Sinopsis Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 6 –
part 3
Network : Channel 3
Urawee
bersiap untuk tidur. Tapi disaat itu, Ampu malah menelponnya. Membuat mood nya
rusak, tapi dia tetap mengangkat nya.
Ampu heran,
karena Urawee telah mengangkat telponnya, tapi tidak ada bersuara. Jadi dia pun
diam dan menunggu.
Dengan tidak
sabaran, Urawee menyuruh Ampu untuk berbicara langsung. Dan Ampu meminta maaf.
Dengan ketus, Urawee menebak kalau Ampu pasti merasa bersalah karena sudah
tidak mempercayai nya dan membawa kondom barusan pulang. Mendengar itu, Ampu
terkejut.
“Aku minta
maaf sudah tidak mempercayai mu. Tapi tidak dengan kondom nya,” jelas Ampu.
“Tentang Khun Oun dan Khun Anik. Mereka … akan segera menikah.”
Mendengar
itu, Urawee terkejut dan terdiam. Dengan heran, Ampu pun memanggil nya. “Aku
mendengarkan,” jawab Urawee, saat tersadar.
Dengan
perhatian, Ampu bertanya, bagiamana keadaan Urawee. Dan Urawee menjawab bahwa
dia baik. Tapi Ampu tidak percaya. Urawee pun memujinya, karena sudah semakin
pintar sekarang dan tidak mudah mempercayai orang lagi.
Kemudian
setelah itu, Urawee pun langsung mematikan telpon nya.
“Aku
khawatir padamu. Dan aku akan menjadi pendukung moral mu,” gumam Ampu, tulus.
“Aku berharap kamu bisa bertambah kuat lebih cepat.”
Nopamat
terus meminum wine sambil merenungkan segala nya. Melihat itu, dengan perhatian
Ting menghampiri nya, dan bertanya, apakah Nopamat tidak akan tidur. Dan
Nopamat menjawab kalau dia tidak sedang ngantuk.
“Bagaimana
tentang Khun Arm? Sebenarnya ini bukan urusan ku. Tapi apakah kamu baik- baik
saja untuk mengusir Khun Arm keluar dari rumah?” tanya Ting.
“Kamu lihat,
apa yang dia lakukan kepadaku. Aku pikir ini masih kurang,” balas Nopamat.
Ting
berusaha untuk memberikan saran kepada Nopamat. Tapi Nopamat tidak mau
mendengarkan. Dia tidak mau memohon kepada Arm supaya tetap tinggal di rumah.
Dan dia harap Ting tidak ikut campur dalam urusan nya lagi.
“Pernikahan
bukan kompetisi dan tentang kemenangan. Tapi memberi dan menerima. Jika kamu
tidak bersedia mengalah, kamu akan hancur,” kata Ting, masih berusaha.
“Saran yang
kamu berikan itu, apakah kamu sudah pernah menikah? Kamu tidak punya keluarga.
Bagaimana bisa kamu mengajariku. Pergi. aku ingin sendirian,” balas Nopamat.
“Aku hanya
ingin melihat mu bahagia. Kamu yang paling tahu, dimana kamu akan mendapatkan
kebahagiaan itu,” balas Ting. Lalu dia pergi.
Nopamat diam
sesaat, memikirkan nasihat Ting. Lalu dia pun berhenti meminum wine di gelas
nya. Dan memberanikan diri untuk menelpon Arm.
Melihat
Nopamat menelponnya, Arm malas untuk mengangkat nya. Jadi dia pun mematikan
hp nya. Melihat itu, Sunisa bertanya,
siapa yang menelpon. Dan Arm diam. Lalu Nopamat menelpon ke hp Sunisa. Dan Arm
menjelaskan kalau itu adalah orang yang menelpon nya barusan.
Dengan gugup
Sunisa pun mengangkat telpon dari Nopamat.
“Sunisa.
