Original
Network : TBS
9 Januari 1989.
“Sekitar jam 7
pagi pada tanggal 9 Januari. Tumpukan salju di dekat jembatan Arakawa runtuh.
Manajer Kimura dari pabrik pelapisan. Yaitu Kimura Thoshiyuki akan terjebak dan
mati.”
Shin menunggu Kimura di depan pabrik. Saat Kimura keluar dari pabrik,
dia langsung berlari mendekati nya dan bertanya untuk memastikan. “Apa kamu
akan melewati jembatan Arakawa di dekan Gunung Otousu?” tanyanya.
“Ya, benar,” jawab Tamura.
“Longsor salju akan terjadi disana,” jelas Shin secara langsung.
Kimura tidak mengerti dan hampir emosi, tapi putrinya, yaitu guru
Satsuki, langsung menenangkan nya. Satsuki menanyai siapa Shin. Dan dengan
buru- buru Shin memohon supaya Kimura jangan pergi ke sana. Karena Kimura tidak
mengerti maka dia menganggap Shin hanya yang sedang berbicara omong saja, jadi
dia pun mengabaikan Shin.
Shin memohon dan ingin menghentikan Kimura. Tapi Satsuki yang tidak tahu
apa- apa langsung menghentikan Shin dan membiarkan Ayahnya untuk pergi. Satsuki
menduga Shin sedang mengerjai nya dan ada kamera tersembunyi di dekat mereka.
“Tunggu! Tunggu!” teriak Shin sambil berlari mengejar mobil Kimura.
“Tunggu! Tunggu!” teriaknya.
Tepat disaat itu, Sano lewat. Dan Shin pun langsung menumpang di dalam
mobilnya. “Pergi ke jembatan Arakawa. Cepat jalan! Disana akan ada longsor
salju!” teriaknya dengan cepat. Dan Sano merasa bingung.
Satsuki ikut masuk ke dalam mobil. “Mari jalan,” katanya. Dan karena
itu, Sano pun menjalankan mobil nya untuk mengejar Kimura.
Kimura mengulurkan kepalanya keluar dari jendela. “Berhenti! Tolong
berhenti!” teriaknya. Dan Satsuki merasa tidak mengerti ada apa dengan Shin
sebenarnya.
“Menyebalkan,” keluh Kimura. Dia menghentikan mobilnya tepat di depan
jembatan Arakawa dan ingin keluar dari dalam mobil. Namun tepat pada saat itu,
sesuatu yang tidak terduga terjadi. Tepat di akhir jembatan terjadi longsoran
salju.
Sano dan Satsuki merasa terkejut karena tidak menyangka perkataan Shin
adalah benar. “Luar biasa! Kamu bisa melihat masa depan? Sejenis kekuatan
super?” tanya Satsuki dengan kagum pada Shin. Dan Shin menggelengkan kepalanya
dengan pelan sambil tersenyum.
Sano tertawa. “Betapa mengejutkannya!” gumamnya sambil memperhatikan
Shin.
“Yes! Aku benar-
benar bisa mengubah masa lalu. Menurut buku catatan, kasus selanjut nya adalah
kasus Mishima Akane yang menghilang 7 hari kemudian. Aku perlu menghentikan
setiap kasus satu persatu,” pikir Shin dengan senang dan penuh tekad.
Seorang wanita bernama Noriko Sasaki, sekretaris manajer di pabrik
Kimura. Dia memperhatikan Shin dari jauh.
Saat Sano kembali ke pos nya. Dua orang sedang menahan seorang pria di
atas meja. Mereka berdua memberitahu Sano kalau pria ini adalah orang
mencurigakan yang mencoba untuk masuk ke dalam rumah Tanaka.
“Dia Masashi, anak tertua Tanaka-san,”
jelas Sano. Tapi mereka berdua tidak percaya.
Tanaka Masashi. Warga Desa. “Aku sudah memberitahu kamu. Aku anak nya!”
teriak Tanaka.
