Jeon Nok Du menyelam ke dalam laut, dan menangkap seekor ikan
menggunakan tombak runcing nya. Kemudian setelah itu, dia kembali ke permukaan.
Dan seorang gadis kecil, Aeng Du, yang menungguin nya di tepi laut, berteriak.
“Sayang!” teriak nya sambil tersenyum lebar dan melambai- lambaikan tangannya.
“Ah, dia memanggilku sayang lagi,” keluh Nok Du.
Dengan lahap Aeng Du memakan makanan nya, dan dengan serius Nok Du
memintanya untuk berhenti makan serta mendengarkannya dahulu. Dan dengan riang,
Aeng Du mendengarkan.
“Ada sesuatu yang harus kulakukan diluar pulau ini. Karena itulah,
aku tidak bisa menikahimu dan tinggal di pulau ini,” kata Nok Du, menjelaskan
dengan gugup. “Jadi, maksudku .. kamu harus memberi tahu Tuan bahwa kamu dan
aku tidak bisa menikah,” jelasnya, tegas.
Selesai mengatakan itu, Nok Du pun ingin mengambil kerang yang
tersisa untuk dimakan. Namun dengan kuat, Aeng Du langsung mencengkram tangannya
dan menahannya. Aeng Du tidak terima, kalau Nok Du membatalkan pernikahan
mereka, sebab Nok Du telah berjanji kepada Ayahnya.
Dengan sekuat tenaga, Nok Du pun berusaha untuk melepaskan
cengkraman tangan Aeng Du. Sambil dia menjelaskan bahwa dia berjanji saat itu
adalah karena Ayah Aeng Du tidak mau mengajari nya seni bela diri, jika dia
tidak berjanji. Lalu setelah akhirnya, dia berhasil melepaskan tangan nya dari
cengkraman Aeng Du, dia langsung mengeluh, sebab tangannya jadi memerah.
Tepat disaat itu, Ayah Aeng Du (Hwang Jang Koon) yang sedang mabuk
lewat. Dan Nok Du pun langsung memanggilnya serta menawarkan kepadanya seekor
ikan panggang yang besar. Dengan senang hati, Jang Koon pun ingin memakan ikan
itu. Tapi Aeng Du, langsung merebut ikan tersebut, dan mengadukan tentang Nok
Du yang mengatakan tidak ingin menikahinya. Mendengar itu, Jang Koon langsung
memandangin Nok Du dengan tajam.
“Dia salah paham terhadapku. Aku hanya mengatakannya, karena dia
masih sangat muda,” jelas Nok Du dengan cepat dan gugup.
“Beraninya kamu!” bentak Jang Koon. Sehingga membuat Nok Du
langsung terdiam dengan ekspresi takut. Tapi kemudian, Jang Koon tertawa, “Jika
itu masalahnya, aku baik- baik saja. Kamu pria termuda di pulau ini. Karena itu
kamu sempurna. Itu menjadikan kalian pasangan yang serasi,” puji nya sambil
menumbuk pelan bahu Nok Du.
Dan mendengar itu, Nok Du hanya tertawa hambar untuk
menanggapinnya.
Tiba- tiba seorang wanita berlari ke arah mereka. Dia memanggil
nama Nok Du, dan memberitahukan bahwa keluarga Nok Du sedang dalam masalah
besar. Mendengar itu, Nok Du pun segera berlari.
Dirumah Nok Du. Beberapa prajurit bertopeng menyerang Ayah Nok Du,
dan melukai kakak Nok Du. Melihat itu, Nok Du pun segera membantu Ayahnya dan
melawan para prajurit bertopeng yang datang untuk menyerang mereka.
Nok Du berjuang sendirian dengan susah payah melawan para prajurit
bertopeng tersebut. Sementara Ayahnya menjaga Kakak nya. Kemudian saat situasi
nya semakin mendesak, Jang Koon datang dan membantu nya. Sehingga Nok Du pun berhasil
mengalahkan para prajurit itu.
“Siapa kamu?” tanya Nok Du, kepada satu prajurit yang masih hidup.
Lalu dia memandangin Ayah dan kakak nya dengan cemas. “Ayah. Kak Hwang Tae,
kalian baik- baik saja?” tanya nya. Dan Ayah memberikan tanda iya.
Disaat Nok Du sedang lengah, si prajurit mengeluarkan sebuah pisau
kecil. Namun untungnya, Nok Du cepat menyadari hal itu, dan dia berhasil
menjatuhkan pisau kecil tersebut dari si prajurit.
