“Aku bukan berpura-pura baik. Bagaimanapun dia anak perempuan. Lebih baik baginya dengan ibunya. Aku tidak bisa menjaganya di rumah sepanjang waktu. Aku bersalah padanya. Aku tidak menjaganya dengan baik. Dia mengalami gatal-gatal sejak kecil, dulu aku bisa memakaikan obat salep padanya. Sekarang, aku tidak bisa melakukannya. Tapi, seorang ibu berbeda. Akan lebih baik dengan seorang ibu. Ketika dia dewasa, akan lebih banyak hal yang tidak bisa seorang ayah lakukan untuknya. Lao Han, sejujurnya, aku benar-benar tidak mengerti apa yang di pikirkannya,” ujar Solo dan tampak frustasi pada dirinya sendiri. “Kau tidak punya anak, jadi mungkin sulit bagi mu untuk memahaminya. Terkadang, aku melihatnya, aku cukup puas. Tapi, setelah beberapa waktu, aku merasa gagal.”
Usai mengatakan hal tersebut pada Shangyan, Solo pun pergi.
--
Yaya sudah kembali ke kamar asrama. Dia melihat Xiao Ai yang sedang berbaring di kasur Tong Nian. Dia juga sudah mendengar dari Tong Nian kalau alat bantu dengar Xiao Ai rusak, dan sekarang tidak bisa mendengarkan mereka. Yaya merasa kasihan padanya.
Ponsel Tong Nian berbunyi. Dari Shangyan yang meminta untuk membawa Xiao Ai keluar. Tong Nan pun memanggil Xiao Ai, dia menggunakan ponselnya untuk menulis pesan mengajak Xiao Ai keluar, dengan alasan ingin mencari makan.

Pas sudah keluar, Xiao Ai jelas kesal karena Tong Nian berbohong. Tong Nian juga langsung bilang pada Shangyan kalau dia berbohong untuk membawa Xiao Ai keluar. Shangyan menggunakan ponselnya dan menulis : Aku adalah teman lama orang tuamu. Jika kau ingin mendengar mengenai cerita mereka, maka ikut aku beli alat bantu dengar baru.
Xiao Ai membaca pesan itu dan dengan sinis berkata kalau Shangyan tidak tahu apapun. Alat bantu dengar itu harus di beli dengan resep dokter, tidak bisa di beli sembarangan sesukanya saja. Shangyan sadar kalau Xiao Ai pasti mempunyai alat bantu dengar cadangan.
“Darimana kau tahu?”
“Jika kau… ingin… mendengar … cerita mengenai… mereka, maka…pakai… kembali… alat bantu dengarmu,” ujar Shangyan menekankan setiap kata, agar Xiao Ai mengerti apa yang di ucapkannya.
Xiao Ai menghela nafas. Dia akhirnya memberitahu kalau alat bantu dengar itu ada di dalam tas-nya. Shangyan langsung meminta Tong Nian mengambilkan alat bantu itu di tas Xiao Ai, sementara dia yang mengawasi Xiao Ai di sini.


5 Comments

Previous Post Next Post