Sinopsis K- Drama : The Tale Of Nokdu Episode 6 - part 2


Sinopsis The Tale Of Nokdu Episode 6 – part 2
Network : KBS2

Didalam ruangan yang berada di tempat pembuatan bir. Tiga rekan Pasukan Muweol berkumpul, mereka memulai pertemuan tanpa menunggu Deul Le. Sebab sebelum nya, Deul Le memberitahu bahwa dia harus memeriksa sesuatu.
“Dialah laki- laki yang harus kita bunuh malam ini,” kata Rekan no. 1. Dia memperlihat kan sebuah kertas yang terlipat kepada dua rekannya.

Di dalam ruangan gudang kecil yang sempit dan gelap, ruangan yang ditemukan siang tadi. Nok Du bersembunyi disana, dan menguping pembicaraan mereka bertiga.

Rekan no. 1 menjelaskan bahwa karena ini berada di pusat kota, maka mereka tidak boleh membuat keributan. Hanya salah satu dari mereka yang harus pergi untuk menyingkir kan pria tersebut.
“Aku harus membunuh bajingan itu. Beraninya dia membunuh Ibu dari cucunya demi batu kebajikan itu? Biar aku saja,” kata Rekan no. 2 dengan nada penuh kebencian, dan dia menawarkan dirinya. Lalu dia pun bersiap.
Namun sebelum pergi, Rekan no. 2 meminta batang tinta. Dan Rekan no. 3 pun menunjukan kepadanya, dimana itu berada.

Mendengar itu, Nok Du merasa panik, karena Rekan no. 2 tampak seperti berjalan ke arah ruangan dimana dia sedang bersembunyi.

Rekan no. 2 terkejut, ketika dia membuka pintu, lalu Nok Du terjatuh di depannya. Secara refleks, dia pun langsung mengeluarkan pedang nya, dan mengarahkan itu kepada Nok Du.



Dong Ju duduk merenung di taman. Kemudian tiba- tiba saja, Hwa Su datang ke arahnya sambil memanggil nama nya dengan panik. Dengan heran, Dong Ju pun memandang nya dengan pandangan penuh tanya. Tapi Hwa Su tidak menjawab, dan menatap ke arah kumpulan pengawal yang sedang  menunggu di depan rumah.
Ny. Chun menuangkan teh ke dalam gelas si Pria pembuat onar dengan tangan gemetar. Dia menanyakan, apakah Dong Ju, Dan si Pria pembuat onar mengiyakan, menurutnya Dong Ju adalah gadis yang cukup berani untuk memotong rambut nya sendiri. Serta dia mendengar bahwa Dong Ju sudah cukup dewasa untuk menjadi Gisaeng. Jadi belajar dari kesalahan nya di masa lalu, maka dia pun membuat keputusan untuk tidak menentang ada istiadat Ny.Chun.
“Tuan. Dia mungkin sudah cukup dewasa, tapi dia masih ..”

Sebelum Ny. Chun selesai berbicara, Si Pria pembuat onar langsung menyiram kan teh didalam gelas nya ke wajah Ny. Chun. Dan membuang gelas nya ke lantai. Lalu pecahan kecil dari kaca itu pun menggores pipi Ny. Chun.
“Beraninya kamu!” bentaknya.”Kamu tidak membuat pilihan. Aku yang memilih. Aku seorang bangsawan, dan kalian hanyalah sekumpulan Gisaeng. Jika aku ingin dia menjadi milikku, tidak ada yang bisa mencegah. Beraninya kamu berusaha membujukku dengan mengungkit adat istiadat mu?!” keluh nya.

“Tuan, tolong beri aku waktu,” pinta Ny. Chun.
Si Pria pembuat onar menolak untuk menunggu, dia ingin membawa Dong Ju bersama nya sekarang. Dan tenda nya juga sudah menunggu di luar.
“Bagaimana jika aku menolak memberikannya kepadamu? Apa yang akan kamu lakukan?” tanya Ny. Chun dengan berani.
“Bagaimana menurutmu? Tempat ini harus ditutup, dan kalian semua akan menjadi budak. Aku akan mengirimmu ke tempat di Tamla agar bisa menikmati pemandangan. Tapi kudengar, kebanyakan orang mati dalam perjalanan ke sana, karena perjalanan perahu yang berbahaya,” balas Si Pria pembuat onar, mengancam. Sambil tertawa.

Mendengar itu, Ny. Chun merasa sangat dilema dan bingung. Tapi tepat disaat itu, Dong Ju datang dan membuka pintu.