“Siapa kamu? Kenapa kamu disini?” tanya Nok Du dengan marah sambil
mencengkram tangan si prajurit dengan erat.
Tapi sebelum si prajurit ada menjawab, Ayah datang dan
menghentikan Nok Du. Dia menyuruh si prajurit untuk pergi. Dan Nok Du tidak
terima, dia membrontak dari Ayah yang menahannya, dan berniat untuk mengejar si
prajurit itu, karena mereka telah berusaha untuk menyakiti keluarganya.
“Tidak ada gunanya. Kita bisa meninggalkan pulau ini. Jangan
mencari tahu lebih banyak,” jelas Ayah dengan cepat. Dan Nok Du tidak terima.
“Apa maksud Ayah? Aku tidak bisa membiarkan mereka pergi begitu
saja,” balas Nok Du. Lalu dia ingin mengejar si prajurit. Tapi lagi- lagi, Ayah
langsung menahannya.
Ayah meminta Nok Du untuk melupakan kejadian ini saja. Dan dengan
sedih, Nok Du membalas bahwa dia tahu semuanya, ini semua karena dirinya. Namun
Ayah langsung menenangkannya, dan mengakui bahwa semua ini karena dirinya telah
melakukan kejahatan. Mendengar itu, Nok Du memperhatikan prajurit yang telah
mati di depan halaman rumah mereka.
“Tidak. Ini semua karena aku. Kita menjalani hidup ini dengan
bersembunyi di pulau ini, kita akan kabur lagi, dan Ibu harus menghadapi
kematian karena.. itu semua karena aku,” kata Nok Du dengan sedih. Namun dia
berusaha untuk bersikap tegar, dia menghapus air matannya yang menetes dan
menghampiri kakak nya yang terluka.
Jang Koon menjelaskan kepada Nok Du bahwa untung nya luka Hwang
Tae tidak dalam. Lalu dia menebak, kalau sepertinya para prajurit yang
menyerang mereka hari ini adalah pembunuh bayaran yang telah terlatih, dia
menebak itu dari cara para prajurit tersebut menggunakan pedang, dan dia
bertanya- tanya siapa yang mengirim nya.
Mendengar itu, Nok Du diam dan berpikir. Lalu dia pun berdiri,
“Tuan, tolong jaga ayah dan kakak ku,” pinta Nok Du, lalu dia berniat untuk
pergi.
“Nok Du,” panggil Hwang Tae, menghentikannya.
Dengan heran, Jang Koon menanyai apa maksud Nok Du. Dan Nok Du
diam tidak menjawab. Tapi Jang Koon sudah bisa menebak apa yang Nok Du sedang
pikir kan sekarang.
“Kamu lihat pembunuh itu mencoba bunuh diri, bukan? Meski kamu
membalas mereka, kamu tidak akan dapat jawabannya. Jadi, kamu harus mengikuti
pembunuh itu dan menemukan pemimpinnya. Aku akan membawa Ayahmu dan Hwang Tae
ke kampung halaman ku,” jelas Kang Joon, membantu dan menenangkan Nok Du.
“Baiklah,” jawab Nok Du, mengerti. Lalu dia pun berlari pergi.
Setelah Nok Du berlari pergi. Hwang Tae mendekati salah satu
prajurit dan membuka masker yang dikenakan oleh si prajurit untuk melihat
wajahnya. Dan setelah dia melakukan itu, dia merasa terkejut. “Wanita?”
gumamnya.
Nok Du berlari secepat mungkin.
Sinopsis The
Tale Of Nokdu Episode 1 – part 1
Network :
KBS2
“Beri jalan untuk Yang
Mulia!” teriak kepala pengawal. Dan mendengar itu, semua orang pun langsung
menyingkir ke tepi.
Dong Dong Ju memperhatikan tandu yang membawa Yang Mulia dari
jauh.
Seorang wanita berbaju merah berjalan dengan kaki pincang.
Nok Du memperhatikan wanita berbaju merah tersebut dari jauh. Dan
mengikuti nya secara diam- diam. Sepertinya wanita berbaju merah tersebut
adalah si prajurit yang menyerang keluarga nya.
Melihat tandu Yang Mulia akan segera melewati nya, Dong Ju pun
segera menyiapkan panah nya. Kemudian dia menembakan anak panah nya tepat
mengarah kepada Yang Mulia. Dan suasana pun menjadi riuh karena kejadian
tersebut, semua orang langsung berlari dengan panik. Lalu para pengawal yang
mengawal Yang Mulia, mereka langsung berlari menghampiri nya dan mengarahkan
pedang padanya.
