Sinopsis
Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 3 – part 2
Network :
Channel 3
Fae menunggu di depan rumah Tom sambil membawakan makanan, dan
ketika akhirnya dia melihat mobil Ampu dan Tom sampai, dia tersenyum senang.
Dengan sopan, dia menyapa mereka berdua. Dan Ampu pun membalas sapaannya.
Didalam rumah. Fae menceritakan kepada Tom bahwa di tempatnya
tinggal sekarang, itu ada membuat dessert, jadi dia membawakan beberapa untuk
Tom. Tapi bukannya menerima, dengan ketus, Tom malah bertanya, kenapa Fae
datang ke sini, kepadahal dia sudah menyuruh Fae untuk pergi dan jangan muncul
di depannya lagi.
Mendengar itu, Fae tampak terluka. Dia menaruh dessert yang dibawa
nya ke atas meja, dan menjelaskan bahwa sebenarnya dia datang untuk berterima
kasih, karena Tom telah membantunya, tapi jika Tom memang tidak suka padanya,
tidak seharusnya Tom berbicara seperti itu. Dan Tom membenarkan bahwa dia memang
membenci Fae, jadi dia ingin Fae menjauh darinya, karena Fae pembawa sial.
“Hey, Tom, bagaimana bisa kamu bicara seperti itu kepadanya? Dia
wanita, dan dia baik padamu,” tegur Ampu, menasehati Tom.
“Aku tidak ingin kebaikan dari wanita seperti nya!” teriak Tom, di
depan wajah Fae. “Wanita pelacur! Tidak
heran …”
Mendengar itu, Fae merasa sangat terluka dan menampar Tom. “Bahkan
jika aku pelacur, apa aku tidur dengan Ayahmu?” teriak Fae sambil menangis,
lalu dia pun pergi.
Tom tampak bersalah, dan ingin mengejar Fae. Tapi Ampu langsung
memperingatinya supaya Tom jangan mengikuti Fae, dan jangan keluar, karena
mereka harus bicara nanti. Setelah mengatakan itu, Ampu pun pergi mengikuti Fae.
Urawee terkejut, saat terbangun dan melihat Bibi Duang ada di kamar
nya. Dan Bibi Duang dengan tenang, bertanya, ada masalah apa sekarang. Tapi
Urawee menggelengkan kepalanya, tidak mau bercerita. Dan Bibi Duang menyuruh
Urawee untuk jangan berbohong.
“Nik berpikir aku memiliki seseorang yang lain, dan dia tidak akan
mendengarkan ku sama sekali,” kata Urawee, bercerita.
“Sebelum satu masalah selesai, sudah ada yang lain. Bagaimana bisa
menjadi seperti ini?” keluh Bibi Duang. Dan Urawee menjawab bahwa itu karena
Unthiga.
Sunisa mengangkat telpon masuk dari Nopamat. Ketika Nopamat
bertanya, apakah Arm ada di apatermen sekarang. Sunisa mengiyakan, karena Arm
memiliki banyak rapat untuk banyak proyek hari ini. Dan mendengar itu, Nopamat
mengomentari bahwa Arm memang penggila kerja, tapi dia menelpon bukan karena
dia ingin tahu tentang Arm, tapi dia ingin tahu tentang Unthiga.
“Bagaimana pekerjaan Oun? Apa ada yang membantu nya? Beritahu aku
segalanya,” tanya Nopamat. Dan mendengar itu, Sunisa merasa gugup untuk
menjawab apa.
Unthiga berdandan di depan cermin sambil tersenyum- senyum
sendirian. Dia mengingat tentang kejadian hari ini.
Flash back
“Khun Ampu, aku minta maaf, karena kamu harus menghadapi sesuatu
seperti ini. Tapi aku percaya kalau kamu dan Wee tidak melakukan seperti yang
Anik pikirkan. Dan jika aku punya kesempatan, aku akan menjelaskan padanya
untuk mengerti Wee,” jelas Unthiga, sok baik.
Dan Ampu pun menjawab bahwa itu bagus, lalu dia pamit untuk pergi.
Tapi Unthiga langsung menahan tangan Ampu, dan menanyakan apakah malam ini Ampu
punya waktu, karena dia ingin mentraktir Ampu sebagai permintaan maaf. Dan Ampu
menolak.
“Lebih kamu menolak, lebih aku akan berpikir kalau kamu marah
kepadaku,” desak Unthiga.
“Aku tidak marah,” balas Ampu, mencoba bersabar.
“Kemudian tolong setuju lah. Ya?” pinta Unthiga. Dan Ampu pun
mengiyakan.
Flash back end
Setelah selesai bersiap, Unthiga pun keluar dari dalam kamarnya,
karena ingin segera berangkat. Tapi Nopamat kemudian muncul di belakang nya,
dan menanyakan, kemana dia ingin pergi. Dan dia pun menjawab bahwa dia ingin
makan malam dengan seorang teman.
“Siapa Ampu?” tanya Nopamat.
“Siapa yang memberitahumu, ma?” balas Unthiga, terkejut. “Dia
Direktur Art. Dia baru saja di pekerjakan. Ada apa?” jelas nya.
“Siapa orang tua nya, dan darimana dia tamat? Dan apa status
keluarganya?” tanya Nopamat, lagi.
“Aku tidak tau siapa dia. Tapi aku tahu orang tuanya sudah
meninggal, dan dia memiliki adik dari lain Ibu. Dia tamat diluar negri. Dia
baru bercerai. Dia kelas menengah. Oh, dia tidak kaya,” balas Unthiga, menjawab
dengan ketus.
Nopamat membentak Unthiga. Dan Unthiga pun mempertanyakan, kenapa
Nopamat begitu marah, karena dia mempekerjakan Ampu, kepadahal dia bukannya
menjadikan Ampu sebagai suaminya. Dan Nopamat membalas, apakah Unthiga pikir
dia tidak tahu kalau Unthiga sering bergonta- ganti pria ketika Unthiga berada
di luar negri. Mendengar itu, Unthiga tampak tidak senang.
“Kamu bisa bertindak seperti pelacur seperti yang kamu inginkan
disana. Aku tidak akan terlibat. Tapi jika kamu disini, aku melarang mu. Jangan
mempermalukan ku!” kata Nopamat, tegas.
“Seperti Ayah?” balas Unthiga, kesal.
“Jika kamu tidak percaya aku, maka cobalah,” balas Nopamat. Lalu
dia naik ke atas.
Pua menanyakan, kenapa Duang tampak stress. Dan Duang menjawab
bahwa dia sedang marah. Mendengar itu, MD pun bertanya ada apa. Dan Urawee
langsung memberikan tanda supaya Duang tidak bercerita. Sehingga Duang pun
langsung beralasan bahwa dia marah
kepada Fae, karena Fae belum juga pulang, kepadahal dia sudah menyuruh Fae untuk
tidak pulang terlalu malam.
Tepat disaat itu, terdengar bunyi klakson mobil. Lalu saat Pua
sudah membuka pintu, Fae langsung berlari masuk ke dalam rumah, dan di ikuti
oleh Ampu.
Fae mengunci dirinya di dalam kamar.
Duang heran, dan bertanya siapa Ampu. Dan dengan gugup, Urawee
menjelaskan bahwa Ampu adalah temannya, dan sepertinya Ampu datang untuk
mengantarkan Fae pulang. Kemudian untuk kesopanan, maka Urawee pun
memperkenalkan Ampu kepada Bibi Duang dan MD, nenek nya. Lalu dia memberitahu
MD, kalau ini adalah Ampu, orang yang di telponnya tentang Fae.
Fae menangis, mengingat saat Bibi nya tidak mempercayainya dan
mengusir nya dari rumah. Lalu saat Tom menghina dan mengusir nya juga. Dengan
perasaan terluka, Fae melemparkan tas nya dan terus menangis.
Urawee menanyakan kepada Ampu, kenapa Fae menangis. Dan Duang ikut
bertanya hal yang sama juga, karena barusan Fae berjalan melewati mereka begitu
saja sambil menangis.
