Sinopsis
Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 2 – part 1
Network :
Channel 3
Urawee menghalangin mobil Unthiga, dan menyuruh nya untuk keluar
serta berbicara mengenai masalah Anik barusan. Tapi Unthiga tidak mau, karena
dia sedang sibuk dan ingin pergi menemui seseorang sekarang.
“Tapi aku punya waktu. Waktu untuk berdebat panjang dengan mu,”
kata Urawee, emosi.
“Tapi aku tidak. Cepat pindahkan mobil mu,” balas Unthiga.
Urawee tidak mau memindahkan mobilnya, dan dia pun merebut kunci
mobil Unthiga supaya mereka bisa bicara. Dengan kesal, Unthiga pun keluar dari
mobilnya, kemudian dia masuk ke dalam mobil Urawee.
“Keluar sekarang! Ini mobilku!” teriak Urawee.
“Kita sama. Mobilmu adalah mobil ku. Tidak apa jika kita berbagi
itu,” balas Unthiga.
“Tapi aku tidak suka berbagi dengan siapapun. Keluar sekarang!”
“Ini sudah telat. Aku sudah bilang aku buru- buru. Oh ya, besok,
kembalikan mobilku kepadaku,” balas Unthiga. Lalu dia membuang tas Urawee dari
dalam mobil, dan pergi membawa mobil tersebut.
Dengan emosi, Urawee berteriak. Dan setiap orang di sekitarnya
memandanginnya. Menyadari itu, dengan ketus, dia menanyakan, apa yang sedang
mereka lihat. Dan mereka semua pun langsung bubar darisana.
Uthiga memegang tangan Ampu dengan mesra, dan mengajaknya untuk
berjalan bersama, sebab dia ingin merasakan rasanya menjadi putri hari ini. Dan
Ampu pun mengiyakan, serta mempersilahkan nya.
Melihat itu dari jauh, Urawee tersenyum dengan sinis. “Kamu
mungkin sering keluar untuk menemukan klien baru. Terima kasih banyak, karena
klien barumu adalah Oun (Unthiga),”kata Urawee dengan senang.
Unthiga menawarkan kepada Ampu posisi untuk menjadi direktur
kreatif, karena mereka belum mempunyai orang untuk diposisi itu di perusahaan,
yang ada hanya orang- orang tidak berpengalaman. Jadi dia ingin seorang
profesional seperti Ampu untuk bisa membantunya didalam pekerjaan.
Ampu menjawab bahwa dia ingin mendengar dulu, bagaimana pekerjaan
itu, karena dia ragu kalau dia mungkin cukup berbakat atau tidak untuk posisi
tersebut. Dan Unthiga pun menjelaskan alasan nya tertarik kepada Ampu, serta
bagaimana pekerjaan sebagai direktur kreatif itu. Alasannya karena dia percaya
kepada Ampu serta Kong yang telah melakukan pekerjaan dengan baik. Serta
sebagai fotografer profesional, Ampu bisa memberikan pendapat pada nya didalam
dunia modeling.
“Terima kasih sudah mempercayai ku. Ng, aku setuju untuk mengambil
pekerjaan ini,” kata Ampu, memberikan jawaban untuk penawaran dari Unthiga.
“Aku sangat bahagia! Kita akan memulainya bersama- sama ya,” balas
Unthiga dengan senang sambil memegang tangan Ampu. Dan Ampu tersenyum sopan
pada nya.
Melihat Unthiga memegang tangan Ampu, serta bersikap genit
kepadanya. Urawee pun mengomentari nya dengan sinis. Mendengar itu, Ampu
langsung melepaskan tangan Unthiga yang memegang tangannya. Dan dengan kesal,
Unthiga menatap Urawee.
Arm berterima kasih, karena Sunisa sudah membawanya ke restoran
yang enak. Dan Sunisa menyarankan supaya Arm sekali- kali menikmati hidup, dengan
makan makanan enak, minum- minum setelah kerja, dan bersosialisai dengan
beberapa teman, sehingga stress Arm bisa berkurang.
“Aku seseorang yang tidak punya teman. Dalam hidupku, hanya ada
pekerjaan, putriku, dan Nopamat. Selain dari itu, tidak ada lagi yang lain.
Bagaimana bisa aku tidak stress?” tanya Arm dengan wajah pasrah pada kehidupan.
