Sinopsis Chinese Drama : All I Want For Love is You Episode 04
Je T’aime Bien Aussi
Images by : QQLive
Xiaoman belajar di kamarnya. Tapi,
untuk mengeja kata dalam bahasa inggris saja, dia sudah sangat kesulitan.
Dia saat sedang serius belajar,
malah ada seseorang yang mengetuk jendela kamarnya dari luar. Zhan Yue. Begitu
membuka jendelanya, Xiaoman langsung memarahinya. Ngapain Zhan Yue mengetuk
jendela kamarnya? Zhan Yue kan bisa masuk dari pintu depan rumah!
Zhan Yue memberitahu kalau dia
akan mengadakan pertandingan sepak bola persahabatan dengan Xie Sanjin. Tahun
lalu, mereka kalah dari kelas Sanjin. Dan besok, dia ingin membalas kekalahan
mereka tahun lalu dan mengajak Xiaoman untuk bergabung. Xiaoman dengan tegas
menolak, tidak tertarik.
Zhan Yue malah berusaha keras
membujuknya. Dan juga tidak ada gunanya Xiaoman duduk seharian di kamar dan
belajar. Xiaoman langsung menegaskan bahwa dia yakin jika ketekukan akan
mengalahkan kebodohan! Dia mengusir Zhan Yue untuk pergi dari rumahnya.
--
Esok hari,
Pertandingan sepak bola kelas
XII-2 (kelas Xiaoman dkk) melawan kelas Sanjin. Pertandingan berlangsung sengit
apalagi di dukung dengan teriakan supporter dari masing-masing kelas.
Sayangnya, di tengah pertandingan, salah satu anggota XII-2 terjatuh dan tidak
bisa melanjutkan pertandingan. Dan sialnya, malah tidak ada yang bisa menggantikan.
Alasannya macam-macam, ada yang sakit perut, mata rabun jauh yang minusnya udah
tinggi, sakit asma dan tidak pernah main bola.
Dan karena itu, Xiaoman
akhirnya menawarkan diri untuk bermain. Zuo An menatapnya dengan khawatir,
takut dia cedera. Kelas Sanjin juga meremehkan Xiaoman karena dia adalah
wanita. Dan ternyata, Xiaoman benar-benar jago bermain sepak bola.
Takut kalah, beberapa pemain
tim Sanjin, dengan sengaja menjatuhkan Xiaoman. Melihat Xiaoman terjatuh, Zuo
An langsung menghampirinya dengan panik. Sudah hampir terjadi perkelahian, jika
saja wasit tidak melerai dan tn. Wang (Kepala Sekolah) tidak turun tangan.
Zuo An mengulurkan tangan untuk
membantu Xiaoman berdiri. Sementara itu, team Sanjin masih saja menyangkal
telah sengaja menjatuhkan Xiaoman. Di tambah lagi, wasit tidak melihat jelas
kejadian saat itu karena pandangannya terhalangi oleh anggota team Sanjin.
Zuo An memuji permainan
Xiaoman. Dan berkata dia yang akan mengurus sisanya. Apa yang hendak Zuo An
lakukan?
Dia menghampiri wasit dan
berkata bahwa dia bisa membuktikan kalau Wang Lei sengaja menjatuhkan Xiaoman.
Cara membuktikannya? Dia menggambarkan posisi Wang Lei dan Xiaoman di buku-nya
dan mulai menerapkan perhitungan secara fisika dan bahkan menjelaskan dengan
istilah-istilah fisika. Yang intinya, karena Wang Lei sengaja menabrak Xiaoman,
maka arah jatuh Xiaoman jadi ke arah sini. Ribetlah pokoknya.
Yang mendengar saja tidak
mengerti. Tapi, karna Zuo An yang menjelaskan, pasti itu benar. Wang Lei masih
tidak percaya dan menuduh Zuo An yang asal omong saja. Zuo An berkata kalau
Wang Lei tidak percaya padanya, tanyakan saja langsung pada tn. Wang. Dia kan
ahli fisika terkenal di kota mereka.
Ketakutan, akhirnya, Wang Lei
mengakui perbuatannya. Dan dia langsung mendapatkan kartu merah dari wasit.
