Images by : Dragon TV / ZJTV / iQiyi
Dengan di temani oleh Tong Nian, Shangyan membawa
Xiao Ai ke taman. Dan tentu saja, Shangyan menyuruh Tong Nian untuk menjauh sementara
dia berbicara dengan Xiao Ai. Xiao Ai memperingati Shangyan untuk tidak berbohong
apapun sama sekali padanya. Dia ingin tahu bagaimana ayah dan ibunya bisa
bertemu.
Shangyan mulai
bercerita. Solo dan Su Cheng bertemu karena mimpi. Su Cheng dulunya adalah
pemain profesional juga. Sebelum dia datang ke China, Solo dan Su Cheng sudah
saling mengenal. Jauh sebelum mereka mengenai Ai Qing. Dia dulu, datang ke
China sampai dua kali (bolak balik Norway). Saat dia datang pertama kali, Solo
dan Su Cheng masih berpacaran.
Xiao Ai bertanya alasan kenapa ayah dan ibunya
bisa putus. Shangyan menjawab kalau banyak alasan untuk putus, mana bisa dia
tahu. Mungkin hanya karena merasa tidak cocok. Bukan hal yang rumit.
“Ayahku… apa dia tidak menginginkanku? Ayahku tidak
menginginkanku, tapi ibuku tetap mempertahankanku?” tanya Xiao Ai.
Shangyan diam sejenak sebelum menjawab pertanyaan
Xiao Ai.
Flashback
13
tahun yang lalu,
Solo yang
adalah pemain CTF melakukan pertandingan melawan team Su Cheng. Saat bertanding,
Solo terus melirik ke Su Cheng dan tersenyum. Sementara Su Cheng, dia tampak
sangat fokus dan kesulitan untuk melawan team Solo (kejadian ini jauh sebelum
ada Ai Qing, Ou Qiang dan Xiaomi).
Pertandingan
selesai. Dan di menangkan oleh Solo.
Su Cheng
menemui Solo. Dia tampak sedih. Dia tidak marah karena Solo menang. Tapi,
kenapa saat bertanding Solo selalu melindungi dan tidak melawan-nya. Saat
tanding tadi, Solo jelas-jelas memiliki banyak kesempatan untuk menang lebih
awal, tapi kenapa membiarkan hal itu begitu saja.
Solo menjawab
dengan jujur kalau dia tidak ingin membuat Su Cheng kesulitan. Dia ingin
membantu Su Cheng. Su Cheng menangis. Di bandingkan kalah melawan Solo, rasa
kasihan Solo padanya membuatnya merasa lebih menyedihkan. Solo menjadi merasa
bersalah. Su Cheng merasa minder karena harus tampak lemah di hadapan Solo, dia
sangat menyukai Solo. Solo tersenyum mendengar alasan Su Cheng menangis.
10
tahun kemudian,
Su Cheng
datang ke tempat tinggal team SOLO dengan membawa seorang anak perempuan kecil.
Shangyan yang waktu itu membukakan pintu untuknya, tampak terkejut melihat Su
Cheng karena sudah dua tahun mereka tidak bertemu. Tapi, dia juga curiga dengan
anak yang di gendong Su Cheng.
Su Cheng
menanyakan apakah Solo ada? Shangyan menjawab kalau Solo dan yang lain sedang
tidak ada. Su Cheng meminta izin untuk masuk dan menunggu Solo di dalam. Shangyan
memberikan izin dan membawa Su Cheng ke ruang tamu.
“Kau
harusnya tahu kalau dia sudah punya pacar sekarang, kan?”
“Aku
tahu.”
“Lalu,
kau juga harusnya tahu siapa pacarnya kan?”
Su
Cheng diam, tidak menjawab pertanyaan Shangyan. Setelah duduk, Su Cheng baru
menjawab : “Pacarnya sekarang adalah Ai Qing. Appledog. Pemain wanita pertama
team kalian.”
Saat itu,
anak yang di bawa Su Cheng, merengek memanggil nama ibunya.
--
Solo sudah
pulang dan bicara dengan Su Cheng di dalam kamar mandi. Solo merasa marah
karena Su Cheng tidak memberitahunya sedari awal kalau sudah hamil. Dia kan berhak
tahu. Su Cheng tampak sangat bersalah dan akhirnya berkata dengan jujur kalau
dia tidak bisa membesarkan anaknya lagi, Xiao Ai.
