Network : Channel
3
Ya, mantan pacar Fae. Dia datang menemui Fae di rumah untuk meminjam uang.
Hari itu, setelah dia ketahuan oleh Ayah nya melakukan kekerasan, dia langsung
diusir dari rumah, tanpa sepeser uang pun serta tidak memiliki tempat tujuan.
Dan tentu saja, Fae menolak untuk meminjamkan uang padanya. Karena apa yang
telah Ya lakukan kepadanya.
“Fae, dengarkan aku!” pinta Ya sambil menarik tangan Fae dengan paksa.
Melihat keributan itu, Duang langsung mendekati mereka dan menlindungi
Fae. Dia menanyai, siapa Ya. Dan Fae pun menjelaskan kalau Ya adalah mantan
pacar nya serta orang yang telah memukuli Tom. Mengetahui itu, Duang sangat
terkejut dan langsung menyuruh Fae untuk masuk ke dalam rumah. Lalu dia
menyuruh Klip untuk segera menelpon polisi.
“Bibi! Aku tidak akan melukai dia. Aku hanya ingin meminjam uang,” jelas
Ya.
“Meminjam uang? Setelah apa yang kamu lakukan kepadaku, kamu masih
berani untuk meminjam uang ku? Apa kamu tidak punya otak? Keluar sekarang!
Jangan biarkan aku melihat wajah mu lagi! Keluar!” balas Fae dengan tegas. Lalu
dia mengajak Duang serta Klip untuk masuk ke dalam saja.
Ya berteriak bahwa dia melakukan ini karena dia mencintai Fae. Dia
memukuli Tom karena dia cemburu kepada Fae. Dan dia bertanya, apakah Fae masih
tidak bisa mengerti.
Dengan tenang Fae balas bertanya, apakah karena Ya sangat mencintainya,
maka dia harus merasa tersanjung. Kepadahal Ya pernah menjadikan nya sebagai
taruhan dalam balapan gila. Jadi haruskah dia merasa berterima kasih juga untuk
itu.
Mendengar itu, Duang merasa terkejut, karena baru tahu. “Oi! Anak muda! Cukup! Jangan gunakan cinta sebagai alasan. Orang yang saling mencintai tidak akan melakukan ini,” jelas nya, menasehati Ya.
“Bibi. Pikirkan dirimu sendiri,” balas Ya, tidak sopan.
Fae langsung membela Duang dan memarahi Ya supaya jangan menghina bibi
nya. Dengan tenang, Duang membuat Fae mundur, dan memberitahu kalau dia bisa
mengurus nya.
“Hey! Bahkan jika aku wanita tua yang belum menikah, tapi aku tahu seperti apa cinta sejati itu. Itu pastinya bukan apa yang kamu lakukan kepada Fae. Dan lihat kondisi mu sekarang. Siapa yang bisa mencintai mu? Sebelum kamu mencintai seseorang. Cintai dan urus dirimu sendiri dulu,” jelas Duang dengan tegas. Lalu dia mengajak Fae dan Klip untuk masuk ke dalam.
Ya memanggil Fae lagi. Tapi Duang langsung memperingatkan nya supaya
jangan mengikuti mereka. Lalu dia menyuruh pelayan untuk menutup pintu gerbang.
Dan secara otomatis pintu gerbang tertutup. Dengan terpaksa Ya pun pergi
darisana.
Urawee dan Ampu saling bersikap salah tingkah dihadapan satu sama lain.
Mereka tidak berani untuk memulai obrolan. Mereka hanya berani untuk menyapa
saja. lalu mereka tidak berani untuk saling bertatapan masuk. Mereka hanya
berani untuk saling melirik saja.
Sayang nya, ketika mereka saling melirik, mereka tidak berada dalam timing yang pas. Ketika Urawee melirik ke arah Ampu, Ampu sedang berbicara dengan karyawan. Ketika Ampu melirik ke arah Urawee, Urawee telah membalik kan badan nya.
Lalu pada lirikan kedua, akhirnya mata mereka saling bertatapan.
Kemudian secara bersamaan mereka saling memanggil satu sama lain. Dan Urawee
pun mempersilah kan Ampu untuk berbicara duluan.
“Mm… aku mendapatkan tiket ke pameran Yoji Yamamoto. Dan aku ingat kamu
suka pada nya, jadi …” jelas Ampu. Lalu dia menunjukan dua tiket yang dimiliki
nya.
Melihat itu, Urawee juga mengeluarkan dua tiket yang dimilikinya. Dan
mereka saling mengundang satu sama lain untuk pergi ke pameran itu bersama.
Lalu saat menyadari kalau mereka memiliki pemikiran yang mirip, mereka berdua
pun tertawa.
Unthiga semakin tidak senang melihat itu.
Arm tidak berselera makan, karena dia merasa kecewa pada Urawee dan
Unthiga. Dia bertanya- tanya apa yang harus dilakukannya untuk menghentikan
bertengkaran mereka berdua. Dan Sunisa memberitahukan pendapat nya sebagai
orang luar. Menurut nya apapun yang Arm katakan sekarang tidak akan berguna.
