Network : tvN Netflix
Tokoh, Kejadian, Organisasi, dan Latar
Belakang adalah Fiksi
“Jangan
khawatir. Aku tak apa-apa,” balas Seung Jun sambil tersenyum. Lalu dia menutup
matanya, dan dengan cemas Seo Dan terus memanggil- manggil nama Seung Jun.
Jung Hyuk sampai di rumah sakit. Dia memperhatikan dengan serius Se Ri yang sedang di rawat oleh para dokter. Kedua orang tua Se Ri memandangi Jung Hyuk. Bahkan ketiga karyawan Se Ri, mereka juga memandangi Jung Hyuk.
Alat detak jantung Se Ri menunjukkan garis lurus dan angka nol. “Bu Yoon, bisa dengar aku? Bu Yoon,” panggil Dokter. Tapi Se Ri sama sekali tidak ada merespon. Jadi Dokter pun menggunakan deflibrilator untuk memacu jantung Se Ri. Dokter melakukan itu berkali- kali.
Melihat itu
dari luar ruangan, Jung Hyuk merasa sangat, sangat, sangat khawatir.
Seung Jun membuka mata. Melihat itu, dengan perhatian Seo Dan menatap Seung Jun. “Kamu tidak apa-apa? Bertahanlah,” pintanya. “Lihat aku. Lihat ke mataku. Kamu bilang kalau kamu sudah mapan…”
“Nanti, anggaplah aku akan mengunjungimu saat
aku lebih mapan. Anggap saja kamu masih melajang. Maka tolong beri aku
kesempatan,” pinta Seung Jun, melamar Seo Dan.
“Aku akan memberimu kesempatan. Aku akan menantikan kunjunganmu. Aku akan menunggumu,” janji Seo Dan dengan serius. Mendengar itu, Seung Jun memandangi Seo Dan. Dia mengingat janji nya semalam kepada Seo Dan, saat dia memeluk Seo Dan.
“Aku menyukaimu, Dan. Karena aku menyukaimu,
aku akan terus memikirkan tempat tujuanku. Aku akan hidup seperti itu. Akan
kulakukan mulai sekarang,” janji Seung Jun dengan serius kepada Seo Dan.
“Aku bahagia,” kata Seo Dan, mengaku. “Mendengarkan itu membuatku bahagia,” jelas nya sambil menangis sengungukan.
Seung Jun
membuka tube oksigen nya dan mengangkat tangannya. Melihat itu, Seo Dan
langsung memegang tangan Seung Jun dengan erat.
“Dan. Pada
saat itu, apa yang kamu maksud?” tanya Seung Jun dengan lemah. “Mi instan? Pria
itu? Atau… aku?” tanyanya, masih kepikiran hari itu.
“Kamu. Kamu
yang kusuka. Kamulah pria itu, Gu Seung Jun,” jawab Seo Dan.
“Sudah kuduga,” kata Seung Jun sambil tersenyum bahagia. Lalu dengan susah payah dia mengangkat tangannya untuk bisa menyentuh wajah Seo Dan. Tapi kemudian setelah itu, tangannya terjatuh dengan lemas dan matanya tertutup.
Seo Dan merasa panik. Dia terus memanggil- manggil nama Seung Jun. Tapi Seung Jun sama sekali tidak ada merespon panggilan nya. Melihat itu, Dokter memeriksa nadi Seung Jun dan melepaskan tube oksigen yang ada di tubuh nya.
“Kurasa dia
pingsan. Tolong lakukan sesuatu. Tolong lakukan sesuatu. Apa pun itu. Aku
merasa bersalah kepadanya. Tolong lakukan sesuatu. Tolong!” pinta Seo Dan
dengan putus asa kepada Dokter. Tapi Dokter hanya diam saja.
“Bangunlah. Bangunlah. Bangunlah Seung Jun,” pinta nya sambil menangis. Namun Seung Jun tetap tidak ada merespon.
“Bangunlah. Bangunlah. Bangunlah Seung Jun,” pinta nya sambil menangis. Namun Seung Jun tetap tidak ada merespon.
Kemudian Seo
Dan menunduk kan kepala nya dan semakin menangis. Karena dia tahu kalau Seung
Jun sudah tiada.