Pertandingan kembali di
lanjutkan. Xiaoman menjadi tambah bersemangat karna Zuo An sudah membela-nya
tadi. Dan dalam sekejap saja, Xiaoman sudah berhasi mencetak banyak gol. Dan
tentu saja, kemenangan di raih oleh kelas mereka.
Saking senangnya, Xiaoman
langsung menghampiri Zuo An dengan gembira. Zuo An memuji Xiaoman yang hari ini
sangatlah hebat. Xiaoman balas memujinya yang hari ini juga hebat. Dan dia
yakin bahwa kelak, teman-teman sekelas mereka akan sadar sudah salah menilai
Zuo An selama ini. Zuo An tiba-tiba saja menyebut Xiaoman yang sama seperti
planet Mars.
Xiaoman tidak mengerti pujian
dari Zuo An, dan malah salah mendengar pula, dia mengira Zuo An menyebutnya
‘bencana planet.’ Zuo An tertawa karena Xiaoman tidak mengerti akan pujiannya.
--
Di dalam kelas, Xiaoman masih
memikirkan makna kata ‘bencana planet’. Dia malah menyimpulkan, apakah Zuo An
menganggapnya membawa bencana?
Eh, di depan kelas, gang Zhan Yue sedang bertengkar dengan gang Yaola. Zhan Yue tidak terima karena
Yaola bilang bahwa Zuo An berjasa dalam kemenangan pertandingan tadi.
Jelas-jelas dia yang berlari di lapangan dan menendang bola, sementara Zuo An
hanya berbicara omong kosong saja.
Yaola menjelaskan kalau dia
tahu kalau Zhan Yue dan yang lain sudah berkerja keras tadi. Tapi, yang paling
penting adalah Zuo An membuat kelas XII-5 mengakui kecurangan mereka dan karena
itu, mereka jadi bisa membalikan keadaan dan memenangkan pertandingan.
Zhan Yue tetap tidak terima.
Pertandingan bola itu mengenai tendangan bola, bukan hanya bicara omong kosong.
Semua yang Zuo An katakan tadi hanyalah omong kosong untuk menipu lawan. Dia
tahu hal itu, tapi tetap tutup mulut karena Zuo An sedang membantu mereka.
Yaola tidak percaya. Zuo An
tidak mungkin menipu. Zhan Yue langsung menyebutnya bodoh. Yaola jadi kesal,
dia menyebut Zhan Yue yang bodoh.
Teman-teman yang lain akhirnya
iktu berpendapat juga kalau sebenarnya Zuo An tadi emang membantu mereka. Dan
juga mengenai ucapan Zuo An, ada teorinya, tapi mereka tidak tahu cara
menghitungnya hingga tidak tahu apakah yang Zuo An katakan benar atau tidak.
Xiaoman langsung menggeberak
meja dan berjalan maju ke depan. Dia memerintahkan Zhan Yue untuk berhenti
menjelekan Zuo An. Prestasi dan karakter Zuo An, semua juga tahu dengan jelas.
Dan juga, Zuo An bahkan tidak takut jika tn. Wang di panggil saat itu. Zuo An
itu sangat pintar, tidak mungkin berbuat hal bodoh. Yaola sangat senang dan
setuju dengan semua perkataan Xiaoman.
Salah satu teman Zhan Yue,
langsung mengingatkan bahwa selesai pertandingan tadi, Zuo An langsung di
panggil oleh tn. Wang. Kenapa? Pasti ada masalah. Zhan Yue baru tersadar dan
yakin kalau ada sesuatu.
--
tn. Wang memanggil Zuo An dan
guru Zhao menghadap padanya. tn. Wang menyuruh Zuo An untuk menghitung sekarang
juga di hadapannya, mengenai teori yang Zuo An katakan tadi di lapangan, yang
bisa membuktikan bahwa Wang Lei dari kelas XII-5 sengaja menabrak Zuo An. Jika
tadi, ada yang memanggilnya, bagaimana?
Zuo An secara jujur memberitahu
kalau dia tahu tadi tn. Wang sedang rapat, jadi tidak mungkin bisa di ganggu.
tn. Wang kehabisan kata. Zuo An
benar-benar pintar. Tahu kalau dia tadi tidak bisa di ganggu hingga membuat
omong kosong seperti tadi. Tapi, apa Zuo An tidak berpikir, bagaimana jika
kelas XII-5 menemuinya dan memintanya untuk menjelaskan teori ngawur Zuo An?
