Sinopsis K-Drama : Hi Bye, Mama Episode 06-1
Images by : TvN
Yu
Ri telah menjadi arwah. Saat di rumah duka, dia menangis sedih. Tangisannya
membuat arwah Sim Geum Jae, Jung Gwi Soon, Sung Mi Ja dan Kwon Man Seok jadi
terganggu. Geum Jae marah-marah dan menyuruh Yu Ri untuk berhenti menangis. Di
sisi lain, mereka mengerti kalau Yu Ri pasti ketakutan sekarang ini karena
tidak mengerti apa yang terjadi karena menjadi arwah.
Yu
Ri masih terus menangis walau para arwah berusaha menenangkannya. Yu Ri memberitahu
alasannya menangis karena suaminya terus menangis. Dia merasa sedih karena hal
itu.
--
Kali
ini, rumah duka juga kedatangan arwah baru. Arwah Park Hye Jin yang mati bunuh
diri. Dia terus menangis dan alasannya adalah karena ibunya yang terus menangis
setelah dia meninggal.
Kematian
adalah akhir dari waktu yang di berikan oleh Dewa untuk menikmati hidup kita
sebaik mungkin, lalu pergi meninggalkan dunia ini.
Ibu
Hye Jin datang ke rumah duka dan terus menangis di depan abu anaknya. Menyesal
dan meminta maaf karena anaknya harus pergi begitu.
Arwah
Jung Gwi Soon juga menangis sedih ketika anaknya datang. Apalagi, saat melihat
anaknya menangis.
Semua
arwah yang ada di rumah duka, menangis penuh kesedihan saat melihat kedatangan
orang terkasih mereka yang menangis di depan abu mereka.
Tapi, aku
menyadari sesuatu setelah meninggal. Kenyataan bahwa hidupku bukan sepenuhnya
milikku saja.
Bahkan saat sekarang, keluargaku tetap
nomor satu
Min Jeong pergi ke minimarket untuk membeli soju. Dia tampak sedih karena Hyeon Jeong tidak ada di depan minimarket, jadi dia tidak punya teman. Saat lewat di depan kedai Misaeng, Min Jeong melihat ibu-ibu tetangga yang sedang berjalan ke arahnya. Takut kalau dia akan di perbincangkan karena membeli soju, Min Jeong memilih untuk masuk ke dalam Misaeng.
Hyeon Jeong dan Yu Ri sangat terkejut saat melihat Min Jeong yang datang. Hyeon Jeong berusaha tetap tenang menyapanya dan bertanya apa yang bisa di bantu? Min Jeong sebenarnya juga terkejut melihat wanita mirip Yu Ri di sana (dia belum tahu kalau itu beneran Yu Ri), tapi dia tidak mungkin keluar begitu saja setelah masuk. Jadinya, Min Jeong duduk di meja dan memesan segelas bir. Min Jeong juga menyembunyikan soju yang di belinya di bawah kursi.
Yu Ri masih terus menunduk,
menyembunyikan wajahnya dari Min Jeong. Dan Min Jeong masih terus melirik ke
arahnya. Hyeon Jeong menghidangkan soju untuk Min Jeong dengan alasan kalau
minum bir di malam hari, kalorinya tinggi.
Min Jeong akhirnya menikmati
soju yang di hidangkan. Dia terus minum dan minum. Yu Ri juga yang bingung
harus bagaimana, terus minum bir-nya. Hyeon Jeong yang jadi canggung harus
bersikap bagaimana di antara mereka berdua.
Saat
anak-anak pulang TK, Hyeon Jeong sempat melihat Yu Ri yang menatap dari balik
jendela TK dengan tatapan sedih. Hyeon Jeong kasihan padanya.
End
Tapi, Hyeon Jeong juga kasihan pada Min Jeong. Dia tahu kalau Min Jeong peduli dan menyanyangi Seo Woo.
