Sinopsis K- Drama : When The Weather Is Fine Episode 2 - part 1


Original Network : jTBC Viki

Hae Won menggambar tato di tangannya.
Hae Won kemudian memandang ke arah rumah Eun Seop yang lampunya masih menyala.

“Anggota Klub Good Night, organisasi nokturnal tertua yang tersebar di dunia. Kalian sudah tidur?”
Setelah mengetikkan kata itu, Eun Seop menutup wajahnya sendiri karena merasa malu serta frustasi. Kemudian dia memandang ke arah rumah Hae Won.
“Teman-teman, harus kuakui…”


Hae Won datang ke rumah Eun Seop. Dan saat melihat nya, Eun Seop langsung menyangkal rasa suka nya dengan gugup. Lalu dia menutup pintu di depan Hae Won.
“Teman-teman, harus kuakui, aku mengacaukannya. Aku benar-benar mengacaukannya.”
Episode 2, Apa Ini Tentang Masa Lalu?

Stasiun Hyecheon. Hae Won datang dengan memakain seragam sekolah dan membawa koper kuning. Dia tampak seperti ragu.
Myeong Yeon menemani Hae Won ke sekolah baru.

Hari pertama masuk ke kelas baru. Hae Won tidak banyak bicara. Dia hanya diam dan mengangguk saja. Dia duduk dengan gugup di tempat nya.
Eun Seop memperhatikannya.

Hae Won masih berdiri menunggu di depan rumah Eun Seop.
Didalam rumah, Eun Seop merasa sangat bimbang. Dia memberanikan dirinya dan membuka pintu, lalu dia melihat Hae Won masih berdiri disana. Dan dengan sikap sok keren, dia mengatakan, “Jadi… Apa yang ingin kamu katakan?”


Hae Won melihat buku- buku di tempat Eun Seop, lalu menanyakan apakah dia boleh meminjam nya. Dan Eun Seop mengiyakan dengan gugup. Hae Won salah paham, dia berpikir dia telah menganggu Eun Seop, jadi diapun meminta maaf. Dan Eun Seop langsung menjawab bahwa dia tidak masalah dan Hae Won bisa meminjam buku itu, dia mengatakan itu tanpa memandang ke arah Hae Won. Sehingga Hae Won merasa sedikit canggung.

“Jadi, yang mana buku favoritmu?” tanya Hae Won sambil melihat- lihat lagi.
“Aku suka semuanya,” jawab Eun Seop, masih tanpa melihat ke arah Hae Won.
“Begitu, ya,” kata Hae Won dengan canggung. “Kalau begitu, aku permisi,” pamitnya. Kemudian dia pun pergi. Dan Eun Seop merasa ragu.
Saat Hae Won baru berjalan menjauh sedikit dari rumah Eun Seop. Dari belakang Eun Seop datang dengan membawa senter, dia beralasan bahwa sekarang sudah gelap. Dan Hae Won membalas kalau sebenarnya Eun Seop tidak perlu mengantar nya. Tapi Eun Seop bersikeras untuk berjaga- jaga.
“Jarak rumah kita sangat dekat, bukan?”
“Tetap saja, gelap sekali saat malam,” balas Eun Seop. “Apa… Ucapanku tadi saat reuni… Semoga itu tidak mengusikmu,” jelasnya dengan gugup.
“Aku tidak merasa terusik,” balas Hae Won, pelan.
“Dalam perjalanan pulang aku berpikir, aku seharusnya tidak berterus terang.”
“Kamu mengatakan tentang masa lalu. Bukan begitu?” balas Hae Won, bertanya. Dan Eun Seop diam. Karena itu, Hae Won pun jadi canggung kembali dan diam juga.
Setelah cukup lama saling berdiam, Eun Seop memperhatikan Hae Won dan menemukan sesuatu yang berbeda di tangannya. Tato ikan yang sebelumnya ada di tangan Hae Won berubah menjadi Tato Henna. Hae Won menjelaskan kalau dia kesulitan untuk tidur, jadi diapun menggambar tato di tangan nya sendiri. Dan dengan cahaya senter, Eun Seop melihat lebih dekat.