Ketiga Pasukan Muweol mengarahkan pedang mereka ke leher Nok Du. Dengan terkejut, Rekan no. 2 menanyakan, kenapa Nok Du ada disni. Dan Nok Du menjawab bahwa siang tadi dia ada melihat sebuah cincin didalam, jadi dia berpikir bahwa mungkin saja dia bisa menjual nya dan menghasilkan uang. Lalu dia meminta maaf kepada mereka.
“Seberapa banyak yang kamu dengar?” tanya Rekan no. 3, tajam.
“Ah .. itu, maksudmu rencana kalian membunuh seseorang?”

“Kamu tidak salah dengar,” jawab Rekan no. 1 dengan tegas. Dan kedua rekannya memandang terkejut ke arah nya.
Nok Du menanyakan, apakah mereka akan membunuh nya. Dan Rekan no. 1 langsung mengarahkan pedang nya semakin dekat ke leher Nok Du. Dengan panik, Nok Du pun berusaha mengajak mereka untuk bernegosiasi.

Pria pembuat onar merasa terharu, saat Dong Ju bersedia untuk ikut bersamanya. Dan dia ingin menyentuh wajah Dong Ju. Tapi Dong Ju langsung mengalih kan wajahnya. Dengan marah, Pria pembuat onar itu pun mengangkat tangannya.
“Dasar wanita arogan!” desis nya. Tapi dia tidak memukul Dong Ju, dan pergi.

Ny. Chun menyuruh Dong Ju untuk pergi dan tetap berada di dalam kamar. Tapi Dong Ju menolak, karena menghindar tidak akan mengubah apapun. Dengan panik, Ny. Chun memaksa Dong Ju untuk mengikuti perkataannya saja.
“Ny. Chun, aku tidak bisa mengatakan ini karena rasanya memalukan. Tapi Anda tahu betapa bersyukurnya aku, bukan? Anda menyelamatkan ku dari tempat itu saat aku masih kecil. Dan aku bersyukur untuk itu setiap hari,” jelas Dong Ju.
Mendengar itu, Ny. Chun merasa terharu.




Pria pembuat onar kembali dengan membawa pedang panjang, dan mengarahkan itu ke leher Dong Ju. Dia menanyakan, apa Dong Ju ingin ikut dengannya, atau mati. Dan sambil menggenggam erat baju nya, Dong Ju menatapnya dengan berani.
“Aku tidak bisa ikut,” jawab Dong Ju, mengejutkan semuanya. “Tidak. Aku tidak bisa pergi seperti ini. Gisaeng macam apa yang pergi berpenampilan seperti ini?” lanjutnya.
“Begitukah?” tanya si Pria, tidak percaya.
“Ini bukan tindakan yang tepat. Aku akan kembali untuk menyambut mu. Setelah aku mempersiapkan diri,” jawab Dong Ju.


Pria pembuat onar merasa senang dengan keberanian Dong Ju, karena itu, maka dia yakin bahwa Dong Ju adalah pilihan yang tepat. Lalu dia pun memperingatkan Ny. Chun untuk mengirimkan Dong Ju ke tempat nya, pukul 22 : 30. Setelah mengatakan itu, dia pun pergi sambil tertawa dengan riang.

Dan Dong Ju pun langsung terduduk lemas di tempatnya. Namun dia tetap tersenyum kepada Ny. Chun.
Rekan no. 3 dan no. 2 membujuk Rekan no. 1 supaya mendengarkan Nok Du terlebih dahulu, dan memberikan Nok Du kesempatan.
Rekan no. 2 tertawa, dan mengatakan bahwa Nok Du pasti sudah gila. Dan dia menanyakan, apakah Nok Du sungguh bersedia untuk membunuh.
“Aku tidak menghasilkan cukup uang bekerja di tempat pembuatan bir. Tapi jika aku membunuh seseorang, aku akan bisa menghasilkan banyak uang,” jawab Nok Du dengan sikap berani.
“Bagaimana jika kamu melakukan ini untuk melarikan diri?” tanya Rekan no. 3.
“Aku tahu kalian tidak akan membiarkan ku kabur,” jawab Nok Du.

“Siapa dirimu? Kamu pernah membunuh seseorang?” tanya Rekan no. 1.
“Aku sudah melihat banyak orang mati. Hanya aku yang bisa merawat orang tuaku yang sakit. Selama aku bisa menghasilkan banyak uang, membunuh seseorang bukanlah masalah besar,” kata Nok Du, berusaha menyakinkan mereka semua.
Mendengar itu, Rekan no. 1 pun bersedia untuk membiarkan Nok Du mencoba, karena mereka memang sedang membutuhkan anggota baru. Serta jika mereka membunuh Nok Du disini sekarang, akan sulit menyingkir kan jasad nya.
Hwa Su menangis tersedu- sedu.
Melihat itu, Yul Mu merasa heran ada apa.

Hwa Su mendandanin Dong Ju secantik mungkin. Lalu setelah selesai, Dong Ju menanyakan, apakah Hwa Su bisa berhenti terlihat seperti itu. Dan Hwa Su dengan sedih menanyakan bagaimana penampilannya.