Diam-diam, Hyeon Jeong mengirim
pesan ke ponsel Yu Ri, menyuruhnya untuk tidak cemas karena Min Jeong tampaknya
tidak menyadari siapa Yu Ri. Yu Ri berusaha berpikir demikian juga dan memilih
untuk segera pergi saja. Tapi, sebelum itu, Yu Ri mengirim pesan pada Hyeon
Jeong untuk tidak membiarkan Min Jeong minum lebih dari dua botol.
Eh, belum sempat pesan di
kirim. Min Jeong tiba-tiba berujar, “Terlalu mirip. Dari ujung kepala hingga
ujung kaki. Kenapa mereka begitu mirip?”
Woah, Yu Ri dan Hyeon Jeong langsung tegang. Eh, ternyata Min Jeong membicarakan mengenai udang kering yang terhidang untuknya. Ukuran udang itu mirip. Yu Ri dan Hyeon Jeong langsung menghela nafas lega.
Membuat Yu Ri dan Hyeon Jeong
terkejut. Dan…. Byarrrr, Min Jeong langsung tertidur. Dia sudah mabuk. Yu Ri
memberitahu kalau Min Jeong sudah melebihi batas minum-nya.
--
Min Jeong terbangun di rumah
dengan maskara yang luntur dan juga jidat yang memakai hansaplast.
Penampilannya benar-benar kacau. Dan Min Jeong sama sekali tidak ingat apa yang
sudah terjadi semalam.
--
Gang Hwa ada di rumah, tapi
bukan di kamar melainkan di ruang kerja. Dia tampak memikirkan mengenai Yu Ri
yang tidak bisa pulang ke rumah orang tuanya dan juga tidak tahu bahwa Seo Woo
alergi strawberry. Gang Hwa merasa bersalah padanya.
Pas lagi memikirkan itu, Min
Jeong tiba-tiba masuk masih dengan penampilan acak-acakan. Gang Hwa sangat
terkejut sampai menjerit kaget.
“Tidak. Kau … ada apa dengan
wajahmu?”
Min Jeong juga tidak tahu. Gang
Hwa pun tidak tahu karena semalam dia tidur di ruang kerja-nya. Min Jeong
memberitahu kalau dia tidak ingat apapun. Gang Hwa jelas khawatir apalagi Min
Jeong berbau alkohol.
--
Hyeon Jeong dan Geun Sang mengantarkan Ha Jun ke TK. Sepanjang jalan, Geun Sang memasang wajah kesal. itu karena Hyeon Jeong memakai plester di hidung. Dia ingin tahu apa yang Hyeon Jeong lakukan kemarin hingga terluka? Hyeon Jeong tidak mau memberitahu dan bilang kalau dia hanya mimisan, jadi jangan berlebihan.
Geun Sang cemas. Bukan pada
Hyeon Jeong tapi pada korban Hyeon Jeong. Jika Hyeon Jeong saja terluka, maka
lawan Hyeon Jeong kemarin pasti lebih parah lagi. Dia takut kalau dia akan di
tuntut untuk membayar uang damai. Hyeon Jeong kesal karena dia yang kena pukul.
Geun Sang tahu hal itu, tapi Hyeon Jeong itu bukan orang yang akan diam saja
jika di pukuli. Dia yakin kalau Hyeon Jeong pasti menyerang balik.
Hyeon Jeong kesal. Dengan nada
manis, Hyeon Jeong meminta Ha Jun menutup mata. Setelah Ha Jun menutup mata,
Hyeon Jeong baru memukuli Geun Sang karena ucapannya itu. Setelah memukulinya,
Hyeon Jeong baru menyuruh Ha Jun untuk membuka mata kembali.
--
Tidak hanya Min Jeong dan Hyeon
Jeong yang terluka, Yu Ri juga terluka. Dia memakai plester di dahinya.
--
Para arwah di rumah duka,
semuanya berkumpul di sana dan mengumpat Dewa. Semua umpatan mereka keluarkan.