Apakah Khun Arm ada?” tanya Nopamat. Dan Sunisa menjawab tidak ada, lalu
bertanya, ada masalah apa. “Jika dia menghubungin mu, atau jika kamu bisa
menghubungin dia, bisakah kamu beritahu dia untuk menelpon ke rumah?” pinta
Nopamat.
“Baiklah.
Aku akan mencoba untuk menghubungin Khun Arm bagimu,” jawab Sunisa. Dan Nopamat
berterima kasih padanya.
Lalu setelah
itu, dengan sedih, Nopamat menangis lagi.
Sunisa
memberitahu Arm, kalau Nopamat ingin Arm pulang ke rumah. Dan Arm menjawab
bahwa dia tidak akan pulang, karena tidak ada hal baik yang di dapat nya, bahkan
jika dia pulang ke rumah. Tapi Sunisa berpikir, kalau Arm seharus nya pulang,
karena kali ini Nopamat terdengar lebih penurut, jadi mungkin ini bertanda
baik.
“Kamu tidak
tahu istriku. Dia hanya baik beberapa hari saja. Dan kemudian, dia akan kembali
menjadi sama lagi,” jelas Arm, tidak percaya.
“Tapi kali
ini, dia bisa benar- benar berubah. Dan kamu tidak akan pernah tahu, kecuali
kamu memberi nya kesempatan. Cobalah lagi,” balas Sunisa.
Arm
penasaran, jenis orang seperti apa Sunisa sebenarnya. Daripada membuat diri
sendiri bahagia, Sunisa malah mendorong nya menjauh untuk biar seseorang lain
bahagia. Dan Sunisa menjelaskan bahwa dia bisa menahan Arm, tapi itu egois
namanya.
Sunisa lalu
berbaring di bahu Arm. “Cinta adalah egois, tidak akan pernah puas,” katanya.
Dan dengan lembut, Arm memegang tangan Sunisa.
Yai menatap
aneh kepada Urawee. Dengan heran, Urawee pun bertanya ada apa. Dan Yai
bertanya, kemana Urawee pergi semalam sebelum pulang ke rumah. Urawee menjawab
kalau dia pergi ke kantor untuk melakukan sesuatu.
“Jangan
berbohong kepadaku. Kamu berani berbohong kepadaku sekarang?! Aku sudah tahu
segala yang kamu lakukan,” kata Yai, marah.
Flash back
Fae terkejut
melihat video Urawee yang melemparkan kondom kepada Unthiga, beredar di
internet. Duang lalu datang dan mengomeli Fae, karena Fae malah bermain hp saat
sedang bekerja. Lalu Yai menanyakan, ada apa. Tapi Fae menyembunyikan hp nya.
Dengan heran, Yai dan Duang pun meminta hp Fae. Dan Fae pun memberikan hp nya
dengan terpaksa kepada mereka.
Lalu saat
Yai dan Duang melihat video tersebut, mereka berdua merasa terkejut.
Flash back
end
Yai menyuruh
Urawee untuk memandang nya dan jujur. Dengan raut bersalah, Urawee mengakui
kalau dia telah berbohong kepada Yai, tapi itu karena dia tidak ingin mengecewakan
siapapun. Dan Yai mengatakan bahwa dia sangat kecewa kepada Urawee, karena
telah berbohong dan melakukan hal yang tidak sepantas nya.
Urawee lalu
berlutut di depan Yai, dan meminta maaf. Tapi Yai tidak mau memaafkan Urawee,
sampai dia yakin kalau Urawee tidak akan balas dendam lagi.
“Kamu tidak
tahu, apa yang Oun lakukan untuk melukai ku. Dia menipu Nik untuk percaya bahwa
dia mencintai nya. Dan dia tidur dengan Nik juga,” kata Urawee, membela diri.
“Dan foto Nik dikirim kan oleh dia kepadaku. Aku sudah berhenti, tapi dia
tidak. Aku tidak tahan.”