“Membesarkan?
Jika kau tidak bisa membesarkannya kenapa kau harus memilikinya?!” teriak Solo,
penuh amarah. “Kau beritahu aku alasannya!”
“Dia
sakit. Dia butuh pengobatan. Aku bahkan tidak bisa menghidupi diriku sendiri. Aku
melakukan ini benar-benar bukan karena ingin bergantung padamu. Aku hanya tidak
ingin dia tinggal denganku dan tidak memiliki kehidupan yang baik,” jelas Su Cheng
sambil menangis. “Solo. Dia putrimu. Dapatkah kau menjaganya? Sekarang ini
performa team-mu snagat bagus. Membesarkan seorang anak kecil tentu tidak akan
masalah, kan? Aku mohon padamu. Dia benar-benar putrimu. Ak—aku punya akte
lahir-nya. Apapun tes yang ingin kau lakukan, aku akan melakukannya. Aku mohon
padamu, tolong rawat dia. Aku… aku tidak punya uang untuk membawanya ke dokter.
Aku tidak bisa mengobatinya. Aku mohon padamu.”
Solo tampak
sangat bingung dengan situasi mendadak ini. Dia tidak ragu mengenai Xiao Ai,
anaknya atau bukan. Dia hanya ingin tahu, kenapa saat Su Cheng hamil, Su Cheng
tidak memberitahunya sedari awal?
Su Cheng
menjelaskan kalau Xiao Ai bukanlah bagian dari rencana-nya. Begitu pula dengan
Solo. Di samping itu, saat itu, mereka sudah putus. Saat dia tahu dia hamil,
dia sudah hamil 3 bulan. Apa yang bisa dia lakukan? Team Solo semakin baik dan
baik. Dia tidak ingin dirinya dan anak-nya menjadi batu sandungan bagi Solo.
Solo benar-benar
bingung. Semua ini terlalu mendadak.
Saat itu,
Xiao Ai masuk ke dalam. Dia sudah mendengar dari luar sedari tadi. Solo meminta
Ai Qing keluar dulu dan dia akan menjelaskan nanti marah. Ai Qing tidak mau dan
menyuruh Solo menjelaskan padanya sekarang juga. Siapa anak itu?
Solo menjelaskan
kalau dia dan Su Cheng sudah putus dari 2 tahun lalu, dan saat itu dia tidak
tahu apapun sama sekali. Ai Qing tidak peduli pada penjelasan Solo, dia sangat
marah. Ou Qiang dan Xiaomi mencoba menenangkan dengan berkata kalau bisa saja Su
Cheng berbohong dan mereka harus melakukan tes DNA.
“Tidak
perlu,” ujar Solo dan menggendong Xiao Ai, “Dia adalah anakku. Dia milikku,
putri Solo.”
Su Cheng
menangis karena Solo mau mengakui anaknya dan bahkan tidak ragu sama sekali. Dan
berbanding terbalik dengan Su Cheng, Ai Qing di liputi kemarahan dan kekecewaan
terhadap Solo. Mungkin, dia merasa telah di khianati.
End
Mendengar cerita Shangyan, Xiao Ai bertanya, jadi
karena dirinya maka Solo menyerah terhadap teamnya? Apa Shangyan benci pada
ayahnya? Shangyan mengiyakan.
Flashback
Shangyan
mengajak Solo bicara berdua. Dia menyarankan agar dia yang mengambil anak itu
dan Solo bisa menjelaskan pada semuanya kalau tadi dia hanya berusaha
melindunginya. Anak itu adalah anaknya dan dia akan membesarkannya. Kemudian,
Solo bisa menenangkan Ai Qing. Jangan sampai hal ini mempengaruhi pertandingan final
mereka.
Solo menolak
saran dari Shangyan. Xiao Ai adalah anaknya. Shangyan jadi emosi. Mereka sudah
berusaha keras dan dia tidak mau karena masalah ini, semua usaha mereka menjadi
sia-sia. Mereka bisa menang kejuaraan nasional. Bukan hanya Solo yang dia
anggap sebagai saudara, tapi ada juga Ai Qing, Ou Qiang, Xiaomi dan para pemain
pengganti lainnya. Team SOLO bukan hanya tentang Solo.