“Itu daun dedalu,” tanya Eun Seop. Dan Hae Won mengiyakan. “Berapa lama ini bertahan?”
“Entahlah. Kecuali kamu sengaja menghapusnya, mungkin sekitar sepekan?” jawab Hae Won, tidak yakin juga. Dan Eun Seop memuji betapa cantik nya itu.


Mendengar pujian itu, Hae Won menatap Eun Seop. Dan merasakan tatapan nya, Eun Seop jadi merasa gugup kembali. Kemudian tanpa mengatakan apapun lagi, mereka lanjut berjalan.
Eun Seop memberanikan dirinya dan kembali berbicara. “Omong-omong, apakah tidak sakit saat kamu membuatnya?” tanyanya. Dan Hae Won mengiyakan, tato ini sangat sakit karena desainnya di bakar dikulit dengan setrika panas. Dan Eun Seop terkejut.
“Kamu tidak tahu?” tanya Hae Won dengan serius.
“Pasti bohong. Kamu menggodaku, bukan?” balas Eun Seop. Dan Hae Won tertawa.

Myeong Yeo dan Hae Won mengunjungi makam Nenek bersama- sama. Disana mereka saling mengadu kan satu sama lain. Pertama Myeong Yeo. Kedua Hae Won.
“Ibu. Tampaknya, Hae Won tidak akan kembali ke Seoul. Dia berhenti bekerja. Saat sejuta orang lainnya juga menganggur,” adu Myeong Yeo sambil menghela nafas berat. “Harus kuakui, dia sangat manja.”

“Nenek, Bibi merokok. Rumahnya berantakan. Dia diam-diam melaporkan penutupan terhadap penginapan itu. Dia juga selalu memakai kacamata hitam. Entah kenapa dia melakukannya,” adu Hae Won juga. “Selain itu, Bibi terus…”
“Apa?” tanya Myeon Yeo, saat Hae Won tidak melanjutkan perkataannya.

Flash back. Hae Won mengingat kenangannya bersama Nenek dulu.
Hae Won tidur di pangkuan Nenek yang sedang asyik menonton TV. Karena merasa bosan, Hae Won mengambil kacang dan memasukkan itu ke hidung Nenek. Dan Nenek yang terkejut langsung memukul kepala Hae Won.
Hae Won menangis. Dan Nenek tertawa sambil mengelus- ngelus kepalanya. “Kenapa kamu memasukkan itu ke hidung nenek?” keluhnya dengan geli. Dan Hae Won tidak mau tahu. “Kenapa kamu menangis, Sayang? Astaga, baiklah,” bujuknya dengan lembut.
Flash back end.


“Aku sangat merindukan Nenek,” kata Hae Won dengan sedih. Kemudian dia pergi dari makam Nenek. Dan Myeong Yeo menghela nafas sedih.


Hae Won datang ke apotek untuk membeli obat sakit kepala. Dan si apoteker memberikan padanya obat sakit kepala yang bagus, lalu dia mengatakan sudah lama tidak bertemu. Dengan bingung, Hae Won menanyakan, apakah mereka saling mengenal. Dan si apoterker mengiyakan.
“Sepertinya dahulu ada anak kecil di sini,” tanya Hae Won sambil menunjuk ke arah kursi ayunan anak- anak yang ada dibelakang lemari.

“Anak itu. Anak itu sudah tidak ada,” jelas si apoteker dengan sedih. “Anak itu sudah lama pergi, tapi untuk gadis pemberani berusia 18 tahun, Kwon Hyun Ji, yang selalu siap bertengkar denganmu dan akan meledak karena marah… Dia mungkin sedang bersama teman-temann ya di Hyecheon,” jelas nya dengan lebih riang.

Hae Won menerima obat nya dan langsung meminumnya. Melihat itu, si apoteker teringat sesuatu dan bertanya, apakah Myeong Yeoo sudah menemui dokter, sebab setahunya Myeong Yeo ada mengalami sakit kepala yang parah. Dan Hae Won tidak mengerti.
“Dia harus menemui dokter jika seburuk itu. Jika dia tiba-tiba pingsan, kondisinya bisa kritis,” jelas si apoteker dengan perhatian.
Hae Won menelpon nomor telpon rumah Myeong Yeo. Tapi tidak ada yang mengangkat.

