Original Network : jTBC Viki
Hae Won
mengeringkan dirinya dengan handuk.
Dengan
perhatian, Eun Seop menyeduhkan segelas kopi hangat dan memberikan itu kepada
Hae Won. Serta dia mendekatkan pemanas ke dekat Hae Won.
“Aku tidak
tahu kamu punya toko buku. Aku juga tidak tahu ini toko buku sungguhan,”
komentar Hae Won.
“Ya, sudah
sekitar tiga tahun,” balas Eun Seop.
Hae Won
kemudian berdiri dan melihat buku- buku di tempat Eun Seop. “Kamu juga menjual
buku bekas?” tanyanya sambil melihat tanda nama yang di pasang di setiap buku.
“Beberapa
orang yang datang ke sini membaca beberapa halaman dan meninggalkan penanda di
antara buku-buku. Seperti wiski atau anggur. Ini agar lebih banyak orang
mengunjungi toko buku dengan nyaman. Kamu juga bisa melakukannya jika ada buku
yang kamu suka,” jelas Eun Seop. Dan Hae Won mengangguk mengerti.
Dengan
penasaran, Hae Won menanyakan, kenapa nama toko buku Eun Seop dinamai Toko Buku
Good Night. Dan Eun Seop menjelaskan bahwa makan dan tidur dengan baik
sebenarnya lebih sulit dari dugaan. Itu adalah hal mendasar tapi orang- orang
masih kesulitan, jadi karena itulah dia menamai tempat ini dengan harapan
orang- orang bisa makan dengan baik dan tidur dengan nyenyak.
“Makan dan
tidur dengan baik?” gumam Hae Won, berpikir. “Apakah hanya itu kehidupan?”
“Lalu ada
apa lagi?” tanya Eun Seop, tidak mengerti.
Hae Won
melihat lampu di rumah nya menyala. Jadi diapun pamit. Dengan perhatian, Eun
Seop memberikan mantelnya untuk digunakan oleh Hae Won. Dan sebelum Hae Won
sempat menolak kebaikannya, Eun Seop kembali duduk di tempat nya dan membaca
buku.
Sebelum
pergi, Hae Won memandangi Eun Seop sebentar. Dia mengingat kalau dia pernah
mendengar perkataan yang sama. “Makan dan
tidur dengan baik.”
Didalam
kelas. Hae Won membaca tulisan di buku yang berada di atas meja dekat jendela.
“Karena tidur nyenyak adalah hal yang baik.
Bangun dengan nyaman, makan dengan lahap, bekerja dengan baik, dan beristirahat
dengan baik. Jika kamu tidur nyenyak pada malam hari, itulah yang kamu sebut hidup
yang baik. Jadi, selamat malam, Semuanya.”
“Hae Won,
ayo!” panggil teman Hae Won dari luar kelas. Dan Hae Won pun mengiyakan. Dia
segera keluar dari dalam kelas. Tepat disaat itu, dia berpapasan dengan Eun
Seop.
Hae Won
memakai mantel tebal yang di pinjamkan oleh Eun Seop dan lalu dia pulang.
Pagi hari.
Hae Won bersiap- siap dengan bersemangat. Dia memberitahu Myeong Yeo bahwa dia
akan membersihkan gudang hari ini. Dan Myeong Yeo menghela nafas lelah tanpa
menghentikannya.
Hae Won
memakai masker dan mulai membersihkan gudang. Dia melemparkan semua barang-
barang yang ada didalam gudang keluar.
Myeong Yeon
memperhatikan Hae Won dengan cemas. Tapi dia hanya bisa menghela nafas saja.
Hwi
memberitahu Ibu dan Ayah Eun bahwa Eun Seop sudah punya pacar dan namanya
adalah Irene. Dan sebelum Hwi berbicara lebih jauh, Eun Seop menyuapkan nasi ke
dalam mulutnya supaya dia diam.
“Eun Seop
belum berusia 30 tahun. Ibu belum siap melepasnya,” canda Ibu Eun. Dan semuanya
tertawa. “Omong-omong, Eun Seop. Kamu punya waktu siang ini? Ibu rasa akan
lebih baik jika menjual tteokbokki dari rumah kaca. Kamu mau berbelanja dengan ibu?”
tanyanya.
“Tteokbokki
terdengar lezat. Tteokbokki adalah menu terbaik untuk arena seluncur es. Bisnis
sedang lesu. Itu akan meningkatkan penjualan,” kata Ayah Eun, setuju.
Eun Seop
merasa bingung harus menjelaskan bagaimana, sebab mobil Ibu Eun sedang di
pinjamkan nya kepada Hae Won. Setelah bimbang sesaat, dengan jujur dia pun
memberitahu kalau dia meminjamkan mobilnya kepada seseorang. Dan Hwi langsung
menebak, apakah Eun Seop meminjamkan mobil tersebut kepada Irene.
“Bukankah
dia membutuhkan SIM internasional?” tanya Ayah Eun, bersemangat.
