Sinopsis Web-KDrama : Wind-Bell Episode 08
Images by : Naver TV Cast
Daniel beranjak pergi setelah mengucapkan kata-kata itu. Yeo Jin jadi terganggu dan mau tidak mau khawatir padanya. Jadinya, dia menghampiri Daniel kembali dan mencubit pipinya dengan keras. Dia menyuruh Daniel untuk sadar. Walau cuma sesaat, tapi ibu penginapan Wind-bell tetap adalah ibu Daniel. Jadi, tegakkan lah bahunya. Saat dia melihat dari belakang, dia tidak merasa kasihan, tapi dia merasa sedih.
Daniel menatapnya, dan tiba-tiba
saja, Daniel mencium bibirnya. Yeo Jin jelas terkejut. Dia bahkan menyebut
Daniel gila. Eh, Daniel malah menggodanya. Yeo Jin sampai merona. Dan tambah merona
saat melihat adiknya ada di ujung jalan dan memperhatikan mereka.
--
“Akulah yang menunggumu,” balas
Daniel.
Ibu hanya menanyakan apakah
Daniel sudah makan? Tanpa menunggu jawaban Daniel, ibu segera membawa keluar semua
hidangan yang sudah di siapkannya. Itu adalah makanan-makanan kesukaan Daniel.
“Aku… lebih menyukai hamburgers
dan pizza sekarang ini,” ujar Daniel.
Ibu langsung bertanya, haruskah
dia memesankan pizza? Daniel melarang dan mengucapkan terimakasih atas makanan
yang sudah di hidangkan. Dia mulai memakan masakan ibu. Setelah beberapa suap,
dia mulai bertanya, apakah ibu akan menjual rumah ini?
“Aku masih belum memutuskan,”
jawab ibu.
Ibu berbohong kalau tidak ada
masalah. Hanya saja sudah rumah ini sudah terlalu tua. Sebelum dia semakin tua,
dia ingin tinggal nyaman di apartemen.
Dan tanpa mendengar jawaban
Ibu, Daniel langsung masuk ke kamarnya tanpa menyelesaikan makan.
Di dalam kamar, Daniel tampak kecewa dengan dirinya sendiri. Pas sekali, Yeo Jin mengirimkan pesan padanya, bertanya apakah dia bersikap baik?
--
Yeo Jin ada di kamar dan malah memakai lipstick sambil melihat cermin. Tapi, dia kemudian tersadar dan memarahi dirinya sendiri yang pasti sudah gila. Dia segera menghapus lipstick-nya. Tidak lama, dia mendapat pesan balasan dari Daniel yang menjawab “Tidak mudah.”
--
--
Ibu menyirami tanaman di taman.
Daniel sudah keluar dari kamar dan memandanginya dari tadi. Ibu yang melihatnya,
langsung tersenyum dan bertanya apakah Daniel masih mengingat semua bunga dan
pohon ini?
Ibu senang mendengar
jawabannya. Ibu kemudian menanyakan keadaan Daniel dan juga apakah orang tua Daniel
di US juga baik?
“Nama Amerika ku adalah Daniel.
Aku pergi ke kota kecil pinggiran di Oregan. Ayah angkat-ku meninggal 3 tahun
yang lalu di pusat rehabilitasi alkohol. Dan ibu angkatku bunuh diri 7 tahun
yang lalu. Setiap kali ayah angkatku mabuk, dia akan memukuliku. Aku berharap dia
mati. Tapi, ibu angkatku yang mati terlebih dahulu. Jika kamu penasaran, haruskah
aku lanjut bercerita?”
“Tidak. Tidak harus,” jawab
ibu, dan tampak sedih mendengar apa yang Daniel alami.
“Bagaimana dengan Sang Woo?”
“Sang Woo… Sang Woo dia mirip
seperti ku dan adalah koki yang bagus. Dia membuka restoran kecil di kota.”
“Aku iri. Hal tersulit di dunia
ini bagiku adalah memasak.”
“Haruskah aku memanggil Sang
Woo kemari?” tanya ibu.
Pas sekali, ponselnya berdering
saat itu. Ibu mengangkatnya dan tampak panik. Dia memberitahu si penelpon kalau
dia akan segera ke sana. Daniel yang memperhatikan, langsung bertanya ada apa? Ibu
tidak memberitahu dan berkata hanya akan pergi sebentar. Dia akan segera
kembali.
Daniel memintanya memberitahu ada
apa. Tapi, ibu tetap tidak memberitahu dan segera berlari keluar rumah. Dia terus
berkata hanya akan pergi sebentar dan akan segera kembali.
“Kau juga bilang… akan segera kembali, dulu,” ujar Daniel sedih, memandang punggung ibu yang sudah berjalan jauh.
--
Ibu pergi ke kantor polisi. Sang Woo ada di sana. Ibu segera bertanya apa yang terjadi. Sang Woo hanya meminta maaf.
Ibu memberitahu Sang Woo kalau
dia akan menjual rumah. Mereka bisa membeli gedung kecil dan membuka restoran
di lantai 1 dan tinggal di lantai atas. Dia menjaga penginapan Wind-bell untuk
menuggu Gun Woo kembali, tapi mungkin itu hanyalah alasan.
“Kau tidak harus menjualnya,”
ujar Sang Woo. “Kak Gun Woo…”
“Dia datang, Sang Woo,”
beritahu ibu. “Dia menjadi penulis yang hebat dan datang mencariku duluan. Aku rasa
dia tidak bisa memanggilku ‘ibu.’ Dia hanya berkata, ‘permisi.’ Sekarang,
setelah melihatnya dan tahu dia baik-baik saja, aku juga baik-baik saja.”
“Ibu pasti senang. Ibu sangat
ingin melihatnya. Ibu bahkan tidak bisa pindah karena ingin dia datang
mencarimu.”
“Mengerti apa? Aku hanya…
tinggal di sisi ibu seperti itu. Sembari berpikir kalau itulah yang harus ku
lakukan.”
Tags:
Wind-Bell