Bagaimana dia akan bisa menjelaskannya?
Guru Zhao berusaha membela Zuo
An dengan alasan kalau tadi mereka ingin mendapatkan keadilan. Kelas XII-5
bermain curang dan wasit malah bilang tidak melihat apapun.
tn. Wang langsung memarahi guru
Zhao yang tahu Zuo An tadi hanya mengada-ada, bukannya menghentikan, malah
hanya diam. Guru Zhao langsung membela diri. Dia kan guru Bahasa Inggris, mana
mengerti mengenai Fisika. Setelah mendengar ucapan tn. Wang sekarang, dia baru
tahu kalau Zuo An hanya mengada-ada tadi.
tn. Wang tidak ingin
memperpanjang masalah. Dia memberikan hukuman agar Zuo An mengerjakan ulang
latihan soal 3 hukum Newton seluruhnya dan kumpulkan kepadanya. Dia masih kesal
karena Zuo An berhasil menipu semua murid. Entah dia yang tidak pandai
mengajarkan fisika sehingga semua siswa tertipu ucapan Zuo An, atau Zuo An yang
terlalu pintar menipu mereka.
--
Begitu Zuo An kembali ke kelas,
Zhan Yue yang sudah mengintainya, langsung memanggil Zuo An dengan panggilan
‘penipu besar’. Semua langsung menegur Zhan Yue. Zhan Yue tidak peduli dan
hanya mendesak Zuo An agar memberitahu semuanya bahwa dia hanya berbohong tadi
mengenai hitung-hitungan tadi. Zuo An hanya diam, mengabaikan Zhan Yue.
Zhan Yue semakin kesal dan
mengomel panjang lebar. Yaola maju dan meminta Zuo An untuk menjelaskan kembali
mengenai hitungan yang Zuo An ucapkan, agar Zhan Yue bisa diam. Ketua Kelas
setuju dengan Yaola.
Zuo An ragu dan melirik sekilas
pada Xiaoman. Xiaoman sepertinya merasakan kalau Zuo An butuh pertolongan. Zuo
An sebenarnya sudah hendak mengaku kalau dia hanya berbohong. Tapi, sebelum dia
sempat mengaku, Xiaoman sudah berdiri dan memarahi mereka semua. Zuo An berniat
baik menolong kelas mereka tadi, tapi kenapa sekarang semuanya seperti
meragukannya? Dia tidak paham mengenai ilmu fisika yang rumit, dan bahkan jika
Zuo An menjelaskannya sekali lagi, dia juga tidak akan paham. Dan dia yakin,
bahwa banyak siswa yang sama sepertinya. Tapi, ini tidak menghalangi mereka
untuk percaya pada Zuo An.
Semua setuju dengan ucapan
Xiaoman dan tidak jadi bertanya lagi pada Zuo An. Zhan Yue tidak terima, hanya
dengan beberapa ucapan dari Xiaoman, semua langsung berubah pikiran. Dia malah
bertekad akan membongkar kebohongan Zuo An.
Xiaoman langsung berteriak
memarahinya masih saja terus membuat masalah. Dia bahkan menarik tangan Zhan
Yue dan memaksanya untuk kembali ke tempat duduknya.
--
Zuo An baru saja tiba di
rumahnya dengan di antarkan supir. Dan ternyata, Xiaoman dari tadi sudah
menunggunya. Dia meminta Zuo An untuk tidak usah tertekan. Hari ini, sebelum
pulang, hanya tersisa Zhan Yue dan beberapa orang saja yang menentang Zuo An. Dan
sebagian besar, percaya pada Zuo An. Xiaoman malah berkata kalau dia yakin
kalau Zuo An tidak akan berbohong pada orang.
Eh, Zuo An malah mengaku pada
Xiaoman kalau tadi dia berbohong. Dugaan Zhan Yue kali ini benar. Jika bukan
karna Xiaoman yang berdiri dan membelanya tadi, dia akan benar-benar malu tadi.
“Bagaimana mungkin? Kenapa kau
berbohong?” tanya Xiaoman masih sulit percaya.