“Tanaka-san memiliki
pelinghatan yang buruk. Jadi anak nya datang dari Sendai selama waktu libur nya
untuk menjaga dia,” jelas Sano. Dan mereka berdua pun langsung melepaskan
Masashi.
Izawa Kenji, pemilik toko. Dia tersenyum kepada Masashi dan menjelaskan
bahwa dia tahu siapa Masashi. Mendengar itu, Tokumoto Takuya, petani. Dia dan
Masashi merasa terkejut.
Sepertinya Kenji mengalami pikun. Dengan sikap seperti pahlawan yang
sedang memegang pistol, dia berlari pergi keluar dari pos. Dan Takuya pun
mengejar nya untuk menghentikannya. Melihat itu, Masashi merasa heran apa yang
salah sebenarnya dengan Kenji. Dan Sano pun segera menenangkannya serta
membiarkannya untuk pergi dari kantornya.
Setelah mereka bertiga telah pergi dari pos nya. Sano duduk di meja kerja
nya dan mengeluarkan kotak hitam yang berada di dalam lacinya. Saat dia membuka
kotak hitamnya, dia merasa heran serta terkejut, sebab sebelumnya botol racun
herbisida itu dia letakkan di bagian paling bawah kotak, tapi sekarang
posisinya sudah berubah menjadi berada di bagian paling atas.
Sano segera mengambil gagang telpon dan menghubungi seseorang.
Kazuko memuji betapa luar biasanya Shin, karena Shin telah menyelamatkan
seseorang lagi. Kemudian dengan penasaran dia bertanya, darimana Shin tahu
kalau akan terjadi longsor salju. Dan sebelum Shin sempat menjawab, terdengar
suara Kanemaru dari pos Sennan yang datang untuk mencarinya.
Kanemaru memainkan mancis ditangannya sambil berdiri menunggu pintu
dibuka. Dan saat Kazuko serta Shin membuka pintu, dia langsung menyapa mereka
berdua. “Ada yang ingin kami tanyakan tentang kasus Chinatsu-chan. Tolong ikut dengan kami ke pos.
Bawa semua barang mu,” jelas nya secara terang-terangan tanpa basa- basi.
“Kanemaru-san, apa yang
terjadi? Dia hanya turis di sini,” tanya Kazuko, tidak mengerti.
“Aku barusan mendapatkan telpon dari Sano-san. Dia ingin kami untuk menyelidiki Tamura Shin-san. Jika kamu tidak sneang, kemudia
kita bisa melakukannya disini,” jelas Kanemaru dengan tegas. Lalu dia ingin
masuk ke dalam rumah.
Kazuko merentangkan tangannya dan menghalangi Kanemaru untuk masuk ke
dalam rumahnya. Dia meminta surat penangkapan resmi. Dan Kanemaru menanyakan,
apa yang Shin ingin lakukan.
Shin akhirnya memutuskan untuk ikut bersama dengan Kanemaru ke pos. Saat
dia masuk ke dalam mobil, Sano pulang. Dan melihat nya, Shin merasa benci.
Diruang introgasi. Shin menjelaskan bahwa dia tidak tahu apapun. Dan
dengan keras, Kiyohiko memukul meja serta membentak nya. “Kamu yang membunuh
Chinatsu-san, benarkan?!”
“Aku tidak membunuhnya,” jawab Shin dengan tegas.
“Kemudian mengapa kamu datang ke desa ini?” tanya Kanemaru.
“Jika aku
memberitahu mereka tentang botol racun hibersida yang di sembunyikan oleh Sano,
mereka akan melepaskan ku. Tapi jika Sano adalah seseorang yang membunuh
Chinatsu-chan. Maka Ibu dan yang lainnya akan berarkhir menjadi keluarga
pembunuh,” pikir
Shin dengan perasaan dilema.
Kanemaru menatap Shin yang diam dengan tatapan mata curiga. "Kamu tidak bisa pergi jika kamu tidak memberitahu kami segalanya."