Alat detak jantung Se Ri menunjukkan tanda kehidupan. Melihat itu, Dokter merasa lega. “Berikan dia oksigen,” perintahnya. Dan perawat mengiyakan.
“Kondisinya
sudah stabil. Kita tunggu sampai dia pulih,” kata Dokter, memberitahu kedua
orang tua Se Ri. Dan mendengar itu, mereka merasa sangat lega serta bahagia.
“Kami dengar
dia dalam kondisi kritis dan kami harus kemari,” kata petugas BIN 1,
menjelaskan kepada kedua orang tua Se Ri kenapa mereka ke sini. “Syukurlah.
Tampaknya dia melewati masa kritis.”
“Kalau
begitu, dia harus pergi lagi?” tanya Yoon Hee sambil menatap Jung Hyuk. “Tapi,
kondisinya bisa memburuk. Dan Se Ri mungkin mencarinya saat bangun nanti,”
jelas nya sambil menangis.
“Kumohon
lakukan sebisamu,” pinta Pimpinan Yoon sambil menundukkan kepalanya.
Kelima anggota tim Jung Hyuk makan bersama. Mereka merasa senang, karena akhirnya mereka bisa berkumpul bersama lagi. Tapi dengan serius Sersan Pyo menyuruh mereka untuk jangan tertawa terlalu keras, karena mereka akan dianggap aneh serta gampangan. Dan semua nya tidak mengerti apa maksud perkataan Sersan Pyo.
“Pikirkanlah.
Aku agen elite Korea Utara. Mereka tidak mau kehilangan aku, saat aku ke
Selatan atas keinginan sendiri. Karena itulah, mereka memberi kita makan enak,”
kata Sersan Pyo dengan bangga. “Sejujurnya, aku sudah dapat tawaran,” bisiknya.
“Dalam istilah Imperialis Amerika, bisa dibilang aku sudah dibina?” jelasnya.
Petugas BIN
1 menjelaskan kepada Sersan Pyo bahwa mereka bisa memulangkan Sersan Pyo
kembali ke Korea Utara, jika Sersan Pyo mau pulang. Dan Sersan Pyo tidak
mengerti maksud nya.
“Jika mau
tetap tinggal, kami bisa membantumu,” jelas petugas BIN 1 dengan lebih jelas.
Mendengar itu, Sersan Pyo merasa sangat bangga.
Flash back
end
“Mereka ingin aku tetap tinggal. Seperti itulah cara kerja kapitalisme,” jelas Sersan Pyo sambil mendengus senang. “Seperti ungkapan ini, Ambil yang berguna, buang yang tak berguna. Keahlianku dianggap berguna, jadi, mereka mau aku tetap di sini,” katanya dengan bangga.
“Kamu selalu
bilang membenci kapitalisme, tapi kamu sudah terbiasa dengan istilah negara
ini,” komentar Ju Meok secara langsung. “Dan masalahnya, dia menanyakan hal
yang sama kepada kami,” jelas nya. Mendengar itu, Sersan Pyo merasa terkejut.
“Mungkin mereka lakukan itu karena mereka takut aku berpikir akan kesepian dan menolak jika mereka memintaku tinggal di sini,” gumam Sersan Pyo, menipu diri sendiri. Dan mereka semua pun mengabaikan nya dan makan.
“Ada yang lihat Kapten Ri?” tanya Letnan Park, teringat Jung Hyuk. Dan semua nya menggelengkan kepala. Mereka semua menunjukkan eskpresi suram karena khawatir.
Direktur Militer
kembali mengunjungi Ayah Jung. Seperti biasa, dia mengancam Ayah Jung. Dan kali
ini dengan lelah, Ayah Jung meminta Direktur Militer supaya mereka berdua sama-
sama jujur saja.
“Pak. Kamu
tidak bisa sembunyikan jarum di kantongmu. Kamu mau menutupi fakta bahwa
putramu berkhianat demi seorang wanita. Sebab itulah kamu berusaha prioritaskan
kesepakatan yang tak adil bagi kita,” kata Direktur Militer, tidak setuju.