“Aku
juga tidak menyangka hal seperti ini terjadi. Kenapa ini harus terjadi padaku?!
juga, anak itu tidak bersalah,” tegas Solo.
“Ini
bukan saatnya kau merasa bersalah! Jika kau dan Ai Qing berakhir, maka kami
juga berakhir. Bertahun-tahun kita bekerja keras, kita menderita. Kita tidak
bisa membiarkannya berakhir seperti ini. Wang Hao! Apa kau ingin menyerah seperti
ini? Ini team yang kita buat dengan tangan kita,” ingati Shangyan.
Solo benar-benar
dalam keadaan kacau. Dia meminta waktu untuk berpikir, tapi Shangyan tidak memberikannya
waktu.
End
“Ayahku. Dia adalah ayah yang baik,” ujar Xiao Ai.
“Tapi, dia bukan kapten team yang baik.”
“Tapi dia berusaha memperbaiki semuanya selama
ini! Paman Mi Shaofei dan Ou Qiang, ayahku berjuang keras untuk membawa mereka
berdua kemari.”
Shangyan memberitahu Xiao Ai kalau ada yang
namanya ‘golden age’ bagi para pemain profesional. Dan saat itu adalah golden age bagi mereka, yang akhirnya
habis sia-sia.
Su Cheng ternyata datang ke sana juga karena
menerima kabar dari Shangyan. Dia berpas-pasan dengan Tong Nian dan Tong Nian
memberitahunya dimana Shangyan dan Xiao Ai.
Xiao Ai mencoba melihat dari sudut pandang Shangyan
dan memang tampaknya ayahnya mengabaikan semua orang di team SOLO. Tapi, jika
Shangyan berada di posisi ayahnya dan memikirkannya, bukankah saat itu dia
sangat kasihan. Dia masih sangat muda dan mempunyai diabilitas juga. Ayahnya
tentu tidak bisa mengabaikannya begitu saja dan tidak menjaganya. Beruntunglah ayahnya
tidak memberikannya menjadi anak Shangyan. Jika dia jadi anak Shangyan, mereka
pasti akan bertengkar 10 hari sekali.
Saat itu, Su Cheng tiba dan memanggil Xiao Ai. Shangyan
segera memberitahu Su Cheng kalau barang-barang Xiao Ai masih ada di asrama
Tong Nian. Setelah Su Cheng dan Xiao AI selesai bicara, mereka akan
mengambilnya. Dan kemudian, Shangyan pergi, memberikan waktu bagi Su Cheng dan
Xiao Ai.
Shangyan duduk di sebelah Tong Nian. Mereka masih
sedikit canggung.
Su Cheng dan Xiao Ai bicara. Kali ini, Xiao Ai
tidak sedingin sebelumnya lagi. Xiao Ai bertanya, apakah dulu Su Cheng pernah
mencintai ayahnya? Su Cheng memberitahu kalau Solo adalah cinta pertama-nya.
“Kenapa kau melahirkanku? Kau tidak mencintai
ayahku, kau tidak mencintaiku. Kenapa kau melahirkanku?!” marah Xiao Ai.
“Aku mencintai kalian. Xiao Ai, aku pernah sangat
mencintainya dan itulah kenapa aku melahirkanmu. Itu caraku untuk mengingatnya.”
“Jadi, kau memperlakukanku seperti pengingat?!”
Su Cheng terdiam. “Aku minta maaf. Aku berpikir
terlalu sederhana dulu. Aku kira aku bisa membesarkanmu seorang diri dengan
baik.”
“Tapi kemudian kau tidak menyangka kalau aku akan
sangat merepotkan dan bukanlah anak yang sehat, dan tidak ingin membesarkanku
lagi, kan?”
“Tidak. Saat itu, team kami sangat miskin. Tapi,
aku ingin memberikanmu hidup yang baik. Aku kira kau akan lebih bahagia ikut
dengannya daripadaku.”
“Tapi itulah caramu menghancurkan karir-nya saat
itu!” marah Xiao Ai.
“Ya. Untuk hal ini, aku sangat egois,” akui Su
Cheng. “Aku tidak pernah menyangka akan membawa celaka pada semuanya. Aku juga
tidak menyangka kalau team SOLO akan di bubarkan.”
