Sinopsis
K-Drama : Chocolate Episode 16-1
Images by : JTBC
SELURUH
KARAKTER, TEMPAT, PERUSAHAAN, DAN KEJADIAN DALAM DRAMA INI ADALAH FIKSI
Cha Young berada di toko cokelat melihat-lihat cokelat. Eh, Kang juga ke toko yang sama. Cha Young jelas terkejut melihat Kang. Apalagi saat Kang bilang kalau dia ingin makan cokelat dan bahkan menanyakan rekomendasi Cha Young. Cha Young tersenyum.
Mereka memesan cokelat dan duduk di sudut
café untuk memakan cokelat. Kang memakan satu dan memuji rasanya yang enak. Cha
Young akhirnya bertanya karena sebelumnya Kang bilang tidak makan cokelat.
Kang menjelaskan kalau dia tidak mau makan
cokelat karena jika dia memakannya dia takut akan ingin kembali ke Wando. Tapi,
sekarang, dia sudah memiliki Cha Young. Dia tidak akan pernah pergi tanpa Cha
Young. Cha Young jelas terkejut mendengar apa yang Kang katakan.
“Bisa beri tahu aku kenapa kau berhenti
makan cokelat setelah ibumu meninggal?” tanya Cha Young, penasaran. “Katamu
ibumu meninggal karena kecelakaan, 'kan? Kecelakaan seperti apa?”
Kang terdiam sebelum menjawab pertanyaan
itu. “Kecelakaan mobil. Dia menyeberang jalan, dan tertabrak mobil. Dia dalam
perjalanan pulang usai membelikanku cokelat. Jadi, setelah hari itu, aku
berhenti makan cokelat,” bohong Kang. “Kenapa kau bertanya?”
“Aku hanya penasaran.”
“Tentang apa?”
“Kupikir wanita yang memberiku cokelat mungkin
adalah ibumu.”
“Imajinasimu terlalu jauh. Aku tak percaya
kau berasumsi hanya karena sebatang cokelat. Kau menulis novel saja alih-alih
menjadi koki,” alihkan Kang.
“Mari berjuang. Mari lakukan yang terbaik. Buat
setiap saat bermakna. Mari lakukan untuk wanita yang memberimu cokelat juga. Bukankah
menurutmu itu yang dia inginkan, 'kan?” semangati Kang. “Kau ada waktu besok
malam?”
“Maukah kau ke tempatku? Kita pesta ulang
tahun. Aku siapkan semua. Kau hanya perlu datang. Kau juga tak perlu memberi
hadiah. Kau hadiahku,” ujar Kang menggebu-gebu.
Cha Young tersenyum padanya.
--
Tae Hyun membawa Hui Na ke tempat game simulasi pembuatan SIM. Jadi, Hui Na menaiki alat seperti main game mobil, tapi ini untuk tes SIM. Dan di akhir, memberitahu kalau Hui Na lulus dan bisa mendapatkan SIM. Hui Na langsung bersorak riang dan bahkan mengajak Tae Hyun untuk tos bersama.
Hui Na begitu bersemangat dan mengajak Tae
Hyun untuk pergi membeli mobil. Tae Hyun tertawa karena ini kan hanya simulasi
tes mobil untuk mendapatkan SIM, bukannya dapat SIM asli. Hui Na tetap ngotot
ingin membeli mobil. Dia hanya perlu menabung sedikit lagi untuk membelinya. Tapi,
mari mereka pergi melihat mobil dulu.
--
Dan karena itu, Tae Hyun membawa Hui Na ke showroom mobil. Hui Na begitu bersemangat hingga langsung naik ke kursi pengemudi untuk mencobanya. Tae Hyun juga coba menaiki mobil contoh itu.
Tae Hyun tampaknya cukup peduli pada Hui
Na. Dan Hui Na juga tampaknya sudah cukup akrab dengan Tae Hyun. Hui Na bahkan
berkata kalau dia tidak peduli walau akan mati. Tapi, sekarang dia masih hidup.
Dia tidak ingin berbaring saja tanpa rencana. Hidupnya akan menyedihkan jika
seperti itu. Dia yakin kalau dia tidak di lahirkan untuk hidup tidak bermakna.
