Sinopsis Lakorn- Drama : Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 6 - part 3/5


Sinopsis Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 6 – part 3
Network : Channel 3

Urawee bersiap untuk tidur. Tapi disaat itu, Ampu malah menelponnya. Membuat mood nya rusak, tapi dia tetap mengangkat nya.
Ampu heran, karena Urawee telah mengangkat telponnya, tapi tidak ada bersuara. Jadi dia pun diam dan menunggu.

Dengan tidak sabaran, Urawee menyuruh Ampu untuk berbicara langsung. Dan Ampu meminta maaf. Dengan ketus, Urawee menebak kalau Ampu pasti merasa bersalah karena sudah tidak mempercayai nya dan membawa kondom barusan pulang. Mendengar itu, Ampu terkejut.
“Aku minta maaf sudah tidak mempercayai mu. Tapi tidak dengan kondom nya,” jelas Ampu. “Tentang Khun Oun dan Khun Anik. Mereka … akan segera menikah.”

Mendengar itu, Urawee terkejut dan terdiam. Dengan heran, Ampu pun memanggil nya. “Aku mendengarkan,” jawab Urawee, saat tersadar.
Dengan perhatian, Ampu bertanya, bagiamana keadaan Urawee. Dan Urawee menjawab bahwa dia baik. Tapi Ampu tidak percaya. Urawee pun memujinya, karena sudah semakin pintar sekarang dan tidak mudah mempercayai orang lagi.

Kemudian setelah itu, Urawee pun langsung mematikan telpon nya.
“Aku khawatir padamu. Dan aku akan menjadi pendukung moral mu,” gumam Ampu, tulus. “Aku berharap kamu bisa bertambah kuat lebih cepat.”
Nopamat terus meminum wine sambil merenungkan segala nya. Melihat itu, dengan perhatian Ting menghampiri nya, dan bertanya, apakah Nopamat tidak akan tidur. Dan Nopamat menjawab kalau dia tidak sedang ngantuk.
“Bagaimana tentang Khun Arm? Sebenarnya ini bukan urusan ku. Tapi apakah kamu baik- baik saja untuk mengusir Khun Arm keluar dari rumah?” tanya Ting.
“Kamu lihat, apa yang dia lakukan kepadaku. Aku pikir ini masih kurang,” balas Nopamat.

Ting berusaha untuk memberikan saran kepada Nopamat. Tapi Nopamat tidak mau mendengarkan. Dia tidak mau memohon kepada Arm supaya tetap tinggal di rumah. Dan dia harap Ting tidak ikut campur dalam urusan nya lagi.
“Pernikahan bukan kompetisi dan tentang kemenangan. Tapi memberi dan menerima. Jika kamu tidak bersedia mengalah, kamu akan hancur,” kata Ting, masih berusaha.
“Saran yang kamu berikan itu, apakah kamu sudah pernah menikah? Kamu tidak punya keluarga. Bagaimana bisa kamu mengajariku. Pergi. aku ingin sendirian,” balas Nopamat.
“Aku hanya ingin melihat mu bahagia. Kamu yang paling tahu, dimana kamu akan mendapatkan kebahagiaan itu,” balas Ting. Lalu dia pergi.

Nopamat diam sesaat, memikirkan nasihat Ting. Lalu dia pun berhenti meminum wine di gelas nya. Dan memberanikan diri untuk menelpon Arm.

Melihat Nopamat menelponnya, Arm malas untuk mengangkat nya. Jadi dia pun mematikan hp  nya. Melihat itu, Sunisa bertanya, siapa yang menelpon. Dan Arm diam. Lalu Nopamat menelpon ke hp Sunisa. Dan Arm menjelaskan kalau itu adalah orang yang menelpon nya barusan.
Dengan gugup Sunisa pun mengangkat telpon dari Nopamat.

“Sunisa. Apakah Khun Arm ada?” tanya Nopamat. Dan Sunisa menjawab tidak ada, lalu bertanya, ada masalah apa. “Jika dia menghubungin mu, atau jika kamu bisa menghubungin dia, bisakah kamu beritahu dia untuk menelpon ke rumah?” pinta Nopamat.
“Baiklah. Aku akan mencoba untuk menghubungin Khun Arm bagimu,” jawab Sunisa. Dan Nopamat berterima kasih padanya.

Lalu setelah itu, dengan sedih, Nopamat menangis lagi.

Sunisa memberitahu Arm, kalau Nopamat ingin Arm pulang ke rumah. Dan Arm menjawab bahwa dia tidak akan pulang, karena tidak ada hal baik yang di dapat nya, bahkan jika dia pulang ke rumah. Tapi Sunisa berpikir, kalau Arm seharus nya pulang, karena kali ini Nopamat terdengar lebih penurut, jadi mungkin ini bertanda baik.
“Kamu tidak tahu istriku. Dia hanya baik beberapa hari saja. Dan kemudian, dia akan kembali menjadi sama lagi,” jelas Arm, tidak percaya.
“Tapi kali ini, dia bisa benar- benar berubah. Dan kamu tidak akan pernah tahu, kecuali kamu memberi nya kesempatan. Cobalah lagi,” balas Sunisa.