Seseorang mengetik pesan di komputer. Kekuatan super power? Itu menggelikan. Aku tidak akan membiarkan
siapapun menghalangi jalan. Rencana mesti selesai.
10 Januari 1989.
Sano mempersiapkan pistolnya dan memasukkan nya ke dalam saku.
“Kamu benar- benar keras kepala ya?” keluh Kanemaru sambil terus menatap
Shin yang diam.
“Apa yang harus
aku lakukan? 6 hari kemudian, Mishima Akane akan menghilang,” pikir Shin dengan
penuh dilema. “Jika aku ditahan disini.
Aku tidak akan bisa menghentikan itu.”
Dikarenakan Shin hanya terus diam saja, Kanemaru pun memutuskan untuk
membiarkan Shin pulang. Sebab sebenarnya, mereka juga tidak ada bukti kalau
Shin yang melakukannya, tapi jika nanti sidik jari Shin di temukan di botol
herbisida, maka itu akan menjadi akhir untuk Shin.
Shin berlari ke hutan dan mencari- cari botol herbisida yang dibuang
nya. Dia mengingat perkataan Kanemaru semalam dan berusaha untuk mencari.
Dari jauh, Kanemaru dan Kiyohiko memperhatikan tindakan Shin.
“Mengapa tidak ada di sini?” pikir Shin. Lalu dia melihat Suzu yang
sedang berlari ntah kemana, dan diapun segera berlari mengejarnya.
Kiyohiko menggunakan kesempatan itu untuk menggali tempat yang barusan
Shin gali. Mereka ingin mencari tahu apa yang Shin cari disana.
“Aku mencari Akane-chan. Dia
menghilang,” kata Suzu memberitahu Shin, ketika Shin bertanya. Dan Shin
mengingat berita tentang menghilang nya Akane.
“Akane-chan
harusnya menghilang 6 hari dari sekarang. Mengapa?” pikir Shin tidak
mengerti. Lalu dia teringat saat Kanemaru datang untuk menangkapnya. Saat itu
Kanemaru mengatakan kalau Sano lah yang telah menelponnya. “Jangan bilang …” pikir Shin merasa curiga.
“Shin-san,” panggil Akane.
“Kamu kembalilah dulu. Serahkan ini padaku,” jelas Shin. Kemudian dia
berlari pergi.
Didalam hutan. Akane duduk dan menangis. “Mengapa?” tanyanya.
Dengan perasaan panik dan khawatir. Para warga, Dr. Mishima, serta para
guru, mereka semua berpencar untuk mencari dimana Akane.
“Akane-chan! Akane-chan!” teriak Shin. Lalu dia melihat
sebuah jejak kaki di atas salju. Dan melihat itu, dia pun segera mengikuti
jejak kaki tersebut.
Seseorang menggendong Akane di punggungnya. Orang tersebut adalah Sano.
Shin mengikuti jejak kaki tersebut. Dan tiba- tiba saja dia mendengar
suara tembakan yang sangat keras. “Sano!” teriak Shin dengan emosi. Lalu dia
segera berlari ke arah sumber suara. Dan dia menemukan darah kemerahan di atas
jejak kaki salju.
Saat Shin mengikuti jejak darah tersebut. Dia menemukan Sano dan Akane
berada di bawah tebing yang sangat curam. “Akane-chan!” teriak Shin memanggil. Dan Akane pun terbangun serta
memandang ke atas. Begitu juga dengan Sano.
“Sano. Apa yang kamu lakukan pada dia?” tanya Shin dengan curiga kepada
Sano.
“Dia datang untuk menyelamatkan ku,” jawab Akane. “Aku tersesat di dalam
hutan. Aku takut.”
“Aku mendapatkan telpon bahwa seorang gadis kecil ada di dalam hutan sendirian.
Jadi aku datang mencari. Dia berjanji pada adiknya, Chinatsu-chan bahwa mereka akan datang untuk
memberi makan tupai,” jelas Sano.