Pertemuan BIN. Petugas BIN 1 menjelaskan kepada para tinggi tentang permintaan pihak Utara yang meminta mereka supaya mengembalikan para prajurit Utara dan merahasiakan kejadian ini. Menurut laporan penyelidikan, Jung Hyuk dan para anggota tim nya tidak ada melakukan apapun selain baku tembak dengan Cheol Gang. Jadi intinya Jung Hyuk dan tim nya bersih.
“Lalu, kenapa tidak kembalikan mereka diam-diam sesuai permintaan Utara?” kata petinggi 1, berpendapat. “Mempublikasi ini tidak akan membantu kita di mata publik.”
“Aku setuju.
Kondisi yang mereka minta menguntungkan kita,” kata petinggi 2, setuju.
“Kementerian
Unifikasi juga setuju, tapi kita tidak bisa ikuti permintaan mereka tanpa
kesepakatan. Bagaimana kalau kita adakan reuni bagi keluarga yang terpisah?
Kurasa kita tidak akan rugi,” kata petinggi 3, juga setuju.
Ayah Jung memperlihatkan dokumen tentang Cheol Gang. Dia mendapatkan itu semua dari pihak Selatan, Cheol Gang yang membelot ke Selatan usai melakukan banyak kejahatan hingga membunuh saat di pindahkan ternyata mengontak Direktur Militer secara berkala. Melihat dokumen tersebut, Direktur Militer tidak bisa berkata- kata.
“Kamu pasti
tahu, putraku tidak mungkin melakukan hal semacam itu. Dia tidak akan
mengkhianati negaranya karena seorang wanita,” kata Ayah Jung, memperjelas.
“Terdengar
begitu bagimu?”
“Baiklah,”
kata Direktur Militer, setuju. “Dengan satu syarat, Badan Militer memegang
wewenang penuh dalam proses repatriasi termasuk tempat kami menerimanya. Kamu
tidak akan menolak, 'kan?” tanyanya. Dan Ayah Jung diam, berpikir.
Ketiga
karyawan Se Ri datang menjenguk Se Ri. Lalu selanjutnya, Yoon Hee juga datang.
Dia meminta mereka bertiga untuk keluar sebentar, karena ada yang harus di
bicarakannya dengan Se Ri. Dan mereka bertiga pun mengiyakan.
“Kapan?
Kapan dia pergi?” tanya Se Ri, terkejut.
“Sekarang.”
“Daripada membuang hidupku, melihatmu
sekarang membuatku kesal,” kata Jung
Hyuk pada hari itu di ruang introgasi. Dan mengingat itu, Se Ri merasa sedih.
“Syukurlah. Baguslah. Kurasa dia tidak terus berbohong. Penyelidikannya pasti
lancar. Sebab itu dia bisa kembali, 'kan? Aku sungguh lega,” gumam nya dengan
sikap seolah lega tapi raut wajah nya tampak sangat sedih.
Mendengar
itu, Yoon Hee mengelus rambut Se Ri dengan lembut. “Kamu kira dia tidak tahu?”
tanyanya. Dan Se Ri menatap dengan bingung. “Dia … tetap disisimu sepanjang
waktu,” jelas nya.
Yoon Hee
mengingat saat Jung Hyuk berdiri di sudut rumah sakit, menunggu Se Ri yang sedang
di operasi. “Bahkan saat operasimu yang
lama…”
Yoon Hee mengingat saat kondisi Se Ri sedang kritis. Ketika itu beberapa orang datang dan pergi setelah melihat Se Ri. Namun dari awal sampai akhir, Jung Hyuk terus berdiri di dekat ruangan Se Ri dan menunggu. Jung Hyuk terus berdiri disana dari pagi sampai malam. Dia tidak pernah sekalipun beranjak pergi darisana meninggalkan Se Ri sendirian.
Ketika akhirnya Se Ri membuka matanya. Jung Hyuk tersenyum bahagia. Tapi saat Se Ri memandang ke arahnya, dia langsung bersembunyi supaya Se Ri tidak melihat nya.
Jung Hyuk merasa sedih. Dia menutup matanya untuk menguatkan hati nya. Dia lalu pergi mengikuti petugas BIN yang sudah menunggu nya. Dan Yoon Hee melihat itu.
