Sinopsis The
Tale Of Nokdu Episode 1 – part 2
Network :
KBS2
Ketika memasuki istana, Dong Ju merasa takut saat melihat para
orang- orang yang tampak sangat menderita seperti telah di siksa. Dan dia bisa
membayangkan apa yang terjadi kepada mereka semua. Sementara Nok Du berjalan
dengan tenang.
Nok Du serta Dong Ju di buat berlutut di depan petinggi untuk di
introgasi. Dong Ji merasa sangat gugup dan takut. Nok Du menyadari itu.
“Kami melakukan ini untuk mencatat, jadi, jawab pertanyaan itu,”
kata hakim.
“Aku Kim Won Sik, dari Lembah Jidam,” jawab Dong Ju, berusaha
tenang.
“Apa yang kamu lakukan di pasar?”
“Aku hanya lewat.”
“Kamu datang jauh- jauh ke Hanyang dari Lembah Jidam. Dan kamu
hanya lewat? Katakan apa yang kamu lakukan disana secara rinci. Jika berbohong,
kamu tidak akan bisa keluar hidup- hidup,” ancam Hakim.
“Tetaplah
hidup, sayang. Kamu harus .. kamu harus tetap hidup.”
Mengingat perkataan itu, Dong Ju merasa sangat bingung harus
menjawab apa supaya dapat lolos dari situasi ini. Dengan gugup dan takut, dia
memegang bajunya dengan erat. Melihat itu, Nok Du tampak khawatir kepadanya.
“Beraninya kamu! Jawab pertanyaannya!” bentak Hakim. Dan pengawal
mengarahkan pedang ke leher Dong Ju.
“Astaga,” keluh Nok Du. Lalu dia pun berdiri. “Biarkan aku bertemu
Yang Mulia,” katanya dengan tegas.
Yang Mulia yang kebetulan lewat mendengar itu.
Nok Du dengan berani mengatakan bahwa situasi ini membuatnya merasa
frustasi, oleh karena itu dia ingin bertemu dengan Yang Mulia langsung.
Meskipun dia harus mati, dia mau berbicara kepada Yang Mulia. Dan si hakim pun
menyuruh pengawal untuk membunuh Nok Du.
Tapi kepala pengawal menghentikan mereka. “Apa yang membuatmu frustasi?”
tanyanya.
“Jika dia sungguh ingin melawan Yang Mulia, apa menurutmu dia akan
melempar batu seperti itu? Begitu pula dengan panah. Anda bahkan tidak tahu
kapan dan siapa yang menembakkannya. Semua orang di negri ini akan membicarakan
hal ini. Anda menangkap ratusan orang tidak bersalah, hanya karena pria tua
yang kehilangan putra dan cucunya, karena pembangunan istana. Tapi apakah ini
cara terbaik untuk memanfaatkan kami?” jelas Nok Du dengan sangat berani.
Kepala pengawal merasa kesal mendengar penjelasan Nok Du yang
terdengar masuk akal tersebut. Dan dengan berani, Nok Du melanjutkan
penjelasannya, jika dia menjadi Yang Mulia, maka dia akan menaruh rumput di
makam putra dan cucu si pria tersebut, bukannya melakukan hal tidak penting
seperti ini. Dia akan menunjukan betapa murah hati dirinya.
“Itukah yang akan kamu katakan kepada Yang Mulia?”
“Ya. Aku berniat memberitahunya bahwa dia setidak nya harus
berpura – pura. Siapa tahu? Orang mungkin akan tersentuh karena itu, dan
berusaha keras membangun istana,” jelas Nok Du, masuk akal.
Mendengar itu, Yang Mulia tersenyum dengan sinis. Menurutnya, ide
Nok Du sangat dangkal, tapi masuk akal. Dia pun memutuskan untuk mau berpura-
pura baik, tapi dia tidak mau mengampunin pria tua yang telah melemparkan batu
kepadanya itu.
“Baik, Yang Mulia.”
Setelah keluar dari istana, Nok Du memeluk bahu Dong Jun dengan
sikap bersahabat. “Aku tahu kamu bersyukur. Jadi, izinkan aku meminta
bantuanmu,” pintanya dengan serius.
“Apa?”
“Kamu suka sup nasi? Kamu punya uang?” tanyanya. Dan dengan kesal,
Dong Ju langsung menepis tangannya.
Tepat disaat itu, Nok Du melihat wanita yang terlihat mirip dengan
si wanita berbaju merah. Dan ketika dia melihat wanita itu seperti ingin
mengeluarkan sesuatu, maka dia pun langsung mendorong Dong Ju hingga tidak
sengaja terjatuh. Tapi ternyata, wanita tersebut hanya ingin mengambil sapu
tangan saja dari dalam sakunya.
Melihat itu, Nok Du merasa sangat lega. Serta merasa tidak enak,
karena telah mendorong Dong Ju hingga tidak sengaja terjatuh.
“Kamu sangat lemah untuk ukuran pria. Bagaimana kamu akan mencari
nafkah?” kata Nok Du, karena merasa gengsi.
“Apa katamu?” balas Dong Ju, tidak terima. “Kamu menghancurkan
segalanya dengan menghalangi ku. Kamu membual demi memohon semangkuk sup nasi.”