Sunisa kemudian menanyakan, bagaimana jika Nopamat tahu kalau Arm
membuat Urawee serta Unthiga bekerja bersama, bukankah itu akan membuat Nopamat
marah dan stress Arm bertambah lagi. Dan Arm menjawab bahwa dia sudah siap,
karena dia ingin Urawee serta Unthiga bisa dekat dan saling mengerti satu sama
lain. Namun dia sendiri tidak tahu, apakah ini kesalahan atau tidak.
Unthiga menyuruh Urawee untuk pergi, karena dia sedang bersama
dengan tamu nya. Dan Urawee membalas bahwa tamu Unthiga adalah tamunya.
Kemudian Urawee bersikap sangat dekat kepada Ampu untuk menunjukan kepada
Unthiga kalau dirinya dan Ampu sudah lama saling mengenal duluan sebelum
Unthiga.
Urawee membahas tentang email yang di kirimnya, dan menanyakan
pendapat Ampu. Dengan heran, Ampu bertanya, apakah Urawee sudah ada mengirimkan
email terbaru kepadanya, karena dia tidak tahu. Dan Urawee mengiyakan, lalu dia
menanyakan tentang keadaan Tom, adik Ampu. Dengan heran, Ampu pun menatap
bingung kepada sikap Urawee yang tiba- tiba saja menjadi sangat perhatian.
Sementara Unthiga, dia menatap tidak senang kepada Urawee yang tampak dekat
sekali dengan Ampu.
“Dia adik Pu. Kamu mungkin tidak kenal dia. Ada kecelakaan kecil
kemarin malam, jadi aku membantunya untuk mengurus itu. Waktu aku pulang, itu
sudah sangat malam,” kata Urawee dengan sengaja kepada Unthiga.
“Wee, aku masih mendiskusikan masalah pekerjaan dengan Khun Ampu,”
balas Unthiga, kesal, tapi dia berusaha untuk menahan emosinya.
“Kamu mengusirku?” tanya Urawee, halus. “Aku tidak akan pergi.
Karena kamu tidak akan berbicara kepadaku juga.”
Unthiga memperingatkan supaya Urawee tidak bersikap kasar lebih
daripada ini, dan dia meminta Urawee untuk memikirkan tentang Ampu juga yang
sedang ada disini. Dan Urawee menjawab bahwa itu tidak perlu, karena dia sangat
dekat dengan Ampu lebih daripada yang Unthiga pikirkan, bahkan sebelum Unthiga
mendekat dan bersikap genit kepada Ampu seperti ini.
“Khun Wee, apa yang kamu lakukan?” tanya Ampu, bingung dan cemas.
“Wee bertindak tidak masuk akal. Aku minta maaf ya, kamu harus
melihat ini,” jawab Unthiga, sengaja membuat Urawee terlihat buruk. Dan
mendengar itu, Urawee hanya tersenyum sinis saja kepadanya.
Ampu merasa bingung dengan situasi mereka berdua saat ini, jadi
dia pun pamit kepada Unthiga. Dan Unthiga mengiyakan dengan lembut. Lalu Ampu
mengatakan kepada Urawee bahwa mereka harus memperjelas tentang ini nanti,
kemudian dia pun berdiri untuk pergi darisana. Tapi Urawee ikut berdiri juga.
“Tidak perlu. Karena masalah mu sekarang, bagiku itu sudah jelas,”
kata Urawee dengan sedikit ketus. Dan Ampu pun pergi.
Unthiga ingin pergi mengikuti Ampu, tapi Urawee menghalanginnya
dan bertanya, apakah mereka sudah bicara sekarang. Namun Unthiga tidak mau,
karena menurutnya tidak ada yang perlu di bicarakan nya kepada seseorang yang
tidak masuk akal seperti Urawee. Kemudian dia merebut tas Urawee, dan mengambil
kunci mobil nya kembali, lalu setelah itu, dia melemparkan tas Urawee ke lantai
begitu saja.
“Aku hanya ingin mengambil kunci mobil ku kembali,” jelas Unthiga.
Lalu dia melemparkan kunci mobil milik Urawee ke lantai juga. Dan tentu saja,
Urawee merasa sangat kesal.
Diparkiran. Urawee berdiri didepan mobil Unthiga yang mau pergi.