“Karena…”
“Aku mengerti,” ujar Xiaoman,
memotong ucapan Zuo An. “Pasti demi… nama baik kelas, bukan? Pasti begitu. Zuo
An. Aku benar-benar tidak menyangka demi kelas kita, bahkan kamu tidak peduli
dengan nama baikmu sendiri. Sangat mengharukan. Tenang saja. Peristiwa hari
ini, aku pasti tidak akan membiarkan ada orang lain yang tahu.”
“Gu Xiaoman,” Zuo An hendak
memberitahu alasan sebenarnya berbohong.
“Tidak apa. Jangan merasa
terbebani. Kalau demi kelompok, itu mana bisa di sebut membohongi orang. Itu
namanya mengorbankan diri yang kecil untuk diri yang besar. Itu adalah jiwa
ksatria. Itu adalah target yang ingin ku capai. Aku secara pribadi,
berterimakasih padamu.”
Dan karena itu, Zuo An menyerah
memberitahu alasannya berbohong. Terserah Xiaoman jika ingin berpikir demikian.
Dan dia ingin Xiaoman ikut dengannya.
--
Zuo An membawa Xiaoman ke kedai
dekat rumah mereka (tempat mereka bertemu hari itu. Zuo An beli pena dan
Xiaoman beli pembalut). Zuo An mentraktir Xiaoman makan ice cream. Dia juga memuji
Xiaoman yang berjiwa ksatria. Xiaoman lah yang berkontribusi besar membuat
kelas mereka memenangkan pertandingan.
Xiaoman shock karena Zuo An
memujinya. Dia sampai makan ice cream dengan ekspresi linglung.
Zuo An kemudian menanyakan
keadaan lutut Xiaoman yang terluka karena terjatuh tadi. Xiaoman dengan
semangat menjawab kalau dia baik-baik saja. Luka kecil seperti ini bagi mereka
yang belajar bela diri hanyalah hal sepele. Zuo An berkata walau begitu, tetap
harus di obati.
Zuo An langsung membeli hansaplast
dan meminta Xiaoman menarik celananya ke atas (celana-nya, celana panjang). Dan
Zuo An menempelkan hansaplast itu pada lutut Xiaoman. Xiaoman sangat senang
akan hal kecil seperti itu.
Nenek penjaga kedai, tersenyum
melihat tingkah mereka berdua.
--
Esok hari,
Xiao Yue memberitahu Xiaoman
berita yang tersebar mengenai guru Zhao yang mulai mengunjugi rumah para siswa.
Seperti nya untuk mendiskusikan universitas apa yang akan mereka masuki. Waktu
cepat sekali berlalu. Dan sebentar lagi sudah mau ujian.
Mendengar kabar itu, Xiaoman
jadi stress. Memikirkan nilai dan universitas yang harus di masukinya.
Dan Zuo An menyadari hal
tersebut.
--
Malam hari,
Guru Zhao datang ke rumah
Xiaoman dan bicara dengan ayah Gu. Dia memberikan saran agar Xiaoman masuk ke universitas
jurusan olahraga. Ayah Gu setuju dan sangat bersemangat. Guru Zhao senang
karena ayah Gu setuju dengan saran darinya. Saran itu di dasarkan karena
melihat nilai Xiaoman yang akan sulit memasuki universitas biasa, tapi nilai
olahraga Xiaoman sangat bagus.
Sayangnya, Xiaoman menolak. Dia
tidak mau masuk ke universitas olahraga. Dia tidak mau mendaftar.
“Xiaoman, aku tahu impianmu
adalah menjadi guru. Tapi, kau juga harus tahu, dengan nilaimu sekarang, impian
dan kenyataan masih ada jarak yang jauh,” ujar guru Zhao.
Ayah Gu tampak terkejut saat
tahu kalau Xiaoman ingin menjadi guru.
Xiaoman masih tetap menolak
masuk universitas olahraga. Dia tidak mau menyerah begitu saja. Guru Zhao tdak
memaksa, dan menyuruh Xiaoman untuk memikirkan baik-baik saran darinya.