Xiao Ai masih terus bertanya. Setelah melakuka
itu, Su Cheng mencari pria lainnya? Su Cheng menjelaskan kalau suaminya saat
ini adalah kapten team-nya sebelumnya. Dia sudah mengenalnya duluan sebelu
mengenal Solo. Nan Wei selalu menyukainya dan dialah yang menolongnya saat dia
sulit. Nan Wei menemaninya saat dia
sendirian.
Xiao Ai menanyakan pertanyaan terakhir, alasan Su
Cheng dan Solo putus dulu. Su Cheng menjawab kalau saat itu, team Solo baru di
mulai. Setiap hari, Solo hanya memikirkan cara menjadi lebih baik. Dia sangat
mengagumi Solo, dan di saat yang sama juga marah. Saat itu, dia bahkan tidak
bisa meminta Solo memberikan sedikit waktunya untuk berjalan bersama. Jadi,
mereka selalu bertengkar dan bertengkar. Itu salahnya. Saat itu, dia terlalu
muda. Walaupun pekerjaan sangat penting, tapi dia ingin seseorang yang selalu
ada untuknya.
Tong Nian mulai berbicara dengan Shangyan. Dia
tahu kalau Shangyan masih peduli pada Solo hingga membantu untuk menenangkan Xiao
Ai. Dia juga tahu kalau sebenarnya, Shangyan sudah memaafkan Solo sejak lama,
kan? Shangyan memukul kepala Tong Nian dan membantah dugaan Tong Nian.
--
Solo tampaknya sakit. Tapi, dia lebih mencemaskan
Xiao Ai yang belum pulang.
Shangyan mengantar Su Cheng dan Xiao Ai ke area
rumah Solo, tidak sampai ke pintu gerbang. Sebelum turun, Xiao Ai memberitahu Tong
Nian alasan Shangyan tidak mengantarkan hingga ke depan rumah adalah karena
rumahnya adalah bekas tempat tinggal dan latihan team SOLO dulunya.
Saat itu huja turun dengan deras, dan Su Cheng
benar-benar menjaga Xiao Ai agar tidak kebasahan terkena hujan. Dia hanya
mengantarkan hingga ke depan gerbang dan tidak ikut masuk ke dalam. Xiao Ai
sudah tidak terlalu marah lagi pada Su Cheng. Sebelum masuk ke dalam, Xiao Ai memeluk
erat Su Cheng. Su Cheng jelas sangat senang karena Xiao Ai sudah tidak sedingin
dulu padanya.
--
Solo sangat senang karena akhirnya Xiao Ai pulang.
Dia bahkan membantu mengeringkan bagian bawah rambut Xiao Ai yang basah karena
terkena hujan. Xiao Ai tampaknya juga merasa bersalah karena sudah melawan pada
Solo tadi. Dia yang melihat Solo membeli nasi kotak, memarahi Solo untuk tidak
makan makanan instan. Dia meminta Solo untuk memasak dan dia akan menemani Solo
makan. Solo sangat senang mendengarnya dan bahkan bertanya Xiao Ai hendak makan
apa? Xiao Ai mulai memberitahu semua makanan yang hendak di makannya. Solo sangat
senang karena Xiao Ai sudah tidak marah lagi padanya.
--
Di dalam mobil, Shangyan bercerita mengenai lingkungan
tempat tinggal Solo ini yang dulu sangat buruk. Kalau hujan, jalanan akan
langsung berlumpur. Tapi sekarang tidak lagi. Tong Nian tertarik mendengarnya. Apalagi
saat Shangyan bercerita mengenai hubungan Solo dan Ai Qing dulunya. Tong Nian
jadi penasaran, bagaimana awalnya Solo dan Ai Qing bertemu? Dan ternyata, dulu
mereka bertemu di internet café, dan Ai Qing jatuh cinta pada pandangan pertama
pada Solo. Tong Nian tersenyum dan bergumam kalau Ai Qing sama sepertinya.
“Mana-nya yang sama? Saat itu, Solo dan Su Cheng
baru putus sekitar setengah tahun. Solo masih patah hati saat itu. Kalau aku
tidak begitu.”
Tong Nian tersenyum mendengar ucapan Shangyan.