Untuk apa? Agar mereka juga bisa di hukum seperti Yu Ri dan menjadi manusia
kembali.
Hanya satu arwah yang tidak
mengumpat, yaitu arwah Sung Mi Ja. Arwah ny. Sung yakin kalau mereka tidak akan
di hukum seperti Yu Ri karena pasti ada alasan Yu Ri di hukum, bukan hanya
karena mengumpat.
Saat itu, Midongdaek datang ke
kuil. Dia kesal karena semua arwah itu berkumpul dan mengumpat Dewa. Dia segera
mengeluarkan jimat dan mengusir semua arwah dari sana. Semuanya lari
terbirit-birit dengan ketakutan.
--
Semua arwah kembali ke rumah duka dan Midongdaek masih mengikuti mereka. Pas di dalam rumah duka, semua arwah mulai melakukan demo.
Cara demo-nya?
Mereka memutar musik dan menari
secara kompak sambil menyanyi, menyuarakan protes mereka. Hahaahha. Canggih.
Keren.
Percuma! Midongdaek tidak bergeming terhadap protes mereka yang bilang dia tidak adil dan hanya memihak Yu Ri. Habis sudah kesabaran Midongdaek dan dia hendak mengeluarkan loncengya. Tapi, dia malah tidak membawa loncengnya. Para arwah jelas jadi tidak takut pada merkea.
--
Min Jeong mengantarkan Seo Woo
ke TK, sambil memikirkan apa yang terjadi kemarin. Tapi, ingatannya hanya sampai
saat dia berkata pada Yu Ri kalau dia bisa menjadi ibu Seo Woo (tapi tidak begitu
yakin).
Dia berpas-pasan dengan Hyeon Jeong yang memakai plester di hidung. Hyeon Jeong tersenyum ramah dan menjawab kalau dia jatuh dari kasur tadi pagi. Eh, mereka juga berpas-pasan dengan Yu Ri yang memakai plester. Min Jeong yakin kalau sesuatu sudah terjadi. Tapi, belum sempat Min Jeong bertanya, Hyeon Jeong mengalihkan.
Para ibu penggosip heran
melihat mereka bertiga yang memakai plester. Apa mereka bertengkar? Salah
seorang dari mereka berkata kalau Yu Ri dkk itu satu team karena memakai
plester yang sama persis.
--
Usai mengantarkan anak-anak, Hyeon Jeong beranjak pulang. Tapi, dia tanpa sengaja melihat Min Jeong yang belum pulang dan berdiri di dekat jendela. Dari jendela itu, Min Jeong bisa melihat Seo Woo yang bermain riang dengan Yu Ri. Tatapan Min Jeong menjadi sedih melihat itu.
Ibu-ibu penggosip melihat Hyeon
Jeong dan mengajaknya untuk ikut minum kopi bersama mereka sambil membahas
tentang TK dan anak-anak yang bermasalah.
“Karena aku sudah cukup
bermasalah, aku tak punya waktu membahas anak-anak bermasalah,” balas Hyeon
Jeong. “Benar juga. Jika kalian punya waktu, urus saja masalah kalian sendiri.”
Min Jeong mendengar ucapan
Hyeon Jeong dan tersenyum tipis. Tidak di sangka, Hyeon Jeong mengajak Min
Jeong pulang bersama. Ibu-ibu penggosip itu jelas jadi kesal karena merasa di
permalukan.
Sambil jalan pulang, Hyeon
Jeong menggerutu mengenai ibu-ibu itu yang selalu bilang mengenai anak
bermasalah, padahal tidak demikian. Min Jeong membenarkan dengan sedih. Hyeon
Jeong memperjelas maksud ucapannya, kalau sebenarnya tidak masalah jika anak
lambat bicara atau sejenisnya, tapi para orang dewasa yang membuat itu menjadi
masalah.
“Tapi, apa kemarin malam aku
melakukan kesalahan? Ingatan terakhirku berada di kedaimu,” