Sinopsis Lakorn- Drama : Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 3 - part 2/5


Sinopsis Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 3 – part 2
Network : Channel 3

Fae menunggu di depan rumah Tom sambil membawakan makanan, dan ketika akhirnya dia melihat mobil Ampu dan Tom sampai, dia tersenyum senang. Dengan sopan, dia menyapa mereka berdua. Dan Ampu pun membalas sapaannya.

Didalam rumah. Fae menceritakan kepada Tom bahwa di tempatnya tinggal sekarang, itu ada membuat dessert, jadi dia membawakan beberapa untuk Tom. Tapi bukannya menerima, dengan ketus, Tom malah bertanya, kenapa Fae datang ke sini, kepadahal dia sudah menyuruh Fae untuk pergi dan jangan muncul di depannya lagi.
Mendengar itu, Fae tampak terluka. Dia menaruh dessert yang dibawa nya ke atas meja, dan menjelaskan bahwa sebenarnya dia datang untuk berterima kasih, karena Tom telah membantunya, tapi jika Tom memang tidak suka padanya, tidak seharusnya Tom berbicara seperti itu. Dan Tom membenarkan bahwa dia memang membenci Fae, jadi dia ingin Fae menjauh darinya, karena Fae pembawa sial.
“Hey, Tom, bagaimana bisa kamu bicara seperti itu kepadanya? Dia wanita, dan dia baik padamu,” tegur Ampu, menasehati Tom.

“Aku tidak ingin kebaikan dari wanita seperti nya!” teriak Tom, di depan wajah Fae. “Wanita pelacur! Tidak  heran …”
Mendengar itu, Fae merasa sangat terluka dan menampar Tom. “Bahkan jika aku pelacur, apa aku tidur dengan Ayahmu?” teriak Fae sambil menangis, lalu dia pun pergi.

Tom tampak bersalah, dan ingin mengejar Fae. Tapi Ampu langsung memperingatinya supaya Tom jangan mengikuti Fae, dan jangan keluar, karena mereka harus bicara nanti. Setelah mengatakan itu,  Ampu pun pergi mengikuti Fae.
Urawee terkejut, saat terbangun dan melihat Bibi Duang ada di kamar nya. Dan Bibi Duang dengan tenang, bertanya, ada masalah apa sekarang. Tapi Urawee menggelengkan kepalanya, tidak mau bercerita. Dan Bibi Duang menyuruh Urawee untuk jangan berbohong.

“Nik berpikir aku memiliki seseorang yang lain, dan dia tidak akan mendengarkan ku sama sekali,” kata Urawee, bercerita.
“Sebelum satu masalah selesai, sudah ada yang lain. Bagaimana bisa menjadi seperti ini?” keluh Bibi Duang. Dan Urawee menjawab bahwa itu karena Unthiga.


Sunisa mengangkat telpon masuk dari Nopamat. Ketika Nopamat bertanya, apakah Arm ada di apatermen sekarang. Sunisa mengiyakan, karena Arm memiliki banyak rapat untuk banyak proyek hari ini. Dan mendengar itu, Nopamat mengomentari bahwa Arm memang penggila kerja, tapi dia menelpon bukan karena dia ingin tahu tentang Arm, tapi dia ingin tahu tentang Unthiga.

“Bagaimana pekerjaan Oun? Apa ada yang membantu nya? Beritahu aku segalanya,” tanya Nopamat. Dan mendengar itu, Sunisa merasa gugup untuk menjawab apa.

Unthiga berdandan di depan cermin sambil tersenyum- senyum sendirian. Dia mengingat tentang kejadian hari ini.
Flash back
“Khun Ampu, aku minta maaf, karena kamu harus menghadapi sesuatu seperti ini. Tapi aku percaya kalau kamu dan Wee tidak melakukan seperti yang Anik pikirkan. Dan jika aku punya kesempatan, aku akan menjelaskan padanya untuk mengerti Wee,” jelas Unthiga, sok baik.
Dan Ampu pun menjawab bahwa itu bagus, lalu dia pamit untuk pergi. Tapi Unthiga langsung menahan tangan Ampu, dan menanyakan apakah malam ini Ampu punya waktu, karena dia ingin mentraktir Ampu sebagai permintaan maaf. Dan Ampu menolak.