--
Xiao Ai membuatkan obat untuk Solo minum. Solo tampak
tersentuh. Dan Solo kemudian meminta maaf pada Xiao Ai karena dia sudah salah.
“Kau tidak boleh bilang kalau kau salah. Bahkan
jika seluruh dunia salah, ayahku tidak salah,” ujar Xiao Ai. “Itu salahku. Jika
aku tidak ada, kau pasti bisa memenangkan juara dunia sejak lama,” tangis Xiao
Ai dan memeluk Solo. “Ayah, di hatiku kau adalah kaptem team China terhebat.”
Solo tersentuh mendengar perkataan Xiao Ai. Dia tidak
pernah merasa menyesal sekalipun telah membesarkan Xiao Ai, anaknya.
--
Tong Nian dan Shangyan masih berada di dalam mobil.
Waktu sangat kejam. Jika semua orang tahu hasilnya akan menjadi
seperti ini, maka dulu, mereka pasti akan membuat keputusan yang berbeda.
--
Solo baru teringat, siapa yang mengantarkan Xiao Ai
pulang? Xiao Ai menjawab, “Paman Han.”
Solo langsung berlari keluar menggunakan payung
dan menemukan Shangyan masih ada. Dia berterimakash karena Shangyan sudah
mengantarkan Xiao Ai pulang. Dia menawarkan Shangyan untuk mampir ke rumahnya. Shangyan
menolak dengan alasan masih banyak masalah klub yang harus di urusnya karena Su
Cheng akan kembali ke Norway. Solo tidak memaksa dan menyuruh Shangyan untuk
berhati-hati menyetir.
--
Su Cheng pergi menemui Ai Qing di café. Su Cheng
yang mengajak bertemu. Tujuannya adalah karena dia ingin nminta maaf sejak
dulu. Ai Qing dengan ramah berkata kalau mereka tidak perlu membaha masa lalu. Dia
sudah lama melupakannya. Dia tidak seperti Shangyan yang menyimpan dendam.
“Sejujurnya, aku tidak menyalahkanmu karena membawa
Xiao Ai. Aku sebaliknya, menyalahkan Solo. Aku menyalahkannya karena membawa Xiao
Ai tanpa membawaku. Saat itu, aku tidak
ingin lanjut lagi di dalam team. Jadi diam-diam, dia memutuskan untuk
meninggalkan teman dan membuat team jadi di bubarkan. Aku juga orang terakhir
yang tahu hal itu. Jadi, setiap anggota team di team Solo adalah lebih penting
daripada pacarnya,” jelas Ai Qing.
Su Cheng secara jujur berkata kalau dia senang
saat itu karena Solo mau menerima Xiao Ai. Dan dia yakin hal itu hal yang sulit
bagi Ai Qing. Ai Qing menjawab kalau yang harusnya melalui masa sulit adalah
Solo. Seorang pria yang tidak tahu cara membesarkan anak, mulai belajar secara pelan-pelan
membesarkan anak.
Flashback
Ai Qing
mengunjungi Solo setelah 3 tahun. Dan dia melihat Solo yang berusaha sangat
baik membesarkan Xiao Ai dengan penuh kasih sayang. Mungkin, saat itu, Ai Qing
sadar kalau bagi Solo, Xiao Ai telah menjadi prioritas utamanya.
End
Dan karena hal itu juga, Ai Qing bisa melupakan Solo.
Semua sudah menjadi masa lalu, jadi biarkan saja tetap menjadi masa lalu. Ai
Qing meminta Su Cheng untuk langsung to the point saja, kenapa mengajaknya
bertemu?
Su Cheng ternyata menemui Ai Qing untuk menanyakan
pendapat Ai Qing. Jika dia membawa Xiao Ai ke Norway untuk pengobatan, dan juga
untuk pendidikan Xiao Ai, apa menurut Ai Qing, Solo akan kesulitan? Walaupun Solo
telah setuju, tapi, dia masih merasa khawatir.
Ai Qing dengan bijak menyuruh Su Cheng untuk
menanyakan pendapat Xiao Ai. Sekarang, Xiao Ai sudah berusia 12 tahun. Tapi,
jika Su Cheng ingin mendengar pendapat dari perspektif-nya, seharusnya Su Cheng
juga bisa tahu siapa yang paling terikat emosional dengan Xiao Ai.