--
Di dalam kamarnya, Xiaoman
masih galau. Dia tahu kalau dia harus masuk universitas, tapi dia tidak tahu
universitas apa yang harus di capainya. Dan yang pasti, dia tidak akan bisa
menjadi teman sekolah Zuo An lagi. Zuo An akan keluar negeri, sementara dirinya,
masih belum tahu harus kemana.
Ayah Gu diam-diam mengintip ke
kamar Xiaoman. Dia juga tampak galau memikirkan Xiaoman.
--
Di rumahnya,
Zuo An sedang membaca buku,
tapi kemudian terpikir sesuatu. Dia menyalakan msn-nya dan mulai mengirim pesan
chat pada Xiaoman. Xiaoman yang kebetulan sedang menyalakan komputer, langsung
menjawab. Zuo An berpura-pura tidak mendengar jelas di sekolah tadi, mengenai
soal matematika yang harus mereka kerjakan. Apakah mereka di suruh mengerjakan
soal thn 2016?
Xiaoman mengiyakan. Zuo An
langsung bertanya lagi, apakah Xiaoman sudah selesai mengerjakannya? Xiaoman
sebelumnya belum mengerjakan sama sekali karena tidak mengerti, tapi dia
berbohong pada Zuo An kalau dia sedang mengerjakannya sekarang.
Zuo An langsung membalas kalau
dia bisa membantu mengajarkan Xiaoman jika ada yang tidak Xiaoman mengerti.
Xiaoman malah memilih untuk segera mengakhiri chat-an dengan alasan mau fokus
mengerjakan.
Zuo An tampak sedih. Dia tahu
kalau Xiaoman tidak bisa mengerjakan, tapi menghindarinya.
--
Xiaoman datang terlambat ke
kelas. Saat dia masuk, guru Zhao sudah ada di depan kelas. Xiaoman
menghampirinya dan memberitahu kalau dia sudah memikirkannya semalaman, dan dia
tetap tidak mau masuk ke universitas olahraga.
“Gu Xiaoman. Aku benar-benar
tidak mengerti kenapa kau bisa sangat tidak realistis begini,” ujar guru Zhao.
“Kau lihatlah ini. Ujian kecil kali ini, nilaimu di setiap mata pelajaran tidak
ada yang lulus. Kalau kau terus keras kepala seperti ini dan akhirnya gagal,
bagaimana?”
“Bu Guru, saya akan berusaha,”
ujar Xiaoman dengan suara sedih. Dia mengambil kertas hasil ujiannya dan menuju
tempat duduknya.
Zuo An memperhatikan-nya dan
tampak kasihan.
--
Malam hari,
Zuo An meletakkan banyak sekali
buku di meja belajarnya. Dia juga mengeluarkan sebuah buku kosong dan berkata
pada dirinya sendiri kalau dasar pengetahuan Xiaoman tidak bagus, jadi dia
tidak boleh menulis catatan dengan terlalu rumit.
Ya. Zuo An sedang membuat
catatan semua mata pelajaran khusus untuk Xiaoman. Dia menulisnya dengan bahasa
sederhana dan penjelasan yang tidak terlalu rumit, agar Xiaoman bisa mengerti.
--
Esok hari,
Begitu pulang dari sekolah, Zuo
An segera pergi ke rumah sakit dengan membawa buku catatan yang sudah di
buatnya untuk Xiaoman. Zuo An ke sana, berpura-pura menemui ayahnya dan dengan
sengaja, meninggalkan buku catatan tersebut di meja resepsionis saat ayah Gu
lewat.
Ayah Gu adalah satpam di rumah
sakit itu. Dia melihat buku yang tergeletak di meja dan memberikannya pada
resepsionis yang bertugas. Resepsionis langsung berkata kalau itu bukan buku
mereka, mungkin buku milik anak dekan Zuo yang tadi berdiri di sana.
Anak dekan Zuo adalah Zuo An.
Mengetahui buku itu milik Zuo An, ayah Gu langsung melihat isinya. Dia sangat
senang saat melihat buku itu penuh catatan pelajaran yang sederhana.
Ayah Gu langsung mencari Zuo An
di sekitar rumah sakit dan mengembalikan buku tersebut. Dia juga memuji buku
catatan Zuo An yang rapi, dan penuh penjelasan yang tidak rumit dan mudah di
pahami. Benar-benar barang berharga. Apakah dia boleh meminjamnya sebentar?
