Sinopsis C- Drama : Deep In My Heart Episode 12 - part 1


Sinopsis C- Drama : Deep In My Heart
Episode 12 - Part 1

Didalam kamar mandi. Han Xue menangis. Dia tidak memperdulikan tangan nya yang terluka karena air panas. Dan diluar Xiao Shen terus mengetuk pintu, memintanya untuk membuka pintu. Tapi Han Xue mengabaikan nya.

Yifei memeriksa barang- barang di dalam kantor Guru Lin. Dan dia menemukan sebuah buku berwarna merah didalam laci Guru Lin.

Pagi hari. Ketika terbangun, Han Bing merasa heran, kenapa dia bisa tidur dikamar mandi. Lalu dia merasa sakit ditangan nya yang melepuh. Dan dia pun semakin heran. Kemudian, dia membaca pesan yang Han Xue tulis dengan lipstik merah di cermin.
Aku tidak akan pernah pergi. Aku membencimu.
Dikantor Prof. Wu. Han Bing dihipnotis supaya tertidur. Kemudian Prof. Wu bertanya, kenapa tangan Han Bing bisa terluka. Dan Han Bing menjawab kalau dia ribut dengan Han Xue. Karena Han Xue tahu, kalau dia ingin mengirimnya pergi.
“Kemana kamu akan mengirimnya pergi?” tanya Prof. Wu. “Kamu tidak menjawab pertanyaan ini terakhir kali. Bisakah kamu menjawab ku hari ini?”
“Meninggalkan ku,” jawab Han Bing.

Prof. Wu kebingungan dengan Han Bing. Dan Han Bing pun menceritakan kisah nya. Sebenarnya dia selalu meminjamkan tubuh nya kepada Han Xue. Dan kali ini, dia tidak akan membiarkan Han Xue melekat pada nya lagi.
“Adik kamu, apakah dia tidak memiliki tubuh?” tanya Prof. Wu, baru tahu.
“Tidak ada. Hanya ada roh,” jawab Han Bing.
Prof. Wu menduga, apakah mungkin Han Bing memiliki kepribadian ganda. Dan Han Bing langsung menggeleng pelan, dia menjawab bahwa itu bukan kepribadian ganda, tapi benar roh adiknya, Han Xue. Karena Han Xue dan orang tuanya telah meninggal, tepat didepan matanya.
Han Bing lalu mulai bersikap histeris, dia terus mengulang kata, “Itu adalah roh adikku. Itu adalah roh adikku,” katanya. Dan Prof. Wu segera menenangkan nya.

Setelah Han Bing tenang, Prof. Wu mulai bertanya lagi. Dia menanyakan, apakah setiap kali Han Xue muncul, Han Bing tidak bisa mengingat apa yang terjadi. Dan apakah Han Xue selalu datang tepat pukul 12 tengah malam.
Han Bing mengiyakan, kalau dia tidak mengingat apapun. Tapi Han Xue tidak selalu datang setiap hari. Mendengar itu, Prof. Wu diam dan berpikir.
Kemudian Prof. Wu membunyikan lonceng tepat didepan Han Bing. Dan lalu Han Bing pun terbangun. Dengan bingung, dia bertanya, apakah dia ada mengatakan masalah tentang Han Xue.
“Jangan khawatir. Aku adalah orang yang ingin membantumu,” jelas Prof. Wu, lembut. Dan Han Bing pun merasa tenang.

Han Bing menelpon Yifei, dan memberitahunya bahwa sekarang dia ada dirumah sakit. Dan dengan cemas, Yifei bertanya, apakah Han Bing sakit. Han Bing menjawab bahwa dia datang untuk menjenguk Yifei sekaligus membahas kasus semalam. Dengan heran, Yifei menjelaskan bahwa semalam dia jelas- jelas sudah memberitahu Han Bing dari telpon. Mendengar itu, Han Bing kebingungan.