Arm penasaran, jenis orang seperti apa Sunisa sebenarnya. Daripada membuat diri sendiri bahagia, Sunisa malah mendorong nya menjauh untuk biar seseorang lain bahagia. Dan Sunisa menjelaskan bahwa dia bisa menahan Arm, tapi itu egois namanya.
Sunisa lalu berbaring di bahu Arm. “Cinta adalah egois, tidak akan pernah puas,” katanya. Dan dengan lembut, Arm memegang tangan Sunisa.

Yai menatap aneh kepada Urawee. Dengan heran, Urawee pun bertanya ada apa. Dan Yai bertanya, kemana Urawee pergi semalam sebelum pulang ke rumah. Urawee menjawab kalau dia pergi ke kantor untuk melakukan sesuatu.
“Jangan berbohong kepadaku. Kamu berani berbohong kepadaku sekarang?! Aku sudah tahu segala yang kamu lakukan,” kata Yai, marah.

Flash back
Fae terkejut melihat video Urawee yang melemparkan kondom kepada Unthiga, beredar di internet. Duang lalu datang dan mengomeli Fae, karena Fae malah bermain hp saat sedang bekerja. Lalu Yai menanyakan, ada apa. Tapi Fae menyembunyikan hp nya. Dengan heran, Yai dan Duang pun meminta hp Fae. Dan Fae pun memberikan hp nya dengan terpaksa kepada mereka.
Lalu saat Yai dan Duang melihat video tersebut, mereka berdua merasa terkejut.
Flash back end

Yai menyuruh Urawee untuk memandang nya dan jujur. Dengan raut bersalah, Urawee mengakui kalau dia telah berbohong kepada Yai, tapi itu karena dia tidak ingin mengecewakan siapapun. Dan Yai mengatakan bahwa dia sangat kecewa kepada Urawee, karena telah berbohong dan melakukan hal yang tidak sepantas nya.
Urawee lalu berlutut di depan Yai, dan meminta maaf. Tapi Yai tidak mau memaafkan Urawee, sampai dia yakin kalau Urawee tidak akan balas dendam lagi.

“Kamu tidak tahu, apa yang Oun lakukan untuk melukai ku. Dia menipu Nik untuk percaya bahwa dia mencintai nya. Dan dia tidur dengan Nik juga,” kata Urawee, membela diri. “Dan foto Nik dikirim kan oleh dia kepadaku. Aku sudah berhenti, tapi dia tidak. Aku tidak tahan.”
“Aku tahu, apa yang Oun lakukan padamu dan tentang Nik,” balas Yai.
Mendengar itu, Duang langsung mendekat. Dia jadi mengerti alasan kedatangan Arm hari itu, yaitu untuk meminta maaf menggantikan Unthiga. Dengan terkejut, Urawee bertanya, apakah itu benar. Dan Yai membenarkan.

Duang tidak merasa senang. Dia mengatai Arm dan Nopamat yang tidak bisa mengajari putri sendiri dengan baik. Dan Yai menyuruh Duang untuk berhenti mengumpat. Tapi Duang tidak mau berhenti, dan dia membela Urawee, menurutnya apa yang Urawee lakukan masih terlalu sedikit dibandingkan mereka. Dengan tegas, Yai menyuruh Duang untuk diam.
“Ma …”
“Diam! Apa aku berbeda dari mereka? Aku mengajari anak ku dan cucu ku untuk berpikir serta melakukan kebaikan, tapi tidak ada yang mendengar kan ku. Jika begitu, aku tidak ada bedanya dari mereka,” keluh Yai.

Duang dan Urawee merasa menyesal. Tapi Yai tidak mau peduli lagi, karena dia capek dan sudah tidak tahan lagi. Setelah mengatakan itu, Yai pun pergi. Dan Duang segera mengikuti nya. Sementara Urawee, dia menangis.

Pagi hari. Ampu memberikan uang kepada, Tom untuk membayar tagihan telpon Tom, sehingga Tom bisa menghubungin nya jika ada apapun. Dan Tom pun mengambil nya. Lalu dengan heran, karena melihat Tom hanya memakai kaus, maka Ampu bertanya, apakah Tom tidak akan pergi ke sekolah. Dan Tom menjawab bahwa dia akan pergi.

Ampu kemudian menerima telpon dari Tanong, dan dia mengangkat nya. Tanong menelpon untuk memberitahu tentang video Urawee dan Unthiga yang beredar. Serta dia ingin tahu ada apa sebenar nya, sehingga Urawee begitu marah kepada Unthiga. Dan Ampu menjawab bahwa dia juga tidak tahu, karena dia belum yakin serta bingung sekarang.
“Percayai insting ku. Jangan jadi bodoh seperti Istri pertama mu,” kata Tanong, menasehati.
“Yeah. Aku tahu,” balas Ampu. Lalu dia mematikan telpon, dan berpikir.