“Sebelum aku tahu soal penyakitku, hidupku
menyedihkan sama sepertimu. Aku hidup seakan punya ribuan tahun dan seakan aku
tak bisa mati. Hei, Kawan. Ada tempat yang sangat ingin kukunjungi setelah
mendapat mobil. Bisa ikut denganku?” tanya Hui Na.
“Ke mana?”
“Laut,” jawab Hui Na bersemangat.
--
dir. Kwon membawa Seon Ae ke pantai dan
Seon Ae tampak sangat bahagia bermain dengan ombak laut. Dir. Kwon tersenyum
melihat tawa Seon Ae. Seon Ae bertanya, kenapa dir. Kwon tidak bekerja? dir.
Kwon menjawab kalau dia mengambil cuti. Seon Ae jadi semakin khawatir kalau
dir. Kwon akan semakin di bully oleh pegawai lain karena lulus dari sekolah
kedokteran di luar Seoul. Dir. Kwon menenangkannya untuk tidak khawatir.
Seon Ae benar-benar bahagia bisa
menghabiskan waktu seperti ini dengan suaminya. Sebelumnya, dir. Kwon selalu
sibuk, tidak pernah pulang, tidak pernah libur dan bekerja siang malam. Dir.
Kwon tersenyum getir dan menjawab kalau dia mengira bahwa dengan bekerja keras
dia bisa membuat Seon Ae merasa bahagia. Tapi, pada akhirnya, dia malah membuat
Seon Ae kesepian. Dia benar-benar minta maaf atas hal itu karena tidak tahu.
Seon Ae tertawa dan tersenyum bahagia. Dia meminta suaminya untuk menghabiskan waktu begini dengannya mulai dari sekarang. Sekali di musim semi dan musim gugur. Dia tidak akan meminta lebih lagi. Dir. Kwon tersenyum dan mengangguk.
Bersama mereka bermain di pantai. Menikmati
deburan ombak. Menikmati waktu dengan bahagia.
--
Selesai bermain di pantai, dir. Kwon
mengajak Yeong Sil untuk makan di restoran pinggir laut. Mereka makan dengan
bahagia. Yeong Sil memberitahu kalau dia akan mulai masuk sekolah masak karena
dia ingin bisa memasakan makanan enak untuk dir. Kwon.
Saat sedang makan, dir. Kwon mendapat
telepon dari wali pasien, jadi dia sedikit menjauh untuk mengangkat telepon.
Yeong Sil yang di tinggal sendiri mulai makan dan tanpa sengaja menjatuhkan makanan
ke bajunya. Saat dia membersihkan bajunya, dia melihat kalung tanda
pengenalnya. Dan dia langsung ingat mengenai dirinya dan penyakitnya.
Mengingat itu dan melihat dir. Kwon ada
bersamanya dan bahkan mau berpura-pura seolah mereka masih menikah, membuat
Seon Ae sangat merasa bersalah. Dia segera pergi dari tempat itu, di saat dir.
Kwon sedang menelpon dan tidak memperhatikan.
Dir. Kwon jelas panik saat kembali ke meja karena Seon Ae menghilang. Pelayan resto memberitahunya kalau Seon Ae sudah membayar semua pesanan dan pergi.
Seon Ae pulang dengan naik bus. Dan dia
mengirim pesan pada dir. Kwon : Setelah
bertemu denganmu, aku diberkati dengan begitu banyak kebahagiaan. Tolong
pastikan aku tak pernah mengunjungimu lagi. Jangan lupa makan. Dan aku ingin
kau juga bahagia mulai sekarang.
--
Kang pergi mengunjungi nenek. Nenek hari ini akan keluar dari rumah sakit dan Kang membantu mengancingkan baju nenek. Di sana ada tn. Lee, ny. Lee dan ny. Yoon. tn. Lee menggerutu kesal karena nenek membiarkan Kang mengancingkan baju, sementara ketika Jun datang tempo hari, nenek malah menepis tangan Jun dengan kasar. Dia terus menggerutu bahwa karena sikap nenek yang seperti itu, mempermalukan Jun, maka Jun yang sangat ingin datang, dia larang datang. Itu karena dia takut nenek akan mempermalukan Jun lagi.