“Dia meninggalkan rumah sakit setelah
melihatmu sadar.”
Flash back
end
Mengetahui itu, Se Ri menangis. Dan Yoon Hee memberikan semangat kepadanya. “Walau sudah ucapkan perpisahan berulang kali, kamu akan tetap merindukannya. Kamu sungguh tidak mau?”
“Aku mau
menemuinya. Bawa aku ke sana. Bawa aku kepadanya. Aku sungguh ingin menemuinya,”
jawab Se Ri, memohon.
Didalam bus BIN. Kelima anggota tim Jung Hyuk bersyukur karena Se Ri sudah sadarkan diri. Lalu mereka menghibur Jung Hyuk yang sedari tadi hanya diam saja, mereka mengatakan bahwa Se Ri pasti akan baik-baik saja. Dan Jung Hyuk mengangguk pelan sambil tersenyum.
“Kita tidak
akan kembali ke sini?” tanya Eun Dong sambil memandang ke luar jendela.
“Sebaiknya
jangan,” jawab Sersan Pyo. Dan semuanya mengerti.
“Hujannya
deras. Kita tidak akan perlu kembali kemari, tapi aku akan terus mengenang
tempat ini,” gumam Man Bok sambil memandang keluar jendela juga.
Yoon Hee menyuruh Se Ri untuk berpegangan dengan erat. Dan dengan patuh, Se Ri melakukannya. Lalu Yoon Hee pun mulai mengebut untuk mengejar Jung Hyuk.
Petugas BIN 1 mendapatkan telpon. “Apa? …” tanyannya dengan ekspresi terkejut, lalu dia melihat jam ditangannya. “Tidak, kami punya waktu, tapi…” katanya sambil memandang ke arah Jung Hyuk yang duduk di belakang. Lalu dia bertanya kepada orang di telpon, “Kamu ada di mana sekarang?”
Bus BIN masuk melewati gerbang Kantor Transit Antar Korea. Dan akhirnya mereka semua sampai di garis perbatasan antara Selatan dan Utara.
Bus dari Utara datang untuk menjemput Jung Hyuk dan kelima anggota nya. Melihat mereka, Jung Hyuk dan kelima anggota nya berjalan menghampiri mereka di temani oleh para petugas BIN Selatan. Tepat didepan garis perbatasan, petugas BIN 1 melihat jam di tangannya. “Kami masih punya lima menit. Kenapa tidak biarkan mereka menyeberanginya tepat di garis?” tanyanya pada petugas militer Utara.
“Kami harus
ke suatu tempat, jadi, tidak bisa lama. Lakukan sekarang,” balas petugas
militer Utara.
Mendengar itu, petugas BIN 1 diam dan memandangi jalan di belakang mereka. Lalu dia menghela nafas berat. “Akan kami lakukan,” balas nya. Lalu dia mempersilahkan Jung Hyuk dan kelima anggota nya untuk menyebrangi garis perbatasan dan kembali ke Utara.
Pihak dari
Utara pun melepaskan orang- orang dari Selatan yang sempat mereka tangkap.
Mereka membiarkan orang- orang dari Selatan untuk menyebrangi garis perbatasan
dan kembali ke Selatan.
Saat Jung Hyuk sudah melangkahi garis perbatasan, tepat disaat itu, Yoon Hee dan Se Ri sampai disana. Melihat itu, Jung Hyuk berhenti berjalan dan memandangi Se Ri.
“Tidak.
Mereka sedang apa? Kenapa …” gumam Se Ri dengan cemas, saat melihat Jung Hyuk
dan kelima anggota nya di borgol oleh petugas militer Utara. Dan dia pun
langsung berlari ke arah Jung Hyuk sambil berteriak memanggil nama Jung Hyuk.
“Jangan
lari,” gumam Jung Hyuk.
“Jung Hyuk! Jangan pergi begitu saja. Tidak akan kubiarkan mereka mengambilnya,” kata Se Ri sambil menangis dan terus berlari secepat mungkin.
“Jangan
lari!” bentak Jung Hyuk dengan cemas. Tapi Se Ri tidak mau mendengarkan dan
terus berlari.