Sebelum Urawee berangkat kerja, Duang menghampirinya dan meminta Urawee mengirimkan foto Unthiga bersama dengan Anik kepadanya, karena dia mau melihat nya. Namun Urawee, karena dia mau menuruti Yai dan menghapus foto tersebut. Tapi Duang mendesak Urawee, untuk setidaknya memperlihatkan foto itu kepadanya sebelum menghapusnya. Dan Urawee pun menunjukan nya.
Setelah melihat foto itu, Duang terkejut. Lalu dia bertanya, apakah Urawee benar akan menghapus foto tersebut. Dan Urawee mengiyakan, tapi sebelum itu, dia akan menyebarkan foto itu.

“Tapi kamu akan menjadi malu juga. Rencana ini tidak okay. Gunakan rencana lain,” kata Duang, menyarankan.
“Apa maksud mu, bi? Kamu mau aku tidak mematuhi nenek?” tanya Urawee, kaget.
Duang menjelaskan bahwa dia tidak akan melakukan sesuatu, yang bisa dilihat Yai dan membuat Yai kecewa. Tapi bukan berarti, dia akan berhenti balas dendam. Dan dia yakin Urawee juga berpikir seperti dirinya.
“Ya,” kata Urawee, membenarkan.
“Angkat wajahmu. Kamu tidak melakukan kesalahan apapun. Kamu memberikan pelajaran bagi orang berdosa. Jadi mereka tidak akan berdosa dan melukai siapapun lagi. Apa yang kamu lakukan adalah benar,” jelas Duang.

Urawee mengaku kalau dia merasa bersalah kepada Yai. Dan Duang mengerti. Namun dia sudah siap untuk pergi ke neraka nanti nya, dan dia tidak akan membohongin diri nya sendiri bahwa dia tidak marah kepada orang- orang itu. Karena dia telah berjanji kepada Ibu Urawee, kalau dia akan melindungin Urawee sampai akhir.
“Terima kasih,” kata Urawee, terharu.
“Kita bisa meminta maaf dan memohon pengampunan Nenek, ketika segalanya telah selesai,” jelas Duang. Lalu dia pun membiarkan Urawee untuk berangkat bekerja.
Unthiga duduk dengan malas di ruang makan. Saat pelayan datang membawakan makanan, dia menolak untuk makan.

Anik berbaring di sofa sambil minum- minum bir. Lalu setelah itu, dia menelpon Unthiga.
Melihat Anik menelponnya, Unthiga merasa malas untuk menjawab. Jadi dia pun tidak mengangkat nya, tapi Anik terus saja menelpon nya. Dan dia pun tetap tidak mau mengangkat nya.
Anik menaruh hp nya ke atas meja dengan kesal. Lalu dia berbaring kembali di sofa dengan lemas.

Seperti mendapatkan sebuah ide bagus, Unthiga menatap hp nya. Lalu dia menelpon Anik. Dan ketika Anik menjawab telponnya. Dia langsung berbicara to the point, dia mengajak Anik untuk bertemu dan berbicara.
“Mengapa kemarin malam kamu tidak berbicara di depan kedua orangmu?Apa kamu menggunakan ku sebagai alat untuk melukai Wee?” tanya Anik, curiga.
“Kamu salah paham padaku. Aku butuh waktu. Kamu tidak bisa buru- buru memberitahu orang tua ku begitu saja. Menggunakan mu sebagai alat, apa Wee yang menuduh ku itu?” balas Unthiga.

Anik memperingatkan kalau Unthiga tidak berhak berbicara seperti itu tentang Urawee. Lalu dia menjelaskan bahwa dia berniat untuk bertanggung jawab untuk apa yang telah di lakukan nya kepada Unthiga.
Dan Unthiga menjawab bahwa dia butuh waktu untuk membuat keputusan, dan dia punya alasan yang tidak bisa di beritahukan nya kepada siapapun. Karena ini masalah antara mereka berdua. Jadi dia ingin bertemu dengan Anik.
“Kapan dan dimana? Aku akan cepat ke sana,” jawab Anik, setuju.

Setelah setelai bertelponan dengan Anik. Unthiga memakan buah anggur dengan bersemangat. Lalu dia menelpon teman nya. Dia menyuruh temannya itu untuk mengurus foto dirinya yang tersebar di media sosial sekarang, dia ingin itu semua di hapus, atau dia akan menuntut. Serta dia menginginkan beberapa orang pria untuk membantu nya.
“Terima kasih, sahabat ku,” kata Unthiga dengan puas. Lalu dia pun bersiap untuk berangkat.
Sebelum Unthiga berangkat, Ting memanggilnya, karena Unthiga belum ada makan sarapan. Dan Unthiga bertanya, apakah Ting sangat kecewa pada nya sekarang. Ting menghela nafas dan tidak menjawab.

“Jika ada yang harus di salahkan, maka orang itu adalah Urawee,” kata Unthiga dengan penuh kebencian. “Tapi jangan khawatir. Aku sudah punya solusi. Seseorang seperti ku tidak akan pernah menyerah dengan mudah,” jelas nya kepada Ting. Lalu dia pun pergi.
Tanpa bisa melakukan apapun, Ting pun hanya bisa diam saja.

Post a Comment

Previous Post Next Post