Shin teringat tentang teriakan Chinatsu hari itu. Dan merasa kalau Sano
jujur. Tapi dia masih menolak untuk mempercayai nya. “Kemudian bagaimana
tentang darah itu?” tanyanya.
“Dimusim seperti ini beruang
keluar. Aku menembaknya tapi itu terus mengejar ku. Aku kemudian terjatuh ke
sini ketika melarikan diri darinya dan kaki ku terluka,” jawab Sano,
menjelaskan.
“Aku minta maaf, paman,” kata Akane.
Mendengar itu, Shin sebenarnya masih merasa ragu dan menolak untuk
mempercayai Sano. Tapi dia teringat perkataan Yuki yang memintanya untuk
percaya dengan Sano. Jadi dia pun mencoba.
Sano meminta pertolongan Shin untuk membawa Akane ke atas dan kembali ke
desa. Dan Shin mengerti. Dia mengulurkan tangannya ke bawah. Dan Sano dengan
susah payah menggendong Akane supaya bisa meraih tangan Shin dan naik ke atas.
Saat Shin berhasil meraih tangan Akane. Dengan susah payah dia menarik
Akane ke atas. Kemudian setelah itu dia mengulurkan tangannya lagi kepada Sano
yang berada di bawah.
“Aku akan tetap disini. Aku tidak bisa berjalan baik dengan kondisi kaki
ku. Kamu harus membawanya kembali ke desa secepat mungkin,” kata Sano, menolak uluran
tangan Shin.
“Aku tidak bisa meninggalkan kamu di badai salju ini. Jika itu memburuk,
kamu akan mati!” teriak Shin.
Sano tertawa dengan santai. “Ini tugas orang dewasa untuk melindungi
anak- anak. Tolong,” balas nya. Dan dengan sedih, Shin mengangguk, lalu dia
membawa Akane dengannya.
“Pria itu
meresikokan hidupnya untuk menyelamatkan seorang anak,” pikir Shin sambil
berlari.
Ketika Shin bertemu dengan Kenji, dia langsung menyerahkan Akane kepada
Kenji dan menjelaskan tentang kondisi Akane dengan cepat. Setelah itu dia
kembali ke dalam hutan untuk menyelamatkan Sano.
Sano memeluk duduk memeluk lutut nya sambil menahan rasa dingin.
Shin berlari dan terjatuh. Namun saat dia teringat pada perkataan Sano
dan Yuki. Dia pun berjuang keras untuk bangkit kembali dan memaksa kaki nya
sendiri yang mulai terasa beku dan lelah untuk terus berjalan ke tempat Sano
berada.
Sano pingsan di bawah tebing.
“Cepat!” teriak Shin. Memaksa dirinya untuk terus berlari.
Kenji datang ke rumah Kazuko dan memberitahu nya kalau Akane berhasil
selamat. Tapi Sano terjatuh dibawah tebing. Mendengar itu, Kazuko dan kedua
anaknya merasa terkejut.
Sesampainya di tebing. Shin melihat Sano terbaring di tanah dalam
kondisi seperti sudah membeku. “Sano-san!
Sano-san! Sano-san!” teriaknya memanggil. Dan Sano akhinrya membuka matanya.
Melihat itu, Shin merasa sangat lega.
“Apa Akane-chan selamat?”
tanya Sano. Dan Shin mengiyakan. “Terima kasih. Kamu melakukannya dengan baik,”
kata Sano sambil tersenyum senang.
Shin mengulurkan tangannya kepada Sano. “Sekarang giliran mu. Mari
kembali.”
“Kamu tidak bisa melakukannya sendirian. Aku tidak bisa berdiri dengan
kaki ku lagi,” balas Sano.
Shin menyemangati Sano untuk terus berjuang demi Kazuko dan anak- anak.
Dia mengatakan itu sambil menangis. “Aku… aku ingin kamu untuk hidup!”
teriaknya dengan keras.