Melihat itu,
para petugas militer Utara langsung mengangkat senjata dan bersiap untuk
menembak. Dan para petugas BIN Selatan juga langsung mengangkat senjata untuk
melindungi Se Ri serta Jung Hyuk. Sehingga pihak militer Utara tidak berani untuk
menembak.
Jung Hyuk dan Se Ri saling berpelukan dengan erat. Melihat itu kelima anggota Jung Hyuk dan juga Yoon Hee, mereka semua memandangi Jung Hyuk dan Se Ri dengan tatapan simpati.
“Kamu belum
pulih. Bagaimana kalau kamu pingsan lagi?” keluh Jung Hyuk, perhatian. “Tidak
bisakah kau jaga dirimu?”
Se Ri tidak
menjawab pertanyaan Jung Hyuk dan memandangi pihak Utara. “Kenapa mereka
memborgolmu? Kamu ditangkap? Tidak. Aku tidak bisa. Tidak bisa kubiarkan,”
katanya dengan khawatir. “Jangan pergi. Tidak bisakah kamu tetap di sini?”
Se Ri tetap
tidak merasa tenang. Dia khawatir bila sesuatu akan terjadi kepada Jung Hyuk
karena dirinya. Dan dengan tegas, Jung Hyuk menyakinkan bahwa dia akan baik-
baik saja. Walaupun sesuatu benar terjadi, maka dia tidak menyalahkan Se Ri,
sebab baginya Se Ri adalah anugerah yang masuk kedalam hidupnya dan dia
bersyukur akan itu.
“Aku melukai
hatimu dengan perkataanku waktu itu. Itu juga melukai hatiku. Maafkan aku,”
kata Jung Hyuk dengan rasa bersalah. “Jangan dipikirkan,” tegasnya.
“Tidak apa- apa. Aku tidak keberatan. Jangan khawatir. Jadi… tidak bisakah kita bertemu lagi? aku tidak akan bisa menemuimu lagi? Selamanya? Aku harus bagaimana? Apa yang harus kulakukan jika aku sangat merindukanmu?” tanya Se Ri, tidak sabaran.
“Tunggu saja
dan teruslah berdoa,” balas Jung Hyuk dengan sungguh- sungguh. “Kamu bertanya,
bisakah kamu bertemu orang yang kamu rindukan. Kamu bisa,” katanya. Lalu dia
mengelus lembut rambut Se Ri. “Aku mencintaimu.”
Dengan sama lembutnya, Se Ri menyentuh wajah Jung Hyuk. “Aku mencintaimu,” balas nya. “Aku sungguh mencintaimu,” tegasnya. Lalu dia ingin memeluk Se Ri. Tapi karena waktu sudah habis, pihak Selatan langsung menarik Jung Hyuk untuk pergi ke Utara.
Dengan
sedih, Se Ri menangis dan berdiri diam di tempat nya.
Jung Hyuk memandang ke arah Se Ri untuk terakhir kalinya. Lalu dia menyebrangi garis perbatasan dan kembali ke Utara. Melihat itu, pihak Selatan dan Utara sama- sama menurunkan senjata mereka.
Sersan Pyo :
“Jaga dirimu baik-baik, Se Ri-ah.”
Ju Meok : “Jaga
kesehatanmu.”
Ayah Jung mendapatkan kabar kembalinya Jung Hyuk dan kelima anggotanya. Jadi dia pun bersiap untuk pergi menemui mereka. Dan saat dia mau pergi, dia melihat Ibu Jung duduk dengan tenang di ruang tamu dan di hadapan Ibu Jung ada obat serta air. Melihat itu, dia merasa heran.
“Kamu mau
menjemput Jung Hyuk? Pastikan membawa putraku pulang dengan selamat. Kumohon,”
pinta Ibu Jung dengan serius.
“Kamu pikir
Jung Hyuk anakmu saja?” balas Ayah Jung, tidak senang.
“Jika sesuatu terjadi antara Jung Hyuk atau kamu, aku akan segera ke sana. Jangan bersikap lemah mengkhawatirkan apakah aku masih sanggup,” jelas Ibu Jung dengan tegas.
“Sampai
nanti,” balas Ayah Jung. Lalu dia pergi.