Fae mengambil segelas cairan pembersih kamar mandi, dan ingin
meminumnya. Tapi sebelum dia melakukan itu, Pua yang masuk ke dalam kamar untuk
mengantarkan pakaian kering, dia langsung berteriak terkejut dan menghentikan Fae.
Mendengar keributan itu, mereka semua yang berada di ruang tamu
langsung buru- buru menuju ke kamar Fae.
Gelas kaca yang di pegang oleh Fae terjatuh ke lantai dan pecah.
Lalu karena itu, maka Fae pun ingin meminum cairan itu langsung dari botol nya saja. Melihat itu, Urawee pun
langsung mendekati dan mencoba untuk menghentikan Fae agar jangan melakukan
itu.
Tanpa sengaja, disaat itu Urawee pun menginjak pecahan kaca, tapi
dia tidak peduli pada kakinya yang terluka, dan membawa Fae yang sedang
histeris untuk keluar dari kamar mandi. Kemudian akhirnya, Fae pun berhasil
tenang, setelah dia pingsan kerena kelelahan.
MD dengan cepat menyuruh Duang untuk segera mengambilkan pakaian
ganti dan inhaler. Dan Duang pun langsung mengiyakan, dan pergi untuk
mengambilnya.
Ketika melihat ke dalam kamar mandi, Ampu menyadari pecahan kaca
tersebut. Dan dia menatap kepada Urawee, yang balas menatap nya seperti
memberikan kode supaya dia jangan mengatakan apapun dulu. Jadi dia pun diam.
MD merasa kasihan kepada Fae, dan bertanya- tanya kenapa Fae
sampai berani melakukan ini, kepadahal hidup Fae sangat berharga. Dan Duang
berpendapat, kalau mereka harus lebih serius mengubah Fae, supaya Fae tidak
berpikiran seperti ini lagi.
Setelah mereka bertiga keluar dari kamar Fae, Ampu meminta maaf
kepada mereka menggantikan adiknya, karena dia sadar bahwa ini semua disebabkan
oleh perkataan adiknya, Tom. Dan mengetahui itu, Duang menyuruh Ampu untuk
memperingatkan Tom, kalau kata- kata juga bisa membunuh orang. Sedangkan
Urawee, dia menyuruh Ampu untuk memberitahu Tom supaya jangan muncul dihadapan
nya, jika tidak, dia akan menghancurkan gigi atau memotong lidah Tom. Sehingga
Tom tidak akan bisa melukai perasaan orang lain seperti ini lagi.
Mendengar betapa kasar nya perkataan Urawee kepada Ampu, maka MD
pun memperingatkan Urawee supaya jangan seperti itu. Dan Urawee pun langsung
meminta maaf kepada mereka.
Ampu kemudian menunjuk kaki Urawee yang berdarah, dan membantu nya
untuk duduk dulu. Mendengar itu, MD dan Duang pun mendekat untuk melihat. Dan
Urawee menjelaskan kepada mereka bahwa mungkin itu karena pecahan kaca barusan.
“Keponakan mu begitu lambat bereaksi,” komentar Ampu, sambil
tersenyum kepada MD dan Duang. Mendengar itu, Urawee menatap nya dengan tajam.
Ampu lalu dengan perhatian, ingin memeriksa jari jempol kaki
Urawee yang terluka, tapi Urawee menolak, dan mengeluh kenapa Ampu tidak
bertanya pada nya dulu. Dan Ampu pun menjawab kalau tidak mungkin, MD dan Duang
yang berjongkok dan memeriksa nya.
“Aku takut dengan darah,” kata Duang, berpura- pura pusing.
“Mataku tidak bisa melihat dengan baik,” kata MD, beralasan.
Tampaknya mereka berdua memang mau membiarkan Ampu yang memeriksa
kaki Urawee. Jadi dengan terpaksa, Urawee pun membiarkan Ampu yang memeriksa
kaki nya.
Di teras café. Unthiga masih duduk disana, menunggu Ampu. Tapi dia merasa heran,
kenapa Ampu belum datang juga. Jadi dia pun menelpon Ampu.
Tags:
Plerng Ruk Plerng Kaen