“Kamu kenapa bisa kehilangan ingatan lagi?” tanya Yifei, geli.
“Aku sebenarnya ingat,” jawab Han Bing, pelan, karena malu. Dan Yifei tertawa, karena senang Han Bing begitu perhatian padanya.

Ketika Han Bing datang ke kantor nya, Yifei melihat tangan Han Bing yang dibalut perban, dan dia pun bertanya serta ingin melihat. Tapi Han Bing langsung menarik tangannya dan menjelaskan kalau dia tidak apa- apa.

Dengan aneh, Yifei menatap Han Bing. Dan Han Bing pun bertanya dengan gugup. “Semalam saat aku menelponmu. Aku mengira kamu marah,” jelas Yifei.
“Apa maksudnya itu? Semalam terjadi masalah apa?” pikir Han Bing, bingung. “Mana mungkin aku marah. Semalam aku terlalu ngantuk. Jadi tidak ingat,” jawab Han Bing, beralasan. Dan Yifei mengomentari, kalau Han Bing bersikap sangat aneh. Tapi Han Bing tidak mau membahas masalah semalam lagi.

Yifei kemudian menunjukan buku harian milik Guru Lin yang ditemukannya. Dihalaman terakhir, kertas bagian paling bawah telah dirobek, dan dia tidak tahu apakah akan ada petunjuk disana
Tanpa mengatakan apapun, Han Bing mengambil pensil. Lalu dia menggosok halaman kosong dibuku, sehingga bekas tulisan dihalaman terakhir muncul disana. Melihat itu, Yifei merasa kagum padanya, dan mengacungkan jempol sebagai pujian. Dan Han Bing mendengus geli. Lalu mereka fokus kembali ke buku.
“Ada tanggal dan waktu disini. Ditulis oleh Hua Meng,” gumam Han Bing, membaca tulisan tersebut. “Apakah toko kue Hua Meng? Sepertinya itu tempat untuk kencan,” tebak Han Bing.
“Coba kita lihat kesana,” balas Yifei. Dan Han Bing, setuju.


Tapi ketika Yifei berdiri, dia tiba- tiba saja merasa pusing dan hampir terjatuh. Untung nya, Han Bing langsung menahan nya. Dan dengan khawatir, Han Bing menanyakan, apakah Yifei tidak apa- apa, dan apakah Yifei bisa bergerak.
Untuk sesaat Yifei menutup matanya. Lalu kemudian dia mengajak Han Bing untuk segera berangkat.
Toko Hua Meng. Disana Han Bing dan Yifei meminta kepada pelayan untuk diperboleh kan melihat CCTV toko. Dan sebagai bukti kalau mereka bukan orang yang mencuriga kan, Han Bing memperlihatkan kartu nama nya sebagai jurnalis berita.

Lalu kemudian, mereka berdua menonton CCTV yang ada didepan toko, dan mereka melihat Guru Lin ada disana. Guru Lin keluar dari toko dengan cepat dan menaiki sebuah taksi, ntah kemana.
Yifei menghubungin Gao Sheng, dan memberitahukan nomor taksi yang dilihat nya. IC 23017. Dan Gao Sheng pun mencatat itu, lalu dia menyuruh Yifei untuk jangan khawatir, dan serahkan kepada nya. Kemudian dia mulai mencari data mengenai taksi tersebut di komputer nya.

Ditempat taksi. Gao Sheng menemui supir taksi yang bersangkutan. Dia menunjukan foto Guru Lin padanya, lalu bertanya. Dan untungnya si supir taksi tersebut mengingat tentang Guru Lin.
Si supir menjelaskan bahwa hari itu, seorang pria memesan taksi nya, dan menyuruh nya untuk menjemput Guru Lin didepan toko kue. Lalu setelah Guru Lin masuk ke dalam taksi, dan mereka sudah jalan. Tiba- tiba Guru Lin tampak panik, dan menyuruh nya untuk berhenti. Sehingga dia menjadi kesulitan.
“Dimana tujuannya?” tanya Gao Sheng.