“Aku tahu,
apa yang Oun lakukan padamu dan tentang Nik,” balas Yai.
Mendengar
itu, Duang langsung mendekat. Dia jadi mengerti alasan kedatangan Arm hari itu,
yaitu untuk meminta maaf menggantikan Unthiga. Dengan terkejut, Urawee
bertanya, apakah itu benar. Dan Yai membenarkan.
Duang tidak
merasa senang. Dia mengatai Arm dan Nopamat yang tidak bisa mengajari putri
sendiri dengan baik. Dan Yai menyuruh Duang untuk berhenti mengumpat. Tapi
Duang tidak mau berhenti, dan dia membela Urawee, menurutnya apa yang Urawee
lakukan masih terlalu sedikit dibandingkan mereka. Dengan tegas, Yai menyuruh
Duang untuk diam.
“Ma …”
“Diam! Apa
aku berbeda dari mereka? Aku mengajari anak ku dan cucu ku untuk berpikir serta
melakukan kebaikan, tapi tidak ada yang mendengar kan ku. Jika begitu, aku
tidak ada bedanya dari mereka,” keluh Yai.
Duang dan
Urawee merasa menyesal. Tapi Yai tidak mau peduli lagi, karena dia capek dan
sudah tidak tahan lagi. Setelah mengatakan itu, Yai pun pergi. Dan Duang segera
mengikuti nya. Sementara Urawee, dia menangis.
Pagi hari.
Ampu memberikan uang kepada, Tom untuk membayar tagihan telpon Tom, sehingga
Tom bisa menghubungin nya jika ada apapun. Dan Tom pun mengambil nya. Lalu dengan
heran, karena melihat Tom hanya memakai kaus, maka Ampu bertanya, apakah Tom
tidak akan pergi ke sekolah. Dan Tom menjawab bahwa dia akan pergi.
Ampu
kemudian menerima telpon dari Tanong, dan dia mengangkat nya. Tanong menelpon
untuk memberitahu tentang video Urawee dan Unthiga yang beredar. Serta dia
ingin tahu ada apa sebenar nya, sehingga Urawee begitu marah kepada Unthiga.
Dan Ampu menjawab bahwa dia juga tidak tahu, karena dia belum yakin serta
bingung sekarang.
“Percayai
insting ku. Jangan jadi bodoh seperti Istri pertama mu,” kata Tanong,
menasehati.
“Yeah. Aku
tahu,” balas Ampu. Lalu dia mematikan telpon, dan berpikir.
Sebelum
Urawee berangkat kerja, Duang menghampirinya dan meminta Urawee mengirimkan
foto Unthiga bersama dengan Anik kepadanya, karena dia mau melihat nya. Namun
Urawee, karena dia mau menuruti Yai dan menghapus foto tersebut. Tapi Duang
mendesak Urawee, untuk setidaknya memperlihatkan foto itu kepadanya sebelum
menghapusnya. Dan Urawee pun menunjukan nya.
Setelah
melihat foto itu, Duang terkejut. Lalu dia bertanya, apakah Urawee benar akan
menghapus foto tersebut. Dan Urawee mengiyakan, tapi sebelum itu, dia akan
menyebarkan foto itu.
“Tapi kamu
akan menjadi malu juga. Rencana ini tidak okay. Gunakan rencana lain,” kata
Duang, menyarankan.
“Apa maksud
mu, bi? Kamu mau aku tidak mematuhi nenek?” tanya Urawee, kaget.
Duang
menjelaskan bahwa dia tidak akan melakukan sesuatu, yang bisa dilihat Yai dan
membuat Yai kecewa. Tapi bukan berarti, dia akan berhenti balas dendam. Dan dia
yakin Urawee juga berpikir seperti dirinya.
“Ya,” kata
Urawee, membenarkan.
“Angkat
wajahmu. Kamu tidak melakukan kesalahan apapun. Kamu memberikan pelajaran bagi
orang berdosa. Jadi mereka tidak akan berdosa dan melukai siapapun lagi. Apa
yang kamu lakukan adalah benar,” jelas Duang.