Dan dengan kesal, Unthiga meneriaki Urawee supaya minggir. Tapi Urawee tidak
mau, dan dia tidak akan membiarkan Unthiga kabur lagi, karena mereka berdua
perlu bicara sekarang.
Mendengar itu, Unthiga pun tidak mau peduli. Dia memundurkan
mobilnya sedikit, lalu dengan cepat dia melaju lurus ke arah Urawee. Untuk
menabraknya. Dan tepat disaat itu, Ampu datang menyelamatkan Urawee.
Melihat itu, dari kaca spion mobilnya, Unthiga merasa sangat
cemburu dan marah. Jadi dia pun menjerit dengan keras.
Urawee menyuruh Ampu untuk melepaskan nya, tapi Ampu tidak mau dan
dia membantu Urawee untuk berdiri. Lalu setelah itu, Urawee dengan kasar
menepis tangan Ampu yang memegang nya, dan berjalan mendekati Unthiga yang
sudah keluar dari dalam mobil.
Urawee dengan marah menampar pipi Unthiga. Dan tiadk terima,
Unthiga balas menampar pipi Urawee. Lalu sebelum mereka berdua mulai
bertengkar, Ampu pun langsung menarik Urawee untuk menjauh dari Unthiga.
“Aku bisa bahkan lebih gila daripada yang kamu duga, Unthiga!”
jerit Urawee.
“Silahkan. Aku bilang aku tidak akan berbicara kepada seseorang
yang tidak masuk akal. Apa kamu gila karena terlalu possessive dengan pacarmu?
Apa bagusnya pacarmu? Mengapa aku harus merendahkan diriku sendiri untuk
terlibat dengannya?!”
“Itulah sikap mu! Kamu mencuri apa yang bukan milik mu!”
Unthiga bersikap seolah- olah dia tidak ada niatan untuk merebut
Anik, serta ini hanyalah kesalahpahaman Urawee saja. Bahkan dengan tegas dia
mengatakan bahwa Anik lah yang mendekatinya duluan. Mendengar itu, Urawee ingin
memukul Unthiga, tapi Ampu langsung menahannya.
“Wee hanya tidak masuk akal. Tolong jaga teman mu ini, Khun Ampu.
Aku akan menghubunginmu nanti,” kata Unthiga dengan puas. Lalu dia pun pergi.
“Kamu tidak boleh pergi! Kamu perlu bicara padaku, Unthiga!”
teriak Urawee.
“Khun Wee,” kata Ampu, menghentikan Urawee.
Urawee memberontak dari Ampu dan terus berteriak. Lalu dia masuk
ke dalam mobil. Dan melihat itu, Ampu pun ikut masuk ke dalam mobil nya, karena
dia merasa cemas kalau Urawee akan melakuakn sesuatu yang berbahaya.
“Oh, kamu mencoba menjadi malaikat?” tanya Urawee, sarkatis.
“Datang kepadaku, ketika aku sedang kesal. Apa kamu melakukan ini untuk setiap
wanita di dunia ini? Untuk dia? Biar kuberitahu, metode ini tidak akan bekerja
padaku.”
“Aku terlalu malas untuk menjelaskan padamu. Kamu bisa memikirkan
apapun sesukamu. Tapi aku akan duduk disini, dan pergi denganmu sampai kamu
tenang,” balas Ampu.
Urawee kemudian memutuskan untuk keluar saja dari dalam mobil.
Tapi Ampu menahan nya untuk tidak perlu melakukan itu. Dengan tegas, dia
menatap Urawee dan mengatakan bahwa dia tidak akan melepaskan Urawee.
Ampu memperingatkan, jika Urawee terus tidak sabaran seperti ini,
maka Urawee bisa menghancurkan hal baik di dalam hidup Urawee sendiri. Dan
Urawee membalas bahwa jika dia terus tenang saja, maka semua hal baik yang
dimilikinya akan dihancurkan oleh Unthiga.
“Tapi apa yang ku lihat, orang yang menghancurkan nya adalah kamu.
Bukan Khun Oun,” tegas Ampu.
“Kamu tidak tahu apapun, jadi jangan bicara. Jika kamu pikir aku
buruk dan dia baik, maka kita tidak perlu bicara,” balas Urawee.
Ampu mempertanyakan, apakah Urawee menganggapnya sebagai musuh.
Dan Urawee membenarkan, bahkan dari sekarang Ampu bukan lagi temannya.
Mendengar itu, Ampu melepaskan Urawee.