“Lebih kamu menolak, lebih aku akan berpikir kalau kamu marah kepadaku,” desak Unthiga.
“Aku tidak marah,” balas Ampu, mencoba bersabar.
“Kemudian tolong setuju lah. Ya?” pinta Unthiga. Dan Ampu pun mengiyakan.
Flash back end

Setelah selesai bersiap, Unthiga pun keluar dari dalam kamarnya, karena ingin segera berangkat. Tapi Nopamat kemudian muncul di belakang nya, dan menanyakan, kemana dia ingin pergi. Dan dia pun menjawab bahwa dia ingin makan malam dengan seorang teman.

“Siapa Ampu?” tanya Nopamat.
“Siapa yang memberitahumu, ma?” balas Unthiga, terkejut. “Dia Direktur Art. Dia baru saja di pekerjakan. Ada apa?” jelas nya.
“Siapa orang tua nya, dan darimana dia tamat? Dan apa status keluarganya?” tanya Nopamat, lagi.
“Aku tidak tau siapa dia. Tapi aku tahu orang tuanya sudah meninggal, dan dia memiliki adik dari lain Ibu. Dia tamat diluar negri. Dia baru bercerai. Dia kelas menengah. Oh, dia tidak kaya,” balas Unthiga, menjawab dengan ketus.
Nopamat membentak Unthiga. Dan Unthiga pun mempertanyakan, kenapa Nopamat begitu marah, karena dia mempekerjakan Ampu, kepadahal dia bukannya menjadikan Ampu sebagai suaminya. Dan Nopamat membalas, apakah Unthiga pikir dia tidak tahu kalau Unthiga sering bergonta- ganti pria ketika Unthiga berada di luar negri. Mendengar itu, Unthiga tampak tidak senang.

“Kamu bisa bertindak seperti pelacur seperti yang kamu inginkan disana. Aku tidak akan terlibat. Tapi jika kamu disini, aku melarang mu. Jangan mempermalukan ku!” kata Nopamat, tegas.
“Seperti Ayah?” balas Unthiga, kesal.
“Jika kamu tidak percaya aku, maka cobalah,” balas Nopamat. Lalu dia naik ke atas.

Pua menanyakan, kenapa Duang tampak stress. Dan Duang menjawab bahwa dia sedang marah. Mendengar itu, MD pun bertanya ada apa. Dan Urawee langsung memberikan tanda supaya Duang tidak bercerita. Sehingga Duang pun langsung beralasan bahwa dia  marah kepada Fae, karena Fae belum juga pulang, kepadahal dia sudah menyuruh Fae untuk tidak pulang terlalu malam.

Tepat disaat itu, terdengar bunyi klakson mobil. Lalu saat Pua sudah membuka pintu, Fae langsung berlari masuk ke dalam rumah, dan di ikuti oleh Ampu.
Fae mengunci dirinya di dalam kamar.
Duang heran, dan bertanya siapa Ampu. Dan dengan gugup, Urawee menjelaskan bahwa Ampu adalah temannya, dan sepertinya Ampu datang untuk mengantarkan Fae pulang. Kemudian untuk kesopanan, maka Urawee pun memperkenalkan Ampu kepada Bibi Duang dan MD, nenek nya. Lalu dia memberitahu MD, kalau ini adalah Ampu, orang yang di telponnya tentang Fae.
Fae menangis, mengingat saat Bibi nya tidak mempercayainya dan mengusir nya dari rumah. Lalu saat Tom menghina dan mengusir nya juga. Dengan perasaan terluka, Fae melemparkan tas nya dan terus menangis.


Urawee menanyakan kepada Ampu, kenapa Fae menangis. Dan Duang ikut bertanya hal yang sama juga, karena barusan Fae berjalan melewati mereka begitu saja sambil menangis.