Untuk di fotokopi dan di berikan pada Xiaoman agar Xiaoman bisa belajar dari
buku itu.
Zuo An diam. Ayah Gu jadi tidak
enak, mengira kalau permintaan-nya kelewatan.
“Bukan begitu paman. Hanya saja
catatan ini, di tulis berdasarkan jalan pikiranku. Harus di jelaskan sendiri
olehku baru bisa di pahami,” ujar Zuo An.
“Tapi aku juga tidak bisa
memintamu datang ke rumah untuk mengajari Xiaoman,” gumam Ayah Gu.
“Aku bisa,” ujar Zuo An,
mendegar gumaman ayah Gu. “Aku bilang aku sangat bisa memahami Paman Gu, Anda
mengkhawatirkan kondisi Gu Xiaoman, ujian masuk universitas masih 200an hari
lagi. Kami ataupun kalian sebagai orang tua, semuanya bekerja keras. Aku bisa
memberikannya pelajaran tambahan. Tapi waktuku sudah diatur penuh oleh Ayah
aku. Aku hanya punya waktu di hari minggu pagi. Ada waktu dua jam.”
“Dua jam sudah cukup. Dua jam
baginya memiliki kemajuan yang sangat besar. Bagaimana aku berterima kasih
kepadamu ya?”
“Tidak perlu, aku sudah
seharusnya begini, Paman Gu. Aku dengan dia adalah teman sekolah dari TK.”
“Kalian berdua bersama di TK, kau
masih ingat. Tidak heran kalau belajarmu begitu bagus.”
“Oh iya, Paman Gu. Masalah ini
harus dirahasiakan dari orang luar,” pinta Zuo An dan paman Gu setuju.
--
Esok hari,
Xiaoman sedang sarapan dan Ayah
Gu baru memberitahu kalau Zuo An akan datang setiap hari minggu untuk
mengajarkan Xiaoman. Xiaoman kaget sampai keselek nasi yang sedang di makannya.
Dia bertanya memastikan, Zuo An yang mana?
Ayah Gu balik tanya, emang ada
Zuo An yang mana lagi? Memangnya, Xiaoman mengenal berapa Zuo An? Ya, Zuo An
teman sekelas Xiaoman itu. Tetangga mereka.
Xiaoman masih tidak mengerti.
Apa yang sebenarnya terjadi? Ayah Gu menjelaskan dengan semangat kejadian
kemarin, dimana dia menemukan buku catatan Zuo An di rumah sakit dan kemudian
meminta Zuo An mengajarkan Xiaoman. Dan Zuo An setuju.
Xiaoman masih curiga. Apakah
ayahnya mengancam Zuo An? Ayah membantah dengan tegas. Zuo An itu benar-benar
anak yang baik. Tidak seperti Zhan Yue. Waktu kecil, Xiaoman sudah pernah
menyelamatkan nyawa Zhan Yue, bukannya berterimakasih, malah masih sering
menggangu Xiaoman.
Xiaoman malah tidak ingat,
kapan dia pernah menyelamatkan Zhan Yue? Ayah berkata itu kejadian sudah sangat
lama. Saat Xiaoman masih kecil. Mungkin Xiaoman sudah lupa. Ayah Gu kemudian
mengalihkan topik. Dia memberitahu kalau dia merasa sangat senang karena
Xiaoman memutuskan menjadi guru, sama seperti mendiang ibunya. Ibu Xiaoman
adalah guru yang sangat hebat. Mengingat ibu Xiaoman, membuat ayah Gu menjadi
sedih.
Ayah Gu kemudian teringat. Dia
memberikan buku catatan Zuo An. Zuo An punya satu syarat sebelum mulai
mengajar.
“Meskipun setiap minggu bisa
datang dua jam untuk memberimu pelajaran tambahan, tapi waktunya sangat mepet.
Jadi sebelum dia datang, dia harap kau membaca baik-baik dan menghafalkan buku
catatannya ini,” jelas ayah Gu.
Xiaoman setuju.
--
Xiaoman ke kamarnya dengan
riang memandangi buku Zuo An. Dia bertekad akan belajar keras dan tidak membuat
Zuo An kecewa padanya.