“Tidak, ini
tidak seperti yang Ayah pikirkan,” jelas Eun Seop dengan cepat. Tapi Ayah Eun
tidak mendengarkan dan sibuk membicarakan Irene dengan Hwi.
Selesai
bekerja, Hae Won beristirahat dengan meminum segelas air.
Kepala guru
menyuruh Hae Won untuk berpura- pura menjadi murid dan mendaftar selama sebulan
diakademi lain. Dan mendengar itu, Hae Won merasa ragu dan ingin menolak.
“Nona Mok.
Kamu tidak berpikir ini mata-mata, bukan?” tanya kepala guru tanpa memberikan
kesempatan untuk Hae Won bisa menolak. “Itu konyol. Ini hanya penelitian. Kamu
tidak mengerti maksudku?” jelas nya. Dan Hae Won hanya bisa diam.
Hae Won
menyamar menjadi murid di akademi lain. Kepala guru disana memuji kemampuan
bermain Hae Won yang sangat bagus. Dan dengan gugup, Hae Won diam sambil
memperhatikan nya.
Hae Won
mendengarkan pembicaraan kedua murid nya yang sedang membicarakan tentang
kepala guru di akademi lain. Saat kedua murid nya berbicara, dia hanya diam dan
tertawa saja untuk menanggapi mereka.
Namun tepat
disaat itu, dia baru menyadari kalau kepala guru dari akademi lain ada di dekat
mereka. Dan mendengarkan pembicaraan mereka.
Kepala guru
mengomeli Hae Won dengan kesal. Karena Hae Won ketahuan dan itu membuatnya
merasa tidak nyaman, sebab kepala guru dari akademi lain jadi benar- benar
meremehkannya. Mendengar itu, Hae Won hanya diam saja sambil memegang erat
bukunya untuk menahan emosinya.
“Nona Mok,
aku mengawasimu. Metode mengajarmu juga cukup membosankan. Kamu harus menemukan
hal-hal menarik agar anak-anak bisa menikmati pelajaranmu. Pelajaranmu terlalu
kaku dan teoretis. Karena itu aku menyuruhmu pergi ke akademi lain dan belajar
beberapa hal. Berusahalah. Bukankah seharusnya kamu menonton acara seperti
"Gag Concert"?” keluh kepala guru.
Hae Won
memperhatikan pelajaran di kelas lain. Disana guru memakai kostum untuk menarik
perhatian para murid. Dan dia merasa tidak nyaman.
Hae Won kesulitan
untuk tidur.
Telpon rumah
berbunyi dan Hae Won mengangkatnya. Orang ditelpon ingin memesan tempat dan
dengan bersemangat Hae Won langsung mengiyakan. Tapi Myeong Yeo langsung
mematikan telpon.
“Siapa
bilang kamu bisa menerima pemesanan?”
“Kita harus
menerima pemesanan untuk menghasilkan uang,” kata Hae Won dengan bingung.
“Kita tidak
perlu menghasilkan uang,” jelas Myeong Yeo dengan tegas. “Bibi melaporkan
bisnis ini ditutup setahun lalu. Itu menjawab pertanyaanmu, bukan?”
“Tapi
kenapa… Siapa bilang Bibi bisa lakukan itu?” keluh Hae Won, tidak mengerti.
“Itu
keinginan bibi. Lagi pula, bibi pemilik rumah ini.”
Hae Won
tidak mengerti dengan tindakan Myeong Yeo. Sebab ini adalah penginapan yang di
kelola oleh nenek sepanjang hidupnya. Serta Myeong Yeo masih berusia 48 tahun.
Dan Myeong Yeo menjawab bahwa karena usia itu lah, dia merasa lelah.
“Lalu bagaimana
bibi akan mencari nafkah mulai sekarang?”
“Rumah ini
bukan lagi urusanmu. Bibi akan mengurusnya mulai sekarang.”
Hae Won
tidak bisa menerima keputusan Myeong Yeo. Dia menjelaskan bahwa dia khawatir
kepada Myeong Yeo. Dan dengan ketus, Myeong Yeo membalas bahwa itu adalah omong
kosong, karena Hae Won tidak pernah mengkhawatirkannya.
“Bukankah
kamu melakukan itu untuk mengalihkan pikiranmu? Kamu lari dari kenyataan dan
melepaskan emosi. Tapi kamu harus menyibukkan diri, jadi, itu yang kamu
lakukan. Apa bibi keliru, Mok Hae Won?” jelas Myeong Yeo dengan tepat dan
tegas.
“Tidak, Bibi benar,” jawab Hae Won, merasa terluka. “Tapi haruskah bibi mengatakan kepada orang bodoh bahwa dia bodoh?” keluhnya.
Myeong Yeo
mengabaikan Hae Won dan masuk ke dalam kamar.
Dengan
sedih, Hae Won berdiri diam di tempatnya.
Eun Seop keluar dari rumah dengan secangkir minuman hangat. Dan tepat disaat itu, dia melihat Hae Won.
Hae Won
mengalihkan tatapan nya dari Eun Sop. Dia menyembunyikan wajah sedihnya.
Tags:
When The Weather Is Fine