Ny. Yoon hanya diam dengan tegang dan
bahkan mencubit tn. Lee agar berhenti mengomel. tn. Lee jelas heran melihat
tingkah istrinya. Ny. Lee juga heran
apalagi ny. Yoon hari ini tidak terlihat sebengis biasanya. Ada apa?
Kang sendiri mengabaikan mereka semua. Dia
hanya fokus pada nenek. Dia bertanya, kapan nenek akan mulai bekerja lagi?
Nenek menjawab kalau dia tidak tertarik untuk kembali bekerja. Dia ingin
beristirahat. Dan karena itu, dia menyerahkan pada mereka untuk bertanggung
jawab atas Geosung sekarang.
“Aku akan mempertimbangkan kata-katamu
sebelumnya,” jawab Kang.
Ny. Yoon terlihat sangat tegang.
--
Dan benar saja, begitu selesai mengantarkan nenek, ny. Yoon langsung mengajak Kang untuk bertemu dan bicara berdua.
“Ibu mertuaku dan mantan pimpinan, Bu Han
Yong-seol, yang membangun Geosung hingga seperti ini. Aku juga melakukan yang
terbaik. Aku habiskan empat bulan tiap tahun bergadang di rumah sakit. Aku tak
pernah dapat peluang membesarkan Jun selayaknya ibu yang baik. Dan aku
keguguran dua kali setelah Jun. Aku mengorbankan semua untuk Geosung. Ibu
mertuaku dan aku yang bekerja keras untuk Geosung. Jadi, kenapa penting suamiku
bukan putra biologis bapak mertuaku? Apa yang dilakukan ayahmu untuk Geosung? Dia
tergila-gila pada seorang wanita dan kabur seperti pengecut. Jadi, kenapa aku
harus menyerahkan Geosung walau ibu mertuaku dan aku yang bekerja keras untuk
ini? Jun bekerja sangat keras. Tapi kau tiba-tiba muncul entah dari mana. Dan
hanya karena kau putra Lee Jae-hun, kau pikir kau berhak mengambil semua dari
kami? Kau pikir ini masuk akal?” tanya Ny. Yoon dengan suara menggebu-gebu (oh,
jadi ny. Yoon diam ketakutan karena Kang pasti waktu itu menelpon, memberitahu
kalau dia sudah tahu bahwa ayahnya adalah pewaris sah Geosung. Sementara tn.
Lee bukan anak sah dari kakeknya, melainkan anak dari perselingkuhan nenek
-menurutku ya-).
“Kurasa ini tak masuk akal. Menurutku
absurd dan tak adil aku menjadi pemilik Geosung hanya karena aku putra Lee
Jae-hun. Aku bersungguh-sungguh. Geosung milik mereka yang mengorbankan
hidupnya. Aku bahkan tak tertarik. Namun, itu berlaku hanya selama kau berjanji
takkan menyingkirkan sanatorium,” tawarin Kang.
Ny. Yoon terkejut, tidak menyangka akan
jawaban tersebut.
--
Kang menelpon Jun dan memberitahu perjanjian yang di buatnya dengan Ny. Yoon. Jun sampai berkomentar kalau Kang pasti gila karena menggunakan posisi pimpinan sebagai jaminan mempertahankan sanatorium. Dan jika ny. Yoon setuju, dia akan menyimpan rahasia itu. Kenapa?
Kang menjawab bahwa apa yang Ny. Yoon
katakan adalah benar. Ayahnya tidak melakukan apapun untuk Geosung. Jun sampai
mengumpat kalau Kang benar-benar gila. Dia kemudian penasaran akan suatu hal.
“Saat kau dipindahkan ke sanatorium karena
tanganmu, kukira entah kau menolak atau kau berusaha kembali ke rumah sakit. Tapi
kau terima lebih mudah dari dugaanku. Kenapa begitu?” tanya Jun.
“Begitukah? Kurasa bukan begitu. Aku
mengunjungi Nenek dan banyak mengeluh,” jawab Kang.
“Kau lelah, 'kan? Kau ingin berhenti, 'kan?
Kau lega memiliki orang lain yang menghentikanmu, 'kan? Dan kurasa orang-orang
di sana akhirnya malah mengubahmu.”
Kang diam. Apa yang di katakan oleh Jun
adalah benar. Berada di sanatorium dan bertemu dengan para pasien dan semua
yang ada di sana, telah mengubah Kang.
