Sinopsis Plerng Ruk Plerng Kaen Episode 5 –
part 1
Network : Channel 3
“Khun Mae!!”
teriak Duang.
Mendengar
itu, Yai serta Fae pun langsung menghampirinya. Dan Duang memperlihatkan kertas
yang di tinggalkan oleh Urawee. Lalu setelah selesai membaca surat itu, Yai hampir saja akan pingsan. Dengan khawatir, Fae serta Duang langsung berteriak dan menahannya.
Nenek, Bibi Duang. Aku akan pergi jauh, tapi aku minta untuk
tidak memberitahu siapapun kemana aku pergi. Tolong jangan khawatirkan aku. Aku
akan menghubungin kalian, ketika aku sudah siap. Dan aku akan menjaga diriku
sendiri dengan baik. Kecuali sekarang, aku merasa sangat lemah, aku tidak ingin bertemu
siapapun. Khususnya Nik. Jika Nik masih datang mencariku, tolong minta dia
berhenti. Beritahu dia jangan ganggu lagi. Ketika aku merasa kuat. Aku akan
kembali menjadi Wee yang sama untuk setiap orang. Itu tidak akan lama. Aku
janji.
Wee menaiki
kendaraan pertanian, menuju ke arah perkabungan.
Pagi hari.
Tom sarapan dengan tenang. Dan Ampu menanyakan, berapa banyak biaya perbaikan
nya. Tapi Tom diam. Dan Ampu pun memberikan beberapa lembar uang kepadanya.
Namun Tom menolak, karena dia tidak menginginkan uang dari …
“Dari apa?”
tanya Ampu.
“Dari
sekarang, kamu tidak perlu memberiku uang lagi. Aku bisa menghasilkan nya
sendir, dan aku akan pindah keluar juga. Jadi aku tidak akan membebaninmu
lagi,” jawab Tom. Kemudian dia pun pergi.
Dengan
heran, Ampu memperhatikannya.
Ketika Ampu
telah keluar dari rumah, dan pergi. Mantan pacar Fae yang mengawasi rumah dari
jauh, dia merasa heran, kenapa Fae tidak keluar juga. Lalu dia pun menghubungin
kawannya, dan bertanya apakah Tom ada ke sekolah. Kemudian setelah itu, dia pun
menyalakan motornya dan melaju pergi.
Ting
memberikan obat kepada Nopamat. Dan Nopamat meminumnya. Lalu dia menyuruh Ting
untuk jangan memberitahu siapapun tentang ini, karena dia tidak ingin
dikasihanin. Dan Ting menjawab bahwa tidak seorang pun yang akan berpikir
begitu.
“Jangan
berbohong. Aku bukan anak kecil,” keluh Nopamat. Dan Ting pun mengiyakan.
Kemudian Nopamat meminta dibawakan wine. Dan Ting pun terpaksa mengiyakan.
Dikantor.
Arm menelpon Ting, dan menanyakan keadaan Nopamat. Dan Nopamat menjelaskan
bahwa Nopamat telah meminum obat, dan sedang beristirahat sekarang. Namun dia
minta supaya Arm tidak memberitahu Nopamat, kalau dia yang memberitahu.
“Aku tahu.
Dia tidak ingin siapapun untuk tahu bahwa sayapnya rusak sekarang. Baiklah.
Kamu jaga dia,” kata Arm,mengerti.
Sunisa
dengan terburu- buru masuk ke dalam kantor Arm, dan mengabarkan tentang Urawee
yang pergi dari rumah ntah kemana. Dan bahkan Urawee juga tidak bisa di
hubungin sekarang. Lalu setelah di telpon, Pam juga tidak tahu.
“Dan dimana
Pam sekarang?” tanya Arm.
“Aku akan
mencoba menelpon dia,” jawab Sunisa.
Pam sedang
menemanin Ibunya dirumah sakit, karena Ayahnya baru keluar dari ruang ICU. Lalu
ketika Ampu menelpon, dia pun mengangkat nya dan menceritakan tentang keadaan
Ayah nya. Dan Ampu mengucapkan semoga Ayah Pam bisa segera sembuh. Kemudian dia
menanyakan, apakah Pam tahu kemana Urawee, atau tempat yang mungkin di
kunjungin Urawee.
“Sekarang,
aku tidak bisa memikirkan apapun. Aku sangat stress. Dan pikiran ku tidak
karuan,” jawab Pam, tidak tahu.
“Tolong
pikirkan. Jika kamu tahu, bisakah kamu menelpon dan memberitahu ku?” pinta
Ampu.
Pam
bertanya, bukankan lebih baik bila mereka menunggu hingga Urawee baikan dan
pulang dengan sendirinya. Dan Ampu mengerti, hanya saja dia merasa cemas. Serta
ini sudah hampir waktunya untuk presentasi seragam penerbangan, jadi Urawee
harus membuat keputusan. Jika tidak, reputasi Urawee akan berada dalam bahaya.
Unthiga
tidak sengaja mendengar obrolan tersebut, dan dia pun mulai memikirkan sebuah
ide.