Nok Du menyangkal kalau dia ada memohon. Dia hanya memberikan
kesempatan untuk Dong Ju membalas budi padanya. Karena jika dia tidak membantu
Dong Ju barusan, maka Dong Ju pasti sudah dimakam kan sekarang.
Mendengar itu, Dong Ju teringat pada surat wasiat yang di
tinggalkannya sebelum pergi. Dan mengingat itu, Dong Ju pun merasa panik, dan
langsung berlari pergi.
“Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Jika kita bertemu, aku
janji akan memberimu pelajaran!” teriak Dong Ju, sebelum pergi jauh.
“Suaranya keras sekali untuk seorang pengecut dan lemah,” gumam
Nok Du, berkomentar.
Nok Du kemudian memperhatikan mantel si wanita berbaju merah. Dia
bertanya- tanya bagaimana caranya menemukan wanita tersebut. Lalu dia terpikir sesuatu, mungkin saja bukan cuma dia yang sedang mencari.
Nok Du sampai di penginapan di waktu yang tidak tepat. Dia terkena
lemparan garam yang di lemparkan oleh pemilik penginapan untuk mengusir
pengemis. Lalu setelah itu, dia memberitahu pemilik kalau dia akan menginap
satu malam.
“Kamu punya uang?” tanya pemilik, ketus.
“Tentu saja. aku juga akan makan malam, jadi, aku akan
membayarmu,” jawab Nok Du dengan tegas. Dan dia pun dipersilahkan untuk masuk.
Si wanita prajurit memperhatikan Nok Du secara diam- diam.
Didalam kamar yang gelap. Nok Du duduk dan menunggu si wanita
prajurit. “Datanglah. Jadi, aku bisa mengakhiri ini dan menemui Ayah serta
kakak ku,” pintanya sambil memandang ke arah pintu.
Flash back
Ayah memarahi serta memukul kaki Hwang Tae dan Nok Du. Itu semua
karena, Hwang Tae telah membiarkan Nok Du naik kapal, kepadahal dia telah
menyuruh Hwang Tae untuk menghentikan Nok Du. Dan baru dipukul sedikit saja,
Hwang Tae langsung menangis serta meminta maaf.
Namun Nok Du dengan berani protes, walaupun kakinya sudah lebih
banyak dipukul menggunakan rotan. Dia bertanya, kenapa dia tidak boleh belajar
membaca atau naik kapal. Kepadahal dia ingin membaca buku dan mendayung perahu
juga.
“Kamu belum jera. Apa dipukul akan membuatmu kapok?” tanya Ayah,
marah.
Malam hari. Nok Du terbangun, dan melihat Ibunya menaruh obat di
kaki Hwang Tae.
Flash back end
Pemilik penginapan datang untuk mengantarkan makanan, karena
seorang pelanggan pergi tiba- tiba tanpa menyantap makanan, maka dia pun
memberikan makanan tersebut kepada Nok Du yang belum ada makan malam. Dan Nok
Du menolak, dengan alasan dia baru saja mau tidur.
“Makanlah. Akan kuberikan ini secara gratis,” kata pemilik,
menawarkan.
“Secara gratis?” gumam Nok Du, tertarik. “Terima kasih. Aku akan
menikmati makanannya,” katanya dengan bersemangat, dan dia langsung membawa
makanan itu masuk kedalam kamarnya.
Pemilik penginapan tidak langsung pergi. dia mengintip Nok Du dari
luar kamar. Dan setelah melihat, Nok Du memakan makanan itu dengan lahap, maka
dia pun pergi.
Nok Du merasa sangat kesakitan. Dia keluar dari kamarnya sambil
berjalan dengan gontai. Dan dibelakangnya, si wanita prajurit bersiap untuk
menusuknya. Tapi dia tidak jadi, karena beberapa penjaga datang.
“Tolong aku,” pinta Nok Du, kepada para penjaga. Lalu dia pun
pingsan.
“Dia mati,” kata si penjaga, saat memeriksa nafas Nok Du yang
tidak terasa lagi. Dan dengan ketakutan, temannya pun mengajak si penjaga untuk
pergi memanggil kepala.
Mendengar itu, si wanita prajurit merasa puas. Dan dia pun masuk
kembali ke dalam kamarnya. Pemilik penginapan ikut masuk ke dalam, dan meminta
bayarannya. Tapi dia merasa terkejut, saat si wanita prajurit itu malah
mengeluarkan pedang.
Si penjaga membawa kepala penjaga ke tempat dimana mayat Nok Du
berada. Tapi dia terkejut sendiri, saat dia membuka kain yang menutupi Nok Du.
Sebab di balik kain tersebut, Nok Du telah menghilang. Dan yang ada adalah
kawannya sendiri yang sedang pingsan.
“Apa? Bagaimana..” katanya dengan bingung.
Si wanita prajurit masuk ke dalam hutan. Dan Nok Du mengikutinya
dari belakang.
NB : Aku tidak tahu, nama tokoh- tokohnya.
Jadi aku tulis, kepala penjaga, hakim, dan kepala pengawal, sebagai sebutan nya
supaya tidak bingung ya. Makasih :D
Tags:
The Tale of Nokdu
Sippp👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
ReplyDelete