Jreng.. jreng.. sayang nya itu semua cumalah khayalan Dong Ju saja
:D
Si wanita berbaju merah berjalan melewati belakang Dong Ju. Dia
masuk ke dalam gang kecil yang berada di dekat sana.
Dong Ju mempersiapkan busur panahnya dengan gugup. Kemudian tiba-
tiba saja Nok Du lewat dan menabraknya, sehingga busur nya pun terjatuh. Lalu
karena takut Nok Du mengetahui tentang busur yang dibawanya, maka dia pun
langsung mendorong Nok Du dan mengambil busur nya serta menyembunyikannya.
“Apa- apaan? Sial!” keluh Nok Du dengan kesal, karena Dong Ju
tiba- tiba saja mendorong nya, serta wanita berbaju merah tersebut hilang.
Setelah Nok Du berlari pergi. Dong Ju pun kembali berdiri di
tempatnya semula, dan memperhatikan tandu Yang Mulia. Tapi sayang nya, dia
sudah terlambat, karena tandu Yang Mulia sudah keburu melewati depan gang
dimana dia berada. Dengan segera dia pun langsung berlari untuk mengejar tandu
Yang Mulia.
Seorang pria tua melemparkan batu ke Yang Mulia. Melihat itu, Dong
Ju terkejut.
Nok Du mencari- cari dengan bingung dimana si wanita berbaju merah
pergi.
“Ini pesan ku untuk Raja. Batu yang ku lempar ini adalah batu yang
kamu gunakan untuk mengubur putraku. Ini juga batu yang kamu gunakan untuk
membunuh cucuku,” teriak si pria tua dengan marah kepada Yang Mulia. Dan para
pengawal pun langsung menangkap si pria tua tersebut.
Tapi si pria tua itu tetap tidak mau berhenti berbicara. “Kamu
sudah menghancurkan ratusan rumah kami. Kamu menginjak- injak orang tidak
berdosa. Kamu membangun istanamu. Yang Mulia apanya? Kamu bukan Raja..” teriak
si pria tua. Dan para pengawal langsung mengarahkan pedang ke leher si pria
tua.
Kepala pengawal merasa yakin kalau si pria tua pasti memiliki
komplotan, dan dia pun menyuruh para bawahannya untuk mencari.
“Tangkap semua yang kalian lihat,” perintahnya.
Dengan panik, Dong Ju pun segera lari darisana. Dia membuang anak
panah nya disembarang tempat dan masuk ke dalam gang- gang kecil. Namun
sialnya, disaat dia melakukan itu, seorang pengawal menemukan anak panah yang
dibuangnya.
Seorang pengawal menangkap Nok Du yang sedang berlari. Tapi Nok Du
langsung mendorong si pengawal. Dan lalu dia memperhatikan ke selilingnya yang
ricuh untuk mencari dimana keberadaan si wanita berbaju merah.
Si wanita berbaju merah masuk ke dalam sebuah gudang secara diam-
diam. Dan saat Nok Du melihat itu, dia pun langsung ingin menghampiri si wanita
berbaju merah itu. Tapi para pengawal malah menangkap dan menghalanginnya.
“Disana! Ada yang bersembunyi disana juga! Lihatlah sendiri!” adu
Nok Du. Dan seorang pengawal pun mendekati gudang itu, dan membuka pintu nya.
Tapi ketika si pengawal membuka pintu gudang itu, dan melihat
kalau ternyata yang ada didalamnya hanyalah seorang wanita biasa saja. Maka dia
pun membiarkan wanita tersebut untuk pergi begitu saja. Tapi Nok Du menyadari
kalau wanita itu adalah orang yang sama dengan wanita berbaju merah barusan,
cuma warna bajunya saja yang berbeda, karena cara berjalan wanita itu pincang.
Nok Du melepaskan pegangan para pengawal yang menahannya. Dan dia
berlari menghampiri wanita tersebut. Dia melepaskan mantel yang wanita tersebut
gunakan, dan dia merasa terkejut, karena dia baru menyadari kalau orang berbaju
merah yang di ikutinya sedari tadi adalah seorang wanita.
Dong Ju juga tertangkap.
Beberapa masyarakat yang dicurigai sebagai pemberontak, mereka di
ikat dan di bawa masuk ke dalam penjara. Termaksud Nok Du serta Dong Ju.
Didalam penjara. Nok Du mengeluh, karena barusan dia hampir saja
bisa menangkap si wanita berbaju merah. Lalu kemudian Dong Ju yang ikut masuk
ke dalam penjara yang sama, dia menarik kerah Nok Du dengan marah.