Tapi bukan berarti Arm harus menyerah. Yang Arm harus lakukan adalah membiarkan
Urawee dan Unthiga untuk terus bertengkar sampai mereka berdua bisa memikirkan
nya diri mereka sendiri.
“Aku percaya bahwa tidak peduli apa, saudara yang terikat oleh darah,
suatu hari mereka akan perbaikan,” jelas Sunisa.
“Jika ada orang yang bisa membuatku bahagia, itu adalah ketika aku
bersama dengan mu. Itu sangat bagus,” puji Arm. Dan Sunisa tersenyum senang.
Nopamat tiba- tiba menelpon, dan Sunisa pun mengangkatnya. Nopamat bertanya, apakah Arm ada bersama dengan Sunisa. Dan Sunisa berbohong bahwa dia sudah berada dirumah sekarang, sementara Arm pergi makan keluar bersama dengan klien.
“Makan bersama klien? Dimana?”
“Sukhumvit,” jawab Sunisa, berbohong.
Nopamat merasa sedikit ragu, karena sinyal hp Arm berada disekitar Charoen Krung. Mendengar itu, Sunisa merasa gugup, tapi dia terus berbohong dengan lancar. Dia menyakinkan kalau Arm memang sedang berada di Sukhumuvit. Lalu dia menanyakan darimana Nopamat tahu kalau Arm ada di Charoen Krung.
“Kemarin malam, aku memasang aplikasi pelacak dihp nya. Disana tampak
Arm sedang ada di Charoen Krung. Sa, apatermen mu ada disekitar sana kan? Check
kan untuk ku. Aku curiga dia sedang bersama seseorang disekitar sana,” jelas
Nopamat.
Sunisa merasa sangat terkejut, tapi dia berusaha untuk tetap tenang.
“Oh, sinyal hp Khun Arm ada di dekat sini, itu karena hp nya tertinggalan
ditempat ku. Dan Khun Arm beneran sedang ada di Sukhumvit,” jelas nya.
“Benarkah?”
“Ya. Tapi jangan khawatir. Aku akan menelpon restoran dan memberitahu
Khun Arm untuk segera pulang ke rumah.”
Mendengar itu, Nopamat merasa lega dan berterima kasih kepada Sunisa.
Tapi tetap saja dia merasa sedikit curiga.
Sunisa memberitahukan tentang app pelacak yang dipasang Nopamat dihp
Arm. Dan Arm pun langsung mengeluarkan hp nya untuk mengecek. Sunisa lalu
meminta Arm untuk segera pulang saja sekarang, dan tinggalkan hp nya kepada
nya, jadi Nopamat tidak akan curiga. Dan Arm pun mengerti.
“Aku minta maaf. Kamu kerepotan karena aku,” kata Arm.
“Tidak apa,” jawab Sunisa. Lalu mereka pun menghabiskan makanan mereka.
Unthiga bertemu dengan temannya dibar. Temannya memberitahu kalau
barusan dia melihat Ampu dan Urawee sedang ikut pameran di lantai atas, dan
mereka berdua tampak sangat dekat. Jadi dia penasaran, apakah itu berarti
Unthiga telah membuang Ampu untuk Urawee. Dan mendengar itu, Unthiga menatap
temannya itu dengan tajam. Dengan tidak nyaman, teman nya ini pun langsung
meminta maaf dan diam.
Si teman kemudian meminta uang kepada Unthiga untuk membayar para anak buah Ayahnya yang telah membantu Unthiga untuk memukuli Anik. Karena bagaimanapun ini diluar dari pekerjaan mereka. Dan Unthiga tidak mau, menurutnya itu hanya pekerjaan kecil saja, jadi dia tidak perlu membayar pada anak buah Ayah si teman.
Dengan kesal, si teman pun langsung cemberut. Dan Unthiga bertanya,
apakah si teman merasa kesal padanya. Dengan bermulut manis, si teman menjawab
bahwa dia tidak mungkin kesal. Dan dia memberikan ciuman kecil di pipi Unthiga.
Lalu dia pun pamit untuk pergi duluan.
“Pelacur serakah.
Kamu pikir kamu siapa? Suatu hari, aku akan membuat mu membayar nya,” pikir si teman
sambil menatap kesal pada Unthiga.
Teem, pria yang pernah ingin mengajak Unthiga untuk minum bareng dengan
paksaan, dan Anik memukul nya, sebab Teem tampak seperti ingin melecehkan
Unthiga. Dia datang ke bar dan memperhatikan dari jauh, Unthiga yang sedang
minum sendirian.
Anik datang ke bar dan melihat Unthiga juga. “Kaki mu pasti sudah baikan
sehingga kamu bisa jalan keluar.”
“Apa kamu ingin tahu? Jika mau, lihatlah sendiri. Tapi kamu perlu
berlutut ke bawah,” balas Unthiga. Dan Anik menolak, karena dia tidak suka
sesuatu yang rendahan, seperti seseorang. Unthiga dengan kesal mengabaikan
Anik.