Jang Woo kebetulan lewat di dekat telpon umum dan melihat Hae Won. Jadi diapun menghampiri Hae Won dan memanggilnya. “Kamu mau minum kopi jika ada waktu?” undangnya. Dan Hae Won mengangguk kan kepalanya.

Balai kota Hyecheon.
Jang Woo membelikan segelas kopi dari mesin kopi untuk Hae Won, dia menjelaskan dengan bangga bahwa kopi di balai kota adalah yang terbaik.
“Apa yang akan kamu lakukan jika tidak bekerja di sini?” tanya Hae Won, memulai pembicaraan.
“Kurasa aku akan mencari pekerjaan lain,” jawab Jang Woo dengan santai. “Kapan kamu berencana kembali ke Seoul?” tanyanya. Dan Hae Won tidak tahu. “Kamu mau tinggal di sini untuk sementara waktu?” tanyanya lagi.
“Mungkin aku akan berada di sini sampai musim semi.”

Jang Woo mengajak Hae Won untuk merencanakan pertemuan lain dalam waktu dekat. Sebab Kim Bo Yeong teman akrab Hae Won, dia sangat ingin tahu kabar Hae Won, tapi sayangnya dia tidak bisa datang ke acara reuni hari itu. Serta karena semua teman dari SMA Hyecheon masih tinggal disini, cuma Hae Won yang pindah ke Seoul, jadi takut nya akan sulit bertemu dengan Hae Won lagi nantinya.
“Tapi kamu juga kuliah di Seoul. Bukankah kamu kuliah di Universitas Nasional Seoul ?” komentar Hae Won sambil tertawa.

“Tapi aku kembali, seperti yang kamu lihat. Aku bangga bekerja untuk Kota Hyecheon,” balas Jang Woo. “Mari kita segera berkumpul. Aku akan menelepon teman-teman yang tidak bisa datang hari itu. Makin tua usiamu, kamu makin sadar bahwa teman-teman lamamu yang terbaik. Mereka ingat aku di masa kejayaanku. Dan mereka membicarakan…” jelas Jang Woo dengan bersemangat. Lalu tiba- tiba ada pesan masuk berbunyi di hp nya. “Tunggu sebentar.”

Jang Woo melihat pesan masuk di hp nya. Kemudian dia menanyakan, apa kegiatan Hae Won malam ini. Jika tidak ada, dia mau mengajak Hae Won ke tempat yang menyenangkan.
Malam hari, para warga Hyecheon sangat bersemangat.
Warga pertama. Bibi Su Jeong. Dia mengabaikan putrinya yang meminta di carikan kaus kaki nya. Karena dia harus segera pergi ke pertemuan penting.

Warga kedua. Kwon Hyun Ji. Dia mencuri bantal pemanas dan beberapa vitamin di apotek Ibunya. Kemudian dia langsung kabur mengabaikan teriakan Ibu nya.

Warga ketiga. Bae Geun Sang. Dia sebenarnya sedang sibuk melayani pelanggannya yang datang untuk bertanyaa- tanya tentang lampu. Tapi saat dia melihat jam di tangannya, dia langsung segera buru-buru ingin pergi. Dia memberikan kartu namanya dan membawa pelanggannya keluar dari toko. Kemudian dia segera pergi.

Warga ketiga. Seung Ho. Saat Kakek nya pulang ke rumah, dia langsung mengajak Kakek nya untuk pergi bersama. Dan Kakek mengiyakan sambil menggandeng tangan Seung Ho.

Toko Buku Good Night. Hwi datang paling terakhir. Saat dia melihat Hae Won, dia langsung menyalami tangannya dengan bersemangat. Dan memperkenalkan dirinya sebagai adik Eun Seop. Kemudian selanjutnya, Jang Woo ikut memperkenalkan dirinya.