Bus Militer Utara yang membawa Jung Hyuk dan kelima anggota nya, mereka berhenti di dalam hutan. Kemudian Direktur Militer datang ke hadapan mereka. Dan melihat itu, dengan waspada Jung Hyuk langsung berdiri di depan para anggotanya. “Kenapa kami diturunkan di sini? Kita sedang menuju Pyongyang,” tanyanya, heran.
“Kalian akan
dieksekusi setelah pengadilan militer. Bukanlah lebih baik menghilang di sini
sebelum menyebabkan masalah bagi keluarga kalian?” balas Direktur Militer
dengan sikap santai.
“Walau akan mati pada akhirnya, kami ingin disidang. Dan para kamerad di belakangku hanya terlambat sampai setelah Pesta Olahraga Militer Dunia. Mereka tidak sepertiku. Akulah yang melanggar,” jelas Jung Hyuk dengan tegas, melindungi para anggota timnya. Tapi Direktur Militer tidak peduli dengan hal itu. Dia tertawa dan memberikan kode pada para bawahannya.
Para bawahan Direktur Militer mengelilingin Jung Hyuk dan kelima anggota timnya dengan senjata. Mereka bersiap untuk menembak. Melihat itu, Man Bok langsung maju ke hadapan Jung Hyuk untuk melindungi nya. Tapi Jung Hyuk segera menarik Man Bok supaya mundur.
Sebelum para
bawahan Direktur Militer sempat menembak. Tiba- tiba mereka yang di tembak
duluan. Melihat kejadian itu, Direktur Militer langsung bersikap waspada dan
ingin mundur. Tapi tepat disaat itu, Ayah Jung bersama dengan para bawahannnya
datang dan mengelilingin nya mereka semua.
Mendengar
itu, Jung Hyuk dan kelima anggota nya memandangi Ayah Jung.
Direktur
Militer mengeluarkan pistolnya dan ingin menembak. Tapi Ayah Jung lebih cepat
dan berhasil menembak Direktur Militer duluan.
Didalam mobil. Jung Hyuk meminta maaf, sebab dia sudah membuat Ayah khawatir. Dan Ayah membalas bahwa dia senang karena Jung Hyuk bisa kembali hidup- hidup. Lalu dia menanyakan, apakah Se Ri baik-baik saja. Dan Jung Hyuk mengiyakan dengan sedih.
“Kamu
menangis?” tanya Ayah Jung, memandangi Jung Hyuk. Dan Jung Hyuk hanya diam saja
sambil mengalihkan tatapannya. Jadi Ayah Jung pun diam.
Ketika Ibu Jung mendengar suara pintu terbuka, dia segera mengambil obat yang telah di siapkannya dan ingin meminumnya untuk bunuh diri. Tapi saat dia melihat kalau ternyata yang datang adalah Jung Hyuk, dia merasa sangat bahagia dan langsung membuang obat nya ke lantai. Dia berlari dan memeluk Jung Hyuk dengan erat sambil tertawa.
“Putra ibu. Terima kasih. Terima kasih sudah pulang dengan selamat. Syukurlah kamu masih hidup,” kata Ibu Jung sambil memandangi Jung Hyuk.
Melihat itu,
Ayah Jung tersenyum bahagia juga. Dia menepuk pelan bahu Jung Hyuk.
Man Bok pulang dan memanggil U Pil. Melihat kepulangan Ayahnya, U Pil langsung memeluk Man Bok dan memanggil Myeong Sun. Dan Myeong Sun langsung menjatuhkan pakaian cuciannya dan berlari ke arah Man Bok serta memeluknya dengan erat.
“Aku tidak dengar kabar darimu. Kukira kamu sudah mati. Kenapa kamu tidak menghubungiku?” tanya Myeong Sun. Dan Man Bok meminta maaf. “Syukurlah kamu selamat. Syukurlah kamu masih hidup,” gumamnya. Dan Man Bok menangis bahagia.
Myeong Eun
gagal lagi membujuk Seo Dan untuk makan. Dan Myeong Seok pun menjadi sangat
khawatir, karena kalau terus seperti ini, maka Seo Dan bisa sakit.