“Kau menjaganya hanya selama 2 tahun. Sementara
Solo menjaganya selama 10 tahun dari dia kecil hingga besar. Jika kau ada di
posisinya, menurutmu, dengan siapa kau akan merasa lebih dekat?” ujar Xiao Ai.
Su Cheng terdiam. Menyadari kebenaran perkataan Xiao
Ai.
Xiao Ai menggenggam tangannya, seolah memberikan
kekuatan agar Su Cheng dapat lebih bijak dalam bertindak.
--
Sebelum mengantar Tong Nian pulang, Shangyan mampir
dulu di rumahnya untuk mengambil barang. Tong Nian menolak untuk ikut masuk ke
dalam rumah Shangyan karena takut bertemu kakek dan nanti salah paham. Dia tidak
bisa terus berbohong pada kakek. Shangyan menjawab singkat kalau Tong Nian
tidak perlu berbohong.
Dan Tong Nian pada akhirnya ikut masuk ke dalam. Kakek
sangat senang melihat Shangyan yang pulang dengan Tong Nian. Dia bahkan
menyuruh Shangyan mengajak Tong Nian nonton film di kamar Shangyan. Shangyan
awalnya tidak mau, tapi karena kakek terus mengomel, akhirnya Shangyan beranjak
ke kamarnya dan mengajak Tong Nian ikut.
“Oh ya, kucing itu sudah kau bawa ke klub, tapi
kenapa kau masih punya banyak makanan kucing di sini? Cepat bawa makanan itu ke
klub!” omel kakek.
Mendengar omelan kakek, Tong Nian tampak kaget dan
senang. Ternyata kucing pemberiannya masih di jaga oleh Shangyan.
Dia langsung menghampiri Shangyan dengan senyum
lebar karena Shangyan tidak membuang kucing pemberiannya. Dia bahkan membantu
Shangyan membersihkan makanan kucing yang berserak di lantai.
“Kau belum memberitahuku. Kau tidak memberikan
kucing itu kepada orang lain. Kenapa kau berbohong padaku?” tanya Tong Nian.
“Aku tidak dalam mood baik saat itu. Jadi, aku
bilang begitu?”
“Apa saat itu aku menyinggungmu? Atau kau
mengalami masalah lain hari itu?” tanya Tong Nian lagi.
Shangyan teringat saat ibu Tong Nian menyatakan
sangat jelas pertetangannya dan saat dia berjanji tidak akan pernah mendekati
Tong Nian lagi.
Dan karna hal itu, Shangyan menolak menjawab
pertanyaan Tong Nian. Dia tidak ingin Tong Nian tahu alasannya. Tong Nian tidak
memaksa, tapi dia menanyakan mengenai Shangyan bilang ke Norway untuk perjodohan.
“Itu juga bohong. Aku kembali ke Norway untuk pertemuan
di kantor pusat. Dan juga mengunjungi ibu tiriku.”
Tong Nian tersenyum semakin lebar.
Tags:
Go Go Squid
Lanjut ka smngat terus.. akhirnya baiksn juga mereka 😊
ReplyDeleteLnjut truuss..jngn lma2 ka updtenya
ReplyDeleteMakasih kakak ☺☺☺ untuk komentar dan dukungannya ☺☺
ReplyDeleteDi usahakan bisa secepatnya update ya kak.
Mohon di maklumi kalau update sedikit delay, krn kondisi lingkungan tempat tinggal skrg lg penuh asap kak (status PM10 per komentar ini di buat, sudah BERBAHAYA). Jd kesehatan menurun drpd biasanya kak dan kami tetap memprioritaskan kesehatan kak. Jd kalau udh nulis setengah dan kepala mulai pusing dan dada mulai sesak krn asap, kami nggak lanjut nulis.
Kami akan tetap mengusahakan setidaknya untuk posting �� thank u
Saluuut....masih ttp berkarya walau lingkungan tdk bsahabat...
DeleteSmg keadaAn cpt membaik...
Kami tgu sinopsis selanjutny...
Semangat & smg sehat sll
Iyha gpp kok moga sehat terus 😊
ReplyDeleteTetap semangat ka....
ReplyDeleteTetap semangat!!!! Sabar menunggu
ReplyDeletekeren ..
ReplyDelete