Sano tertawa sedih. “Baiklah. Kemudian aku akan mengandalkanmu,” balas
nya. Lalu dia berusaha untuk berdiri dengan susah payah.
Ketika Shin akhirnya berhasil meraih tangan Sano. Dia berusaha sekuat
tenaga untuk menarik Sano ke atas. Dan Sano juga berusaha untuk memanjat tebing
tersebut. Tapi situasi sangat sulit karena badai salju yang sangat kuat dan
batu tebing yang menjadi licin.
Namun pada akhirnya, Shin berhasil mengangkat Sano ke atas. “Terima
kasih. Kamu sudah hidup. Terima kasih,” ucapnya bersyukur.
“Tamura-san… Tidak. Shin-san… “ panggil Sano sambil tersenyum.
“Sekarang aku
akhirnya bisa percaya kalau pria ini adalah Ayahku. Bukan seorang pembunuh,” pikir Shin.
Sambil memandang Ayahnya.
Kazuko memukuli Sano dan memarahinya karena telah menyebabkan mereka
semua khawatir. Lalu dia berterima kasih kepada Shin yang telah menyelamatkan
suaminya. Dan Shin tersenyum padanya.
Shin dan Sano mandi bersama di pemandian air panas. “Shin-san,” panggil Sano. “Maaf. Aku melihat
barangmu dan melihat kartu identitaas mu. Ada apa dengan KTP itu? Bisakah kamu
jujur denganku?” tanyanya.
“Aku tidak berpikir kamu akan mempercayai ini,” kata Shin dengan ragu.
“Aku datang dari masa depan. Tahun 2020,” jawab nya dengan jujur. Dan Sano
tertawa.
“Begitu kah? Kamu dari masa depan?” tanya Sano dengan geli. “Yah, salju
longsor dan racun. Tidak ada cara untuk menjelaskan mereka bukan? Oh ya, aku
memungut botol racun itu dan menyimpannya,” jelasnya. Dan mendengar itu, Shin
jadi mengerti kenapa botol itu ada di tempat Sano.
Shin dengan bersemangat menceritakan bagaimana tahun 2020. Dan Sano
mempercayai nya, lalu dia bertanya- tanya apa yang akan terjadi di masa depan
nantinya. Dan Shin diam sambil tersenyum saja. Sano kemudian mulai bersiul
memainkan sebuah musik.
Mendengar musik itu, Shin teringat pada musik yang dimainkannya untuk
Yuki. “Lagu itu.”
“Aku selalu menyanyikan lagu ini kepada anak- anak ku selama kehamilan
istriku,” kata Sano, bercerita. Dan Shin merasa bahwa ternyata Sano sama
sepertinya.
“Aku hanya ingin Suzu, Shingo, dan anak ketiga ku bisa hidup bahagia
serta sehat di masa depan. Itu sudah lebih daripada apa yang aku harapkan,”
kata Sano sambil tertawa. Lalu dia mulai menyanyi.
“Jadi ini hal yang
selalu menghubungkan ku dan Ayahku,” pikir Shin sambil menangis. Dia mengingat pertanyaan Yuki, dia ingin
menjadi papa seperti apa? Dan sekarang dia tahu apa jawabannya.
“Yuki. Tipe Ayah
ideal ku adalah pria yang bisa menghadapi keluarganya kapanpun. Seorang pria
yang mendahulukan keluarga nya terutama di dalam dunia,” pikirnya sambil
tersenyum kepada Sano. “Pria itu adalah
Sano Bungo. Aku senang dia adalah Ayahku.”
Seseorang mengetik pesan di komputer. Aku telah memutuskan kelinci percobaan selanjutnya. Menghitung mundur
menuju ‘acara’. Begitu mendebarkan.
Tags:
Theseus No Fune
Tayang setiap hari apa ini dorama min? Pas baca sinopnya jd penasaran ����
ReplyDeleteIni tayang seminggu sekali , Jadi sabar ya. Ini pasti bakal di tulis :D terima kasih
Delete