Myeong Eun
dan Myeong Seok memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar dan berbicara
dengan Seo Dan. Dengan lembut, Myeong Eun meminta Seo Dan untuk bercerita
kepada mereka. Dan tanpa semangat hidup, Seo Dan menjawab bahwa dia ingin
sendiri.
Myeong Eun memaksa Seo Dan untuk bangun. “Lihat kami. Kami ada di sini untuk menangis bersamamu. Kami bisa mendengarkanmu. Kami juga bisa melalui masa sulit ini bersamamu,” katanya dengan tegas.
“Tentu. Paman juga bisa mencarikanmu pria yang lebih baik darinya,” tambah Myeong Seok. Dan mereka berdua langsung memandangi nya dengan tajam. “Kenapa?” tanyanya, bingung.
“Keluarlah,”
balas Seo Dan sambil kembali tidur lagi.
Dengan kesal, Myeong Eun ingin memukuli Myeong Seok. Dan dengan takut, Myeong Seok pun langsung keluar dari dalam kamar sambil terus bertanya dengan bingung, kenapa dan ada apa. Dan Myeong Eun memukuli nya. “Kenapa bilang begitu? Kamu sudah gila?!” omelnya.
Seo Dan keluar dari dalam kamar. Melihat itu, Myeong Seok dan Myeong Eun merasa terkejut. “Ibu. Paman,” panggil Seo Dan. “Aku mau balas dendam.”
“Kamilah
ahlinya. Bukankah begitu?” kata Myeong Eun dengan yakin sambil menyenggol
Myeong Seok.
“Tentu. Kami
ahlinya,” jawab Myeong Seok.
“Tolong
carikan seseorang lebih dahulu,” pinta Seo Dan.
Di café. Seo Dan menemui Cheon yang wajahnya penuh lebam. Dengan tulus Cheon mengucapkan turut berduka cita atas Gu Seung Jun.
“Kudengar
anggota geng yang mengutus preman pada hari itu masih ada di negara ini,” kata
Seo Dan secara to the point. Dan
Cheon mengiyakan. “Jangan khawatirkan akibatnya, dan beri tahu di mana mereka.
Mereka tidak mungkin pergi dari negara ini dalam keadaan hidup. Dan pasti ada
orang yang mendanai geng itu. Mungkin…” jelas Seo Dan sambil memikirkan kembali
tentang cerita Seung Jun mengenai kakak kedua Se Ri yang sangat serakah.
Se Hyung menyalahkan Sang Ah untuk semua kejahatan. Dia menyalakan hp nya dan merekam semua pembicaraan secara diam- diam. Dan Sang Ah hanya diam saja, sebab dia menyadari kalau Se Hyung sedang merekam pembicaraan mereka. Setelah Se Hyung selesai berbicara, dia mengambil hp Se Hyung dan mematikannya.
“Yoon Se Hyung, kamu tidak tahu apa- apa. Rekaman tanpa izin pihak lain tidak punya kekuatan hukum,” jelas Sang Ah dengan sabar.
“Pentingkah?
Aku hanya membeberkan faktanya,” keluh Se Hyung, kesal.
Sang Ah menjelaskan bahwa dia melakukan semua ini demi Se Hyung. Namun mendengar itu, Se Hyung sama sekali tidak senang, malahan dia merasa tambah sangat kesal dan marah. Sebab kejadian ini bisa membuatnya kehilangan jabatan sebagai presdir, bahkan bisa membuat nya di penjara juga. Jadi saat ini dia merasa sangat stress.
“Tenangkan dirimu,” tegas Sang Ah. “Gu Seung Jun tewas di Korea Utara. Kenapa mereka mau mengurus kasus yang terjadi di Utara? Aku sudah mengurus agar polisi tidak tahu uang yang kita kirim dan jejak panggilan. Bahkan Cho Cheol Gang yang berusaha menculik Se Ri tewas saat kita tidak melakukan apapun. Kita tidak perlu khawatir,” jelasnya.
“Kamu
yakin?” tanya Se Hyung dengan lebih tenang. Dan Sang Ah tersenyum penuh percaya
diri.
Tags:
Crash Landing On You
Masa iya seung jun nya meninggal :(
ReplyDelete