“Jika kamu tidak ingin bicara, maka dengarkan saja. Aku datang ke
sini hari ini bukan untuk melakukan seperti apa yang kamu tuduhkan. Aku disni
untuk mendiskusikan pekerjaan dengan Khun Oun, dan aku menerima tawarannya,”
jelas Ampu.
“Hari ini dia menawarkanmu pekerjaan. Kemudian tubuh nya,” balas
Urawee, ketus.
“Kamu menghinaku,” tunjuk Ampu.
“Tidak bisakah kamu membedakan? Atau kamu berpura- pura? Kamu
tidak lihat bagaimana dia menatap mu?
Aku bukan menghina mu, tapi aku percaya bahwa aku benar,”jelas Urawee,
tegas.
Ampu berusaha tenang dan mengerti. Dia menjelaskan bahwa Urawee
perlu belajar cara menggunakan akal, bukan hanya emosi saja. Jika tidak, maka
Urawee akan benar- benar hancur. Khususnya kecemburuan Urawee. Karena Urawee
sudah dewasa. Setelah mengatakan itu, Ampu pun langsung keluar dari mobil.
“Ampu!” jerit Urawee, saat Ampu pergi. Dan kemudian Ampu kembali
ke mobil nya lagi.
“Bahkan jika kamu menganggap ku sebagai musuh, tapi untukku, kamu
masih temanku,” jelas Ampu. Lalu dia pun beneran pergi darisana.
Urawee mengingat perdebatan nya dengan Unthiga barusan. Serta
perkataan Unthiga tentang Anik yang mendekati Unthiga duluan. Mengingat itu,
Urawee merasa sedih dan meneteskan air mata nya. Dia menangis.
Ampu tersenyum melihat- lihat hasil design Urawee. Kemudian dia
mengingat saat bertatapan dengan Urawee di dalam mobil. Dan lalu dia pun
menuliskan serta mengirim kan email kepada Urawee.
Design kain
mu sangat cantik. Sangat lembut. Sehingga aku bisa merasakan dan mencium aroma
bunga- bunga. Itu menunjukan padaku bahwa kamu memiliki sisi lain yang manis
dan lembut. Pada waktu bersamaan, itu membuatku tidak mengerti untuk alasan apa
kamu perlu menyembunyikan sisi cantikmu dan menunjukan sisi amarah mu? Namun,
tidak peduli seperti apa kamu, aku percaya bahwa kamu adalah orang yang baik.
I m Pu
Setelah selesai membaca email tersebut, Urawee ingin sekali
membalas. Tapi karena bingung harus membalas bagaimana, maka dia pun tidak jadi
untuk membalas email dari Ampu. Dan dia menutup laptopnya.
Ampu masih duduk diam di depan meja komputernya, menantikan balasan
email dari Urawee.
Pagi hari. Anik mengangkat telpon masuk dari Unthiga. Ntah apa
yang Unthiga katakan kepada nya, tapi raut wajah Anik tampak seperti terkejut.
Urawee cemberut, karena Anik tidak mengangkat telpon darinya. Dia
menceritakan kepada Pam bahwa dia telah menelpon Anik dari kemarin malam, tapi
Anik tidak mengangkatnya, bahkan Anik tidak balas menelpon nya juga. Lalu
sekarang, nomor Anik sibuk, ketika dia menelpon.
“Duh, kamu begitu cemburu ya, hingga wajah mu memerah. Dia bukan
pacar mu, kan?” sindir Pam.
“Berhenti menyindir,” balas Uraweee, tidak senang.
Pam dengan serius menasehati sikap Urawee, yang sering suka- suka.
Contohnya menelpon Anik ketika mau,
mengusir Anik pergi ketika tidak mau, bahkan tidak membiarkan Anik untuk
menggunakan kata pacar. Sehingga karena itu, menurutnya, pantas saja bila Anik
tidak mengangkat telpon Urawee, sebab Anik sudah bosan.
Mendengar itu, Urawee ingin membela diri. Tapi Pam sudah mengerti,
dan langsung menyela. Dia mengerti bahwa tanpa status ‘pacar’, Anik seharusnya
sudah tahu kalau Urawee mencintai nya. Namun tindakan Urawee tidak menunjukan
cinta, malahan itu mendorong Anik menjauh.