Urawee
mengaku kalau dia merasa bersalah kepada Yai. Dan Duang mengerti. Namun dia
sudah siap untuk pergi ke neraka nanti nya, dan dia tidak akan membohongin diri
nya sendiri bahwa dia tidak marah kepada orang- orang itu. Karena dia telah
berjanji kepada Ibu Urawee, kalau dia akan melindungin Urawee sampai akhir.
“Terima
kasih,” kata Urawee, terharu.
“Kita bisa
meminta maaf dan memohon pengampunan Nenek, ketika segalanya telah selesai,”
jelas Duang. Lalu dia pun membiarkan Urawee untuk berangkat bekerja.
Unthiga
duduk dengan malas di ruang makan. Saat pelayan datang membawakan makanan, dia
menolak untuk makan.
Anik
berbaring di sofa sambil minum- minum bir. Lalu setelah itu, dia menelpon
Unthiga.
Melihat Anik
menelponnya, Unthiga merasa malas untuk menjawab. Jadi dia pun tidak mengangkat
nya, tapi Anik terus saja menelpon nya. Dan dia pun tetap tidak mau mengangkat
nya.
Anik menaruh
hp nya ke atas meja dengan kesal. Lalu dia berbaring kembali di sofa dengan
lemas.
Seperti
mendapatkan sebuah ide bagus, Unthiga menatap hp nya. Lalu dia menelpon Anik.
Dan ketika Anik menjawab telponnya. Dia langsung berbicara to the point, dia mengajak Anik untuk bertemu dan berbicara.
“Mengapa
kemarin malam kamu tidak berbicara di depan kedua orangmu?Apa kamu menggunakan
ku sebagai alat untuk melukai Wee?” tanya Anik, curiga.
“Kamu salah
paham padaku. Aku butuh waktu. Kamu tidak bisa buru- buru memberitahu orang tua
ku begitu saja. Menggunakan mu sebagai alat, apa Wee yang menuduh ku itu?”
balas Unthiga.
Anik memperingatkan
kalau Unthiga tidak berhak berbicara seperti itu tentang Urawee. Lalu dia
menjelaskan bahwa dia berniat untuk bertanggung jawab untuk apa yang telah di
lakukan nya kepada Unthiga.
Dan Unthiga
menjawab bahwa dia butuh waktu untuk membuat keputusan, dan dia punya alasan
yang tidak bisa di beritahukan nya kepada siapapun. Karena ini masalah antara
mereka berdua. Jadi dia ingin bertemu dengan Anik.
“Kapan dan
dimana? Aku akan cepat ke sana,” jawab Anik, setuju.
Setelah
setelai bertelponan dengan Anik. Unthiga memakan buah anggur dengan
bersemangat. Lalu dia menelpon teman nya. Dia menyuruh temannya itu untuk
mengurus foto dirinya yang tersebar di media sosial sekarang, dia ingin itu
semua di hapus, atau dia akan menuntut. Serta dia menginginkan beberapa orang
pria untuk membantu nya.
“Terima
kasih, sahabat ku,” kata Unthiga dengan puas. Lalu dia pun bersiap untuk
berangkat.
Sebelum
Unthiga berangkat, Ting memanggilnya, karena Unthiga belum ada makan sarapan.
Dan Unthiga bertanya, apakah Ting sangat kecewa pada nya sekarang. Ting
menghela nafas dan tidak menjawab.
“Jika ada
yang harus di salahkan, maka orang itu adalah Urawee,” kata Unthiga dengan
penuh kebencian. “Tapi jangan khawatir. Aku sudah punya solusi. Seseorang
seperti ku tidak akan pernah menyerah dengan mudah,” jelas nya kepada Ting.
Lalu dia pun pergi.
Tanpa bisa
melakukan apapun, Ting pun hanya bisa diam saja.