Fae mengambil segelas cairan pembersih kamar mandi, dan ingin meminumnya. Tapi sebelum dia melakukan itu, Pua yang masuk ke dalam kamar untuk mengantarkan pakaian kering, dia langsung berteriak terkejut dan menghentikan Fae.
Mendengar keributan itu, mereka semua yang berada di ruang tamu langsung buru- buru menuju ke kamar Fae.

Gelas kaca yang di pegang oleh Fae terjatuh ke lantai dan pecah. Lalu karena itu, maka Fae pun ingin meminum cairan itu langsung dari  botol nya saja. Melihat itu, Urawee pun langsung mendekati dan mencoba untuk menghentikan Fae agar jangan melakukan itu.
Tanpa sengaja, disaat itu Urawee pun menginjak pecahan kaca, tapi dia tidak peduli pada kakinya yang terluka, dan membawa Fae yang sedang histeris untuk keluar dari kamar mandi. Kemudian akhirnya, Fae pun berhasil tenang, setelah dia pingsan kerena kelelahan.

MD dengan cepat menyuruh Duang untuk segera mengambilkan pakaian ganti dan inhaler. Dan Duang pun langsung mengiyakan, dan pergi untuk mengambilnya.


Ketika melihat ke dalam kamar mandi, Ampu menyadari pecahan kaca tersebut. Dan dia menatap kepada Urawee, yang balas menatap nya seperti memberikan kode supaya dia jangan mengatakan apapun dulu. Jadi dia pun diam.
MD merasa kasihan kepada Fae, dan bertanya- tanya kenapa Fae sampai berani melakukan ini, kepadahal hidup Fae sangat berharga. Dan Duang berpendapat, kalau mereka harus lebih serius mengubah Fae, supaya Fae tidak berpikiran seperti ini lagi.


Setelah mereka bertiga keluar dari kamar Fae, Ampu meminta maaf kepada mereka menggantikan adiknya, karena dia sadar bahwa ini semua disebabkan oleh perkataan adiknya, Tom. Dan mengetahui itu, Duang menyuruh Ampu untuk memperingatkan Tom, kalau kata- kata juga bisa membunuh orang. Sedangkan Urawee, dia menyuruh Ampu untuk memberitahu Tom supaya jangan muncul dihadapan nya, jika tidak, dia akan menghancurkan gigi atau memotong lidah Tom. Sehingga Tom tidak akan bisa melukai perasaan orang lain seperti ini lagi.

Mendengar betapa kasar nya perkataan Urawee kepada Ampu, maka MD pun memperingatkan Urawee supaya jangan seperti itu. Dan Urawee pun langsung meminta maaf kepada mereka.


Ampu kemudian menunjuk kaki Urawee yang berdarah, dan membantu nya untuk duduk dulu. Mendengar itu, MD dan Duang pun mendekat untuk melihat. Dan Urawee menjelaskan kepada mereka bahwa mungkin itu karena pecahan kaca barusan.
“Keponakan mu begitu lambat bereaksi,” komentar Ampu, sambil tersenyum kepada MD dan Duang. Mendengar itu, Urawee menatap nya dengan tajam.

Ampu lalu dengan perhatian, ingin memeriksa jari jempol kaki Urawee yang terluka, tapi Urawee menolak, dan mengeluh kenapa Ampu tidak bertanya pada nya dulu. Dan Ampu pun menjawab kalau tidak mungkin, MD dan Duang yang berjongkok dan memeriksa nya.
“Aku takut dengan darah,” kata Duang, berpura- pura pusing.
“Mataku tidak bisa melihat dengan baik,” kata MD, beralasan.
Tampaknya mereka berdua memang mau membiarkan Ampu yang memeriksa kaki Urawee. Jadi dengan terpaksa, Urawee pun membiarkan Ampu yang memeriksa kaki nya.
Di teras café. Unthiga masih duduk disana, menunggu Ampu. Tapi dia merasa heran, kenapa Ampu belum datang juga. Jadi dia pun menelpon Ampu.

Post a Comment

Previous Post Next Post