Duang serta
Fae merasa khawatir, kemana Urawee pergi. Namun dengan tenang, Yai menyuruh
mereka untuk menunggu saja, karena dia percaya kepada Urawee. Tapi Duang tidak
bisa percaya kepada seseorang yang sedang sedih dan terluka, karena orang itu
bisa saja melakukan sesuatu yang tidak mereka sangka. Dan Fae setuju dengan
Duang, sebab dirinya juga seperti itu.
“Mom,” kata
Duang, gelisah. Dan Yai memegang tangan nya supaya tidak berpikir buruk.
Ampu
memberitahukan kepada Fai, dan anggota tim nya, bahwa dia harus pergi, jadi
jika ada apa- apa, maka mereka bisa menelpon nya.
Lalu sesudah
Ampu pergi, gosip pun di mulai. Si penggosip senior memberitahukan kepada semua
nya kalau Anik dan Urawee sudah putus, lalu Urawee menjadi sangat sedih dan
kabur dari rumah. Dan sekarang tidak ada yang tahu dimana Urawee.
Unthiga
kemudian datang menghampiri mereka. Dengan sikap sok peduli kepada Urawee, dia
memberitahu semuanya bahwa gosip tersebut benar. Jika dirinya menjadi Urawee,
dia pasti juga akan seperti itu, jadi dia sangat mengerti Urawee. Sehingga dia
meminta bantuan mereka semua, jika ada yang tahu dimana Urawee berada, harap
memberitahunya.
Mendengar
itu, mereka semua pun mengiyakan. Dan merasa betapa baiknya Unthiga.
Setelah
memperhatikan seluruh ruangan, Unthiga pun baru tersadar kalau Ampu tidak ada
disana. Dan dia bertanya kemana Ampu. Dan mereka pun memberitahu bahwa
sepertinya Ampu pergi untuk mencari dimana Urawee.
Mengetahui
itu, Unthiga pun langsung buru- buru pergi.
Setibanya
dirumah Yai. Sunisa merasa cemas, dan mengingatkan Arm. Dan Arm menjelaskan
bahwa Urawee menjadi seperti ini karena Unthiga, jadi dia harus menunjukan
beberapa tanggung jawab. Ini lebih baik daripada tidak ada melakukan apapun.
Melihat
kedatangan nya, dengan sinis Duang bertanya kenapa Arm datang. Dan Yai
menenangkan nya untuk membiarkan Arm. Lalu dia bertanya, apakah Arm sudah
mendengar. Dan Arm mengiyakan, lalu menanyakan dimana Urawee berada.
“Jangan
khawatir. Wee bisa menjaga dirinya sendiri. Dia tidak lemah seperti Ibunya,
yang mati bunuh diri,” kata Duang dengan ketus, menyindir Arm.
“Apa kamu
ingin melihat ku mati sekarang? Sama seperti Ibu Wee?” tegur Yai. Dan dengan
kesal, Duang pun pergi meninggalkan mereka.
Arm
memberikan salam kepada Yai, dan meminta maaf. Dengan heran, Yai bertanya maaf
untuk apa, jika itu tentang Mariwan (Ibu Urawee), maka itu sudah berlalu lama,
dan dia sudah tidak marah lagi. Lalu kemudian dia menebak, apakah mungkin itu
karena Unthiga.
“Semua ini
karena aku. Jika …” jelas Arm, kesulitan. Dia tampak sangat menyesal.
“Jangan
minta maaf atas putrimu. Permintaan maaf mu tidak menyelesaikan masalah. Tapi
kamu perlu membuat putri mu berhenti. Bisakah kamu melakukan itu sekali saja?”
balas Yai, tegas.
Duang
memeluk foto kakak nya, Mariwan, sambil menangis. “Malee, tolong lindungin
putri mu ya. Jaga dia supaya selamat dan sehat. Aku tidak akan membiarkan
sejarah terulang. Di masa lalu, itu karena aku tidak cukup melindungin mu. Tapi
hari ini, aku akan melindungin Wee sampai akhir. Aku akan mati duluan,” kata
Duang, penuh tekad.
Saat
melewati kamar Mariwan, dan melihat itu, Yai pun berhenti. Menyadari itu, Duang
segera menyimpan foto Mariwan, lalu mendekati Yai.
Duang
menanyakan, apa yang Arm katakan. Dan Yai menjelaskan bahwa Arm meminta mereka
untuk mengabari nya jika Urawee menelpon.
“Itu saja?!”
tanya Duang, terkejut.
“Apa yang
kamu inginkan?” balas Yai. Dan Duang menjawab tidak ada, lalu dia pamit untuk
pergi mengurus toko. Sementara Yai, tetap duduk di sana.
Yai
mengingat saat Mariwan meninggal bunuh diri di dalam kamar itu. Saat itu dia merasa sangat sedih, karena walaupun
dia terus memanggil- manggil, tapi Mariwan tidak bisa menjawab lagi untuk
selamanya- lama nya.
Tags:
Plerng Ruk Plerng Kaen