“Kamu menatapku seolah ini kali terakhir kita bertemu di dunia ini,” jawab Dong Ju.
“Kenapa kamu bicara seperti itu?” keluh Hwa Su, sedih.

Dong Ju menunjukan sesuatu yang di sembunyikan nya didalam lengan baju. Dia menjelaskan bahwa dia tidak akan mati semudah itu, jadi Hwa Su tidak perlu khawatir. Kemudian setelah itu, dia pun pamit.
“Omong- omong, apa Ny. Kim tahu?” tanya Hwa Su. (Kim Nok Du).
Dan Dong Ju menggelengkan kepalanya sambil tersenyum sedih. “Dia sudah pergi,” jawabnya. Dan Hwa Su terkejut, karena baru tahu.
Nok Du berjalan dengan tenang. Sambil mengingat kembali tugas yang diberikan kepadanya barusan.

Rekan no. 1 memberikan kertas yang terlipat kepada Nok Du. Lalu Rekan no. 2 yang menjelaskan, dia mengatakan bahwa jika Nok Du berhasil membunuh orang tersebut dan kembali, maka bukan hanya akan dibayar, tapi mereka juga akan mengizinkan Nok Du untuk berkerja dengan mereka.
“Tapi jika kamu gagal, kamu akan langsung mati,” tegas Rekan no. 1, memperingatkan.

Nok Du menguatkan tekad nya untuk menjalankan misi tersebut. Tapi kemudian tepat di saat itu, dia mendengar suara tangisan Hwa Su. Dan lalu dia melihat Dong Ju yang tampak sangat cantik.
“Aku harus masuk ke tandu sekarang. Kalian berdua harus kembali ke dalam,” kata Dong Ju, pamit kepada Hwa Su serta Ny. Chun yang mengantarkan nya.

Dengan sedih, Hwa Su menangis dan mengutuk si Pria pembuat onar tersebut. Sebab dulu, teman Gisaeng mereka, Mae Hyang, kembali dalam keadaan mati. Dan dia tidak ingin itu terjadi kepada Dong Ju.
“Aku tidak akan mati. Aku tidak bisa mati sekarang,” kata Dong Ju dengan penuh keyakinan untuk menyakin kan mereka berdua.

Mendengar itu, Nok Du teringat pada hari Dong Ju memotong rambutnya sendiri. Serta perkataan Dong Ju tentang hidup ketika mereka berada di dekat sungai. Dan Nok Du pun memandangin kertas misi di tangannya.


Dong Ju masuk ke dalam tandu. Dan kemudian, pintu tandu pun di tutup.
Dong Ju membuka jendela kecil di dalam tandu dan memandangin tempat nya berada dengan gugup. Kemudian setelah benar sampai disana, dia masuk ke dalam nya.

Dong Ju membuka pintu kamar dengan gugup. Lalu saat dia melihat seorang Pria yang tertutupi oleh kain pembatas berwarna merah telah berdiri disana menunggu nya. Dia pun menguatkan tekad nya, dan masuk ke dalam kamar, lalu menutup pintu.


“Aku Dong Ju dari rumah Yeonhwa,” kata Dong Ju, memperkenalkan dirinya sambil membungkuk dengan sopan.
Pria tersebut berjalan secara perlahan mendekati Dong Ju. Dengan panik, Dong Ju memegang erat tangan nya, dan secara diam- diam mengeluarkan senjata yang telah disembunyikan nya di dalam lengan baju nya.

Pria tersebut berdiri didepan Dong Ju, dan memegang dagu Dong Ju. Dia mengangkat wajah Dong Ju untuk menatap padanya. Dan melihat siapa Pria tersebut, Dong Ju merasa sangat terkejut dan terdiam.
“Tampaknya kamu senang melihatku. Tapi disaat yang sama, kamu terkejut melihat ku,” komentar Nok Du. Dan Dong Ju langsung menepis tangan Nok Du dari dagunya.
“Kenapa kamu disini?
“Ada yang ingin ku katakan kepada mu.”

“Sekarang?  Disini?” tanya Dong Ju, tidak menyangka.
“Ya. Waktu dan tempat nya sangat cocok,” jawab Nok Du dengan serius. “Jadi, mulai hari ini, aku ..” katanya sambil mendekat semakin dekat kepada Dong Ju. “Aku adalah .. Ibumu,” jawabnya, bercanda.

Mendengar itu, Dong Ju terkejut. Dan Nok Du mendekat kan wajahnya, “Aku adalah Ibumu,” katanya dengan penuh penekanan sambil tersenyum manis. Dan Dong Ju merasa kaget, seperti salah dengar.

Post a Comment

Previous Post Next Post