Anik menjelaskan bahwa saat dia melihat Unthiga duduk sendirian disini,
maka dia pun datang menyapa Unthiga. Tapi tampaknya Unthiga sudah terbiasa
sendirian. Lalu dia pun permisi dan berjalan pergi.
“Wee berada diatas. Dia ikut pameran dengan Khun Ampu. Kamu tidak ingin pergi untuk mengecek nya?” panggil Unthiga, memanasi.
Dengan tajam, Anik pun menatap Unthiga. “Kamu harusnya berhenti menggunakan
orang lain sebagai alat mu. Tidak. Kamu perlu belajar dari kesalahanmu. Sesuatu
yang tidak bisa belajar adalah kerbau,” balas Anik, mengejek nya. Lalu dia pun
pergi ke tempat teman nya.
Dengan kesal, Unthiga pun langsung meminta bill kepada pelayan dan membayar nya. Setelah itu, dia pun berniat untuk pulang.
“Tunggu! Tinggal dan mengobrol lah denganku,” panggil Teem. Dan Unthiga
langsung menolak. Tapi Theem menahan tangan Unthiga supaya jangan pergi.
Melihat itu, Anik malas untuk membantu nya.
Teem berjanji kalau dia tidak akan bersikap kasar seperti hari itu. Jadi dia ingin Unthiga untuk menemani nya minum segelas saja. mendengar itu, Unthiga menatap kearah Anik yang tampak sedang memperhatikannya.
“Baiklah,” jawab Unthiga. Lalu dia menerima gelas minuman yang diberikan
kepadanya. Dan duduk bersama dengan Teem.
Ampu senang karena Urawee tampak sangat menikmati pameran. Dan juga
Urawee tampak sangat suka dengan pekerjaan mendesign. Urawee menjelaskan kalau
ini memang pekerjaan yang di sukainya, jika tidak, maka dia tidak akan
mengerjakan ini. Jadi menurut nya perkataan Ampu aneh.
“Mm… itu karena aku memperhatikan, wajahmu saat di kantor tidak tampak
sesenang ini. Wajahmu begitu …”
“Hey. Ketika aku di perusahaan, aku tidak stress karena pekerjaan. Tapi stress
karena seseorang. Kamu juga tahu,” balas Urawee.
Ampu sudah bisa menebak kalau orang yang dimaksud pasti adalah Unthiga.
Dan Urawee membenarkan. Ampu lalu menanyakan, kenapa Urawee dan Unthiga sangat
saling membenci. Seperti mereka berdua bisa saling membunuh satu sama lain.
“Ada banyak alasan yang membuat kami ingin saling membunuh satu sama
lain. Dan kamu salah satu penyebab nya. Apa kamu tahu, kalau Oun sangat
terobsesi padamu?” jawab Urawee.
“Benarkah?” balas Ampu sambil mendengus geli. “Kemudian apa yang bisa
aku lakukan untuk membantu mu?”
“Kemudian bisakah aku mengencanin mu?” tanya Ampu.
Mendengar itu, Urawee langsung menatap ke arah Ampu yang tampak sangat serius. Dan dia tersenyum senang melihat itu. Tapi dia tidak menjawab dan berjalan pergi. Dan sambil masih terus tersenyum, Ampu memperhatikan Urawee.
Melihat itu, Ton, teman Anik. Dia memberitahu Anik kalau tampaknya ada
yang tidak beres dengan Unthiga. Tapi Anik tidak peduli, karena menurutnya
Unthiga pasti bisa menjaga diri sendiri.
Unthiga menyuruh Teem untuk melepaskan nya, karena Teem membawanya ke
area kamar hotel. Dan Teem berbohong, dia mengatakan kalau dia berniat untuk
mengantar kan Unthiga pulang.
Karena tubuhnya sangat lemas, sehingga untuk berjalan saja tidak bisa,
maka Unthiga pun membiarkan Teem untuk membantu nya.
Ketika Teem membuka pintu kamar, Unthiga merasa panik dan ingin pergi.
Tapi Teem menahannya dan membawanya masuk ke dalam kamar hotel.
Anik memperhatikan dari belakang, orang yang sedang merekam Teem dan
Unthiga masuk ke dalam kamar hotel. Dan orang itu adalah teman Unthiga barusan.
“Dasar murahan! Aku harap kamu belajar dari ini sampai di kehidupan mu
yang selanjutnya, teman baik ku!” kata si teman dengan senang. Lalu dia pergi darisana.
Teem membaringkan Unthiga ditempat tidur.
Teem menyalakan perekam di hp nya. Lalu dia mendekati Unthiga dan menyentuh paha nya. Tapi sebelum dia bisa melakukan sesuatu yang lebih jauh, Anik datang dan langsung memukuli nya.
“Apa kamu ingin polisi untuk membuang mu ke kantor polisi?! Atau kamu
akan pulang ke Ibumu sekarang? Pilih!” ancam Anik. Lalu dia pun melemparkan
Teem ke lantai. Dan dengan takut Teem langsung merangkak untuk mengambil jas
nya. Lalu dia kabur darisana.
Tags:
Plerng Ruk Plerng Kaen