“Aku Lee Jang Woo, seperti yang kamu tahu. Aku permata tersembunyi dan aset tidak tergantikan di balai kota,” katanya dengan percaya diri.
“Astaga, jangan konyol. Jang Woo, kenapa kamu berusaha keras melucu belakangan ini? Kamu ingin menjadi komedian?” tanya Hwi dengan ketus.
“Tidak mudah menjadi komedian,” tambah Hyun Ji dengan ketus juga. Dan Hwi langsung tertawa.

Dengan kesal, Jang Woo tersenyum dan menatap ke arah Eun Seop yang sedang sibuk di dapur. “Eun Seop, boleh kupukul mereka?” tanyanya.
“Jika mencobanya, kamu akan dipukul duluan,” balas Eun Seop. Dan Hae Won tertawa. Hwi tersenyum sambil bersiap untuk menyerang. Sehingga Jang Woo tidak bisa melakukan apapun.
Satu persatu warga ikut memperkenalkan dirinya kepada Hae Won. Dan Hae Won masih mengingat sebagian besar dari mereka. Tapi dia merasa bingung dengan apa yang akan mereka lakukan sebenarnya hari ini. Sebab orang- orang yang berkumpul berbeda usia semua.
“Kita akan melakukan sesuatu yang sangat menyenangkan,” jelas Jang Woo.
“Kalau begitu, kita mulai pertemuan klub buku pertama di tahun baru?” kata Eun Seop sambil membagikan minuman hangat kepada mereka semua.
Flash back. Hae Won membaca buku yang diberkan padanya dan teringat akan kenangannya saat tinggal sendirian di Seoul. Dia merasa kesepian.
“Hidup tidak pernah membelikanku minuman.”

Hae Won makan sendirian di restoran yang ramai.
“Di banyak malam musim dingin, di toko camilan di gang buntu, aku menghabiskan uang sakuku untuk membeli minuman.”

Hae Won pulang naik kereta sendirian. Dan ada pesan masuk dari kepala guru. “Cobalah lebih menghibur anak-anak mulai besok.” Membaca itu Hae Won tampak lelah.
“Tapi hidup tidak pernah membelikanku satu minuman pun.”

Hae Won tiba dirumah nya. Dia melihat kostum- kostum yang telah disiapkannya, dan mengingat cara mengajar guru lain yang telah dilihatnnya. Dia berpikir keras.
“Entah itu hari bersalju atau hari saat bunga teratai batu mekar dengan tenang dan gugur.”
Flash back end. Kutipan pilihan Su Jeong selesai dibacakan. Judul Buku ‘Minuman’ oleh Jeong Ho Seung.

Jang Woo ingin menunjuk pembaca berikutnya. Dan dengan bersemangat, Hwi langsung mengangkat tangannya. Tapi Jang Woo langsung menolak serta menghentikannya, sebab dia ingin anggota baru mereka yaitu Hae Won yang membaca kutipan selanjutnya tentang musim dingin. Dan semua setuju.

“Kurasa Hae Won tidak sempat menyiapkan apa pun,” kata Eun Seop ingin membantu Hae Won yang tampak seperti kebingungan.
“Tertidur di perairan Danau Hyecheon,” kata Hae Won membaca kan kutipan pilihannya. Dan Eun Seop langsung diam. “Waktu yang mereka habiskan bersama sebagai kekasih semalam telah benar-benar meleleh. Y memikirkan pria itu, yang dia tinggalkan di atas rumput. Berapa lama lagi aku harus mengembara di tepi rasa sakit ntuk menghilangkan semua kenangan?”

“Jika kenangan cinta sirna atau manusia salju kalah di musim yang salah, tidak perlu ada penyesalan. Aku hanya ingin semua itu pergi. Hanya kekecewaan yang ditinggalkan di rumput sepi. Cinta lama menyilangkan sungai lupa. Andai saja, aku juga bisa menyeberangi ladang kesia-siaan ini.”
Judul Buku "Ladang Rumput Kosong" oleh Shim Myeong Yeo.

Setelah Hae Won selesai bercerita, Jang Woo menjelaskan kepada semuanya bahwa buku tersebut ditulis oleh Bibi Hae Won. Dan Bibi Hae Won pernah menjadi salah satu penulis terlaris. Dan semua memuji Hae Won.