“Hei, aku kehilangan dia karenamu,” keluh Dong Ju, marah.
Nok Du awalnya bingung dan tidak mengenali Dong Ju, tapi kemudian saat dia mengingat kalau Dong Ju adalah orang yang ditabraknya barusan, dia pun langsung berdebat dengan Dong Ju. Mereka berdua saling menyalahkan satu sama lain.
“Untuk apa matamu? Kenapa kamu menabrakku?” tanya Dong Ju, marah.
“Jika matamu baik- baik saja, kenapa tidak menyingkir? Karena
kamu, aku telah menghancurkan tugas penting,” balas Nok Du.
“Bodoh? Hei, berapa usiamu? Jawab! Aku lahir di tahun ular.
Bagaimana denganmu?!”
“Tahun ular, ya? Pada tahun itu, aku menguasai ‘Thousand Character
Classic’ dan menghafal teks Konfusianis me, lalu kenapa?!” teriak Dong Ju.
Penjaga penjara meneriaki mereka berdua agar diam. Dan karena itu, maka Nok Du pun memilih untuk berhenti berdebat serta duduk beristirahat. Dengan kesal, Dong Ju pun memperhatikannya, lalu kemudian saat dia melihat lubang pintu penjara, dia tampak seperti mendapatkan sebuah ide bagus.
Malam hari. Saat telah memastikan semua orang tertidur, Dong Ju pun menendang salah satu kayu penjara yang telah lapuk. Kemudian dia berusaha untuk keluar dari sana melalui lubang tersebut. Namun rencananya gagal. Tubuhnya tersangkut di lubang tersebut. Dia tidak bisa keluar dari penjara ataupun masuk kembali ke dalam penjara.
“Lihatlah dirimu. Aku sedih karena hanya aku yang menyaksikan ini,” komentar Nok Du dengan senang. “Apa kamu kaki tangan pria tua itu?” tanyanya, curiga.
“Apa?”
“Kamu akan dibebaskan, jika kamu tidak melakukan kesalahan besok,
jadi, kenapa kamu berusaha keras? Jika kamu ketahuan kabur, mereka akan
memenggal kepalamu.”
“Dia naif atau bodoh?” gumam Dong Ju, kesal. Dan Nok Du
mendengarnya.
Dengan malas, Nok Du pun kembali tidur dan tidak mau memperdulikan
Dong Ju lagi. Melihat itu, Dong Ju pun merasa panik, dan dia memohon agar Nok
Du mau membantu nya. Tapi Nok Du pura- pura tidak mendengarnya.
“Tuan, kumohon,” balas Nok Du. Dan dengan terpaksa Dong Ju pun
melakukannya.
Mendengar Dong Ju mengatakan itu, maka Nok Du pun dengan senang hati membantu menarik kaki Dong Ju supaya masuk kembali ke dalam penjara. Sesudah itu dia memperhatikan Dong Ju yang tiba- tiba menjadi diam.
“Kamu menikmati ini sekarang?!” protes Dong Ju, kesal.
“Tidak terlalu buruk. Setidaknya aku berada di Hanyang.”
“Tidak. Aku datang untuk mencari tahu, siapa aku sebenarnya,”
jawab Nok Du, pelan.
Seorang pria terbangun dari tidurnya, karena sebuah mimpi buruk. Dia mengingat seorang bayi yang pernah di gendongnya, dan ingin di bunuhnya. Dia memperhatikan tangan nya yang gemetaran, lalu dia mengepalkan tangannya dengan erat.
Nok Du terbangun, saat mendengar suara Dong Ju yang tampak seperti sedang bermimpi buruk. Awalnya dia ingin membangunkan Dong Ju, tapi dia tidak jadi. Dengan perhatian, dia menepuk- nepuk pelan bahu Dong Ju untuk menenangkannya. Lalu dia melihat, kalau sepertinya Dong Ju juga tampak kedinginan.
“Aku tidak percaya pengecut ini mencoba kabur,” keluh Nok Du.
Namun dengan perhatian, dia melepaskan pakaian luar yang di pakai nya, dan
menyelimuti Dong Ju dengan itu.
Ketika Nok Du akhirnya terbangun juga, dan menyadari hal itu. Dia
pun juga merasa sangat terkejut nya. Dengan buru-buru, mereka berdua pun
langsung melepaskan diri dari satu sama lain dan menjauh.
Tags:
The Tale of Nokdu