“Aku takut. Aku takut bahwa aku akan menjadi seperti Ibuku,”
cerita Urawee, sedih. Dan dengan perhatian, Pam memeluk bahunya.
“Aku mengerti. Tapi kamu perlu untuk mengingatkan dirimu sendiri
bahwa Khun Anik bukanlah Ayahmu. Itu tidak akan pernah menjadi seperti itu.
Kamu pantas menerima cinta dari orang baik seperti Khun Anik,” jelas Pam,
menghibur serta menasehati Urawee.
“Aku ingin dia mencintaiku seperti ini sejak lama,” gumam Urawee,
pelan.
“Kemudian berjuangkan dia,” balas Pam.
Pam memberikan saran kepada Urawee. Pertama, Urawee perlu
memberikan Anik kepercayaan bahwa Urawee juga mencintai Anik, sehingga Anik
tidak akan berpikir kalau ini hanyalah hubungan satu sisi saja. Urawee harus
memberitahu Anik, kalau Urawee mencintai Anik.
Mendengar itu, Urawee pun bersedia untuk mencoba. Dan Pam merasa
senang untuk nya. Tapi kemudian tepat disaat itu, Unthiga lewat di dekat
ruangan nya, dan berbicara dengan keras kepada seseorang ditelpon. Dan orang
itu adalah Anik.
“Tolong aku menanganin nya ya, Khun Anik. Tapi tetaplah tenang.
Berbicara lah dengan lembut kepada Wee. Aku tidak ingin kamu dan Wee
bertengkar, karena aku,” kata Unthiga dengan sengaja.
Mendengar itu, Urawee jelas merasa salah paham dan kesal, sehingga
dia ingin menghajar Unthiga. Namun Pam menahan tangannya, dan memintanya untuk
tetap tenang.
Para karyawan lain yang mendengar pembicaraan itu juga, mereka
langsung bergosip di grup chat. Sebagian memilih untuk berpihak kepada Urawee,
karena dia menyukai heroine. Dan sebagian memilih untuk berpihak kepada
Unthiga, karena menurutnya Villain lah yang paling berkuasa. Cuma karena hal
sepele seperti itu, menyebabkan pertemanan mereka berakhir, dan mereka menjadi
musuh.
*Dalam manga/ manhwa/ manhua, Heroine itu adalah pemeran utama
wanita yang baik. Sementara Villain adalah pemeran jahat yang menganggu Heroine.
Pam menjelaskan jika barusan Urawee menghampiri Unthiga dan
mengamuk padanya, lalu kalah didepan banyak orang, maka itu akan menjadi
seperti yang Unthiga inginkan. Serta Urawee juga akan kehilangan Anik, bila
terlalu emosi. Jadi dia menyarankan supaya Urawee berpikir dengan tenang,
jangan sampai jatuh kedalam jebakan. Lalu konfirmasi dulu kepada Anik, serta
jujur kepada Anik bahwa Urawee juga menyukai Anik. Dengan begitu, hubungan
cinta Urawee akan menjadi stabil. Dan rencana Unthiga tidak akan bekerja.
Mendengar itu, Urawee pun mengerti, dan diam.
Anik datang telat untuk menjemput paman serta bibi nya. Dia
menjelaskan kepada mereka berdua bahwa barusan dia terlalu lama bertelponan
dengan seseorang, jadi dia pun telat. Dan Bibi menggoda betapa mesra nya Anik
dan Urawee, lalu dia menanyakan kapan Anik dan Urawee akan menikah, karena dia
mengira orang yang bertelponan dengan Anik adalah Urawee. Dan mendengar itu,
Anik hanya diam saja.
Melihat raut wajah Anik yang tampak sedikit cemberut, Paman pun menanyakan,
apakah Urawee tidak mau menikah dengan Anik. Karena jika memang benar begitu,
maka dia menyarankan supaya Anik mencari wanita lain saja, wanita yang siap
untuk membangun sebuah keluarga bersama dengan Anik. Sebab dia tidak mau Anik
terus menunggu Urawee sampai tua. Dia ingin Anik bisa segera menikah. Dan Anik
tidak menjawab.
“Jadi kali ini, berapa lama kalian berencana tinggal?” tanya Anik,
mengalihkan pembicaraan.
“Satu minggu. Setelah pekerjaan ku selesai, aku akan membawa Suk
ke Ayutthaya untuk berdoa sebelum kami pulang,” jelas Paman, menjawab.