Gao Sheng menelpon Yifei, dan memberitahu apa yang didapat nya. Hari itu si supir taksi di suruh untuk mengantarkan Guru Lin ke taman bermain, tapi di pertengahan jalan Guru Lin minta di turunkan. Dia menebak kalau sepertinya Guru Lin menyadari adanya bahaya, tapi sayang nya, ketika melarikan diri, Guru Lin malah bertemu pelaku dan di culik.
“Taman bermain?” gumam Yifei, berpikir.

Guru Lin terbangun, dan dia merasa terkejut melihat sekeliling nya yang tampak seperti sebuah ruangan operasi dirumah sakit. Namun bedanya, tempat itu sangat gelap dan juga kotor, terasa sangat horror. Bahkan banyak binatang kecil seperti tikus, lipan dan lainnya yang berkeliaran dilantai. Dengan takut, Guru Lin menjerit histeris dan berusaha untuk mencari jalan keluar. Tapi sayang nya, pintu keluar tertutup rapat.
“Tolong! Tolong! Siapapun tolong!” teriak Guru Lin.

“Aku sering datang ke sini. Mengingat kembali kejadian 15 tahun lalu. Apa yang terjadi di sini pada waktu itu?” kata suatu suara yang muncul di speaker. Pelaku yang melakukan itu ada diruangan lain, dan memperhatikan Guru Lin.
Mendengar suara itu, Guru Lin semakin ketakutan.

Flash back. 15 tahun lalu.
Xin Rui terkurung di ruangan yang sama seperti Guru Lin sekarang. Disana dia sangat ketakutan, dan dia terus mengendor- ngendor pintu. Dia memohon supaya seseorang membuka kan pintu bagi nya. Tapi tidak ada yang membuka kan pintu bagi nya.
Flash back end.

“Setiap saat, didalam pikiran ku akan muncul gambar yang sama. Seberapa takut nya dia pada waktu itu? Jantung berdetak dengan cepat. Kamu sekarang juga takut kan? Apa yang harus ditakut kan? Kamu pantas menerima ucapan terima kasih. Terima kasih padamu. Aku baru tahu, hal buruk apa yang terjadi pada anak- anak,” kata pelaku dari speaker.
Mendengar itu, Guru Lin melotot ketakutan. “Aku… aku… aku tidak tahu, apakah anak- anak itu akan dibunuh. Tolong. Tolong,” pinta nya, memohon. “Saat itu, aku tidak melihat apapun dengan jelas. Ini beneran. Dan karena masalah itu, aku dihukum oleh sekolah. Tolong lepaskan aku. Tolong,” pintanya mulai menangis.

Tapi pelaku mengabaikan nya. Dan Guru Lin pun menanyakan, ada hubungan apa Xin Rui dengan pelaku, sehingga pelaku melakukan ini.
“Aku pernah memberitahu mereka, siapa aku,” jawab pelaku.
Korban pertama, dibar. Sebelum pelaku membunuh korban, dia membisikan siapa dirinya kepada korban.
Korban kedua, diparkiran. Pelaku juga melakukan hal yang sama. Sebelum membunuh korban, dia membisikan siapa dirinya.
Korban ketiga, didekat sekolah. Pelaku juga melakukan hal yang sama.
Bahkan kepada korban yang keempat. Dia juga melakukan hal yang sama sebelum membunuh nya.

“Jadi jika kamu ingin tahu siapa aku… matilah,” tegas pelaku. Dan Guru Lin langsung berteriak histeris.
“Aku… aku… aku… aku benar- benar tidak tahu apa- apa. Aku mohon padamu. Lepaskan aku! Aku tidak ingin mati! Tolong! Tolong!” teriak Guru Lin, sangat ketakutan, karena semakin banyak binatang kecil yang berkeliaran didekat kaki nya.

Post a Comment

Previous Post Next Post