Selesai bicara dengan Kang, Jun merenung. Dia
mengingat bagaimana dia bisa tiba di sanatorium adalah karena Hui Ju. Hingga
akhirnya, dia berakhir di sana untuk menjalani hukuman kerja sosial. Dan
kemudian, dia mulai melihat bagaimana Cha Young yang terus berusaha untuk hidup
walau kehidupannya sangat sulit.
Mengingat semua itu, Jun sadar bahwa bukan
hanya Kang saja yang berubah karena sanatorium itu, tapi juga dia.
“Jangan tunggu aku, Nenek. Aku tak akan kembali. Aku tak akan pernah
kembali… ke neraka yang kalian semua tinggali,” narasi Kang.
--
Yeong Sil berada di kamar mandi dan
menangis terisak-isak. Dia sudah tau kalau Dae Sik berada di sanatorium ini
karena sakit bukan karena menjadi relawan. Dan itu, membuatnya sangat sedih.
Dia menyeka wajahnya dengan air dan berusaha menghentikan tangisnya. Namun,
sulit.
Dae Sik sedang duduk di taman. Dan Yeong
Sil menghampirinya. Sebelum memanggil Dae Sik, Yeong Sil berulang kali
memeriksa make-up nya agar dia tidak tampak seperti habis menangis. Dae Sik
tampak bingung harus bersikap seperti apa. Dia tidak berani menatap Yeong Sil.
“Lihat aku. Kubilang lihat aku. Katamu
ingin pacaran denganku. Kalau begitu kau harus menatap mataku dan lakukan yang
terbaik untuk memenangkan hatiku. "Yeong-sil.
Aku tahu dahulu aku preman, tapi aku sudah berhenti. Aku mulai lagi dari awal. Bisa
kau pikirkan lagi? Kumohon? Kau tak pernah bisa berpacaran dengan pria seksi dan
tampan sepertiku. Ini kesempatan sekali seumur hidup bagimu. Jadi, lupakan
kenyataan bahwa dahulu kau mengganti popokku dan mulai anggap aku sebagai
lelaki."”
“Bicara apa kau? Kau masih bernapas
sekarang. Kau bisa bicara. Jantungmu berdetak dan kuat di suhu hangat 36,5
derajat Celsius,” ujar Yeong Sil, berusaha menahan tangisnya.
“Seharusnya aku datang lebih awal. Seharusnya
aku datang tahun lalu. Seharusnya aku datang enam bulan lalu.”
“Kau belum terlambat. Semua orang sudah
ditakdirkan mati sejak saat mereka dilahirkan. Mereka terkadang lupa bahwa
mereka hidup. Siapa tahu? Aku mungkin mati lebih awal darimu.”
“Tidak!” teriak Dae Sik. “Kau harus hidup
lama. Seseorang yang sebaik dirimu harus panjang umur. Dengan begitu yang tak
bisa masuk surga tahu bahwa malaikat sungguh ada,” tangis Dae Sik, dan memeluk
Yeong Sil dengan erat.
“Astaga. Ini terlalu cepat. Pesonamu baru
saja naik satu poin,” ujar Yeong Sil, menangis dan memeluk Dae Sik.
--
Kang pulang ke rumah. Dia merapikan rumahnya yang berantakan dan mulai memasak berdasarkan buku resep mendiang ibunya. Dia akan memasak makanan istimewa untuk Cha Young yang datang ke rumahnya hari ini.
Di saat sedang memasak, Cha Young mendapat
telepon. Dari ibu-nya. Ibu yang meninggalkannya dan sudah lama di carinya. Dan
tentu saja, Cha Young terkejut karena ibunya tiba-tiba menelponnya.
--
Kang sudah menghias rumahnya dengan
berbagai pernak-pernik. Dia merasa malu sendiri karena merasa cukup norak.
Tapi, dia tetap bahagia, menunggu kedatangan Cha Young. Dia cemas karena Cha
Young belum datang. Dia takut kalau Cha Young lupa akan janji mereka.
Tidak lama, Cha Young tiba. Dia meminta maaf karena datang terlambat. Dia datang dengan membawa kue buatannya dan juga mengucapkan selamat ulang tahun pada Kang. Mereka saling tersenyum manis.
Tags:
Chocolate