“Undanglah Khun Wee untuk makan malam bersama ya. Aku akan
membuatkannya mie kari kesukaan nya,” kata Bibi, ramah. Dan Anik mengiyakan,
itu jika Urawee tidak sibuk, kemudian setelah itu dia pun pamit dan pergi.
Anik mengingat tentang pembicaraan panjang nya dengan Unthiga di
telpon tadi pagi.
Flash back
Unthiga memberitahu Anik bahwa Urawee datang dan mempermalukannya
di depan temannya. Urawee memperingatkan nya untuk tidak mendekati Anik. Dan
dia pun meminta Urawee untuk jangan bersikap cemburu buta, tapi Urawee malah
menjawab kalau dirinya tidak sedang cemburu. Jadi menurutnya, kalau Urawee
hanya menanggap Anik sebagai barang, dan bukan nya kekasih.
Anik pun menanyakan, apakah itu yang Urawee katakan. Dan Unthiga
menjelaskan kalau dia tidak bisa mengingat apa tepatnya yang Urawee katakan,
tapi kalau Anik tidak percaya, maka Anik bisa bertanya langsung kepada Urawee.
“Aku minta maaf atas Khun Wee ya,” kata Anik.
“Tidak. Akulah yang harus nya minta maaf kepada mu. Aku marah kepada Wee, dan tidak sengaja
bilang kalau kamu yang mendekati ku duluan. Aku sangat minta maaf. Aku
memberitahumu, mana tahu nanti Wee bertanya tentang ini,” jelas Unthiga. Dan
Anik pun mengerti.
Namun sebelum Anik mematikan telpon, Unthiga langsung mengatakan
bahwa ada satu hal lagi yang ingin di beritahukannya kepada Anik. Tapi dia
takut Anik akan kecewa kepada Urawee. Dan dengan tegas, Anik menyuruhnya untuk
berbicara saja, dan dia akan mendengarkan.
Flash back end
Mendengar hp nya berbunyi, maka Anik pun melihat. Tapi saat dia
melihat kalau yang menelpon ternyata adalah Urawee, dan sudah cukup banyak. Dia
merasa malas untuk mengangkat nya.
Dikantor. Unthiga memuji betapa bersinar nya wajah Sunisa,
kepadahal kemarin malam Sunisa mengikuti Ayahnya untuk rapat. Dan Sunisa
menjawab bahwa dia langsung tidur ketika pulang. Namun Unthiga tidak percaya.
Dan Sunisa menjawab bahwa tidak sulit untuk langsung tertidur, setelah bekerja
sepanjang hari.
“Aku tidak berpikir, kalau hanya pekerjaan yang membuat mu capek,”
sindir Unthiga dengan halus. Dan Sunisa hanya tersenyum saja, dengan sikap
tenang, tanpa menjawab.
Unthiga kemudian memberitahu alasannya memanggil Sunisa, itu
adalah karena dia ingin memperkerjakan seseorang untuk menjadi Direktur Kreatif
yang baru. Jadi dia ingin melihat contoh kontrak di perusahaan mereka. Dan
Sunisa pun memberikan nya, lalu dia menanyakan apakah Unthiga sudah memberitahu
Nopamat.
“Aku tidak pernah harus meminta izin kepada siapapun,” jawab
Unthiga. Dan Sunisa pun mengiyakan. Lalu Unthiga membahas kontrak yang sudah di
bacanya.
Unthiga ingin di dalam kontrak ditambahkan syarat, kalau tidak
boleh keluar atau berhenti sampai 1 tahun. Dan Sunisa menjawab apakah Direktur
Kreatif yang baru itu akan setuju. Dengan yakin, Unthiga menjelaskan bahwa dia
sudah memberikan penawaran yang sangat bagus, jadi orang baru itu tidak akan
bisa menolak. Lalu dia yakin kalau dalam 1 tahun proyek nya akan meningkat. Dan
orang baru itu akan menjadi pendukung
yang penting. Jadi dia tidak mau orang baru itu keluar ditengah- tengah.
“Sepertinya dia sangat berbakat, ya?” tanya Sunisa.
“Benar. Aku tidak ingin kehilangan dia kepada siapapun,” jawab
Unthiga, dengan pandangan yang membara. Dan melihat itu, Sunisa pun tersenyum,
dan pamit.
Tags:
Plerng Ruk Plerng Kaen