Seung Ho membagikan jeruk panggang buatan Kakek kepada semuanya. Dan semua menerima nya dengan riang. Saat mengupas kulit jeruk, Hwi menanyakan nama serat putih di jeruk, dan Eun Seop menjawab empulur.
“Pria itu punya banyak pengetahuan tidak berguna,” komentar Hwi.
“Benar. Eun Seop punya banyak pengetahuan tidak berguna,” tambah Jang Woo sambil tertawa.

“Kamu tidak punya sama sekali,” komentar Hyun Ji dengan sinis.
“Itu tidak benar. Aku selalu menjadi yang terbaik di kelasku,” balas Jang Woo dengan kesal. “Kamu tahu itu, bukan? Eun Seop, tolong beri tahu mereka,” tanyanya meminta bantuan.
“Entahlah. Aku belum pernah mendengarnya,” balas Eun Seop. Dan semuanya tertawa dengan riang.





Malam itu. Semua orang saling mengobrol, bermain, dan tertawa dengan gembira. Su Jeong dan Geun Sang  membaca buku bersama. Kakek Seung Ho memanggang kan jeruk untuk mereka semua. Dan Hyun Ji menghampirinya serta memberikan bantal penghangat dan juga vitamin kepadanya. Jang Woo, Hwi dan Seung Ho bermain bersama. Hae Won memperhatikan mereka semua sambil tertawa. Dan Eun Seop sibuk di dapur sambil mendengarkan semuanya.


Saat yang lain sudah pulang. Hae Won masih berada di tempat Eun Seop dan melihat- lihat buku disana. Dan melihat itu, Eun Seop mengizinkannya untuk meminjam jika mau.
“Sebenarnya, aku sudah lama tidak membaca buku,” kata Hae Won dengan pelan. “Buku menceritakan kisah, bukan? Aku tidak bisa menghadapi konflik antara aku dan orang-orang dalam cerita. Hidupku sudah cukup berat. Aku tidak punya tenaga untuk memedulikan masalah orang lain,” jelasnya.
“Itu masuk akal,” balas Eun Seop dengan ramah.

Hae Won kemudian menatap ke arah Eun Seop dan mengaku bahwa hari ini dia merasa sedikit penasaran, terutama tentang buku puisi dengan judul ‘Orang yang kucintai’. Dan Eun Seop tersenyum mendengar itu.
“Aku masih membaca “Angin Bertiup Melewati Pohon Dedalu”. Akan kukembalikan secepatnya.”
“Kamu tidak perlu terburu-buru,” balas Eun Seop.

Dengan gugup, Hae Won menceritakan tentang temanya Ji Yeon yang merasa penasaran kepada mereka berdua, yaitu tentang dirinya dan Eun Seop. Sebab mereka berdua tidak dekat sama sekali, meskipun mereka bertetangga. Namun walaupun begitu dia punya satu kenangan samar tentang Eun Seop, kenangan tentang bagaimana Eun Seop di sekolah. Dan dia ingin tahu bagaimana dengan Eun Seop. Mendengar itu, Eun Seop terdiam.

Didalam kamar. Eun Seop teringat tentang pertanyaan Hae Won barusan. Dia mengeluarkan buku catatannya semasa sekolah dulu dan membaca nya.



Hari pertama. Pada pagi hari. Eun Seop melihat Hae Won datang ke sekolah nya dan masuk ke dalam kelas nya.


Pada malam hari ketika akan pulang, Eun Seop melihat Hae Won sedang kesusahan dengan rantai sepeda nya yang rusak. Dia ingin membantu, tapi karena Jang Woo datang, dia pun tidak jadi membantu dan pergi darisana, sebab dia merasa malu.

Hari selanjutnya. Eun Seop dan Hae Won saling melewati satu sama lain ketika berpapasan di depan pintu sekolah. Sebab mereka tidak dekat.


Hari selanjutnya. Di dalam kelas musik. Hae Won bermain piano. Dan mendengar musik nya, Eun Seop memperhatikannya. Dan dia tampak terpesona kepada Hae Won.

Mengingat semua kenangan itu, Eun Seop tersenyum kecil. Kemudian dia tidur dengan nyenyak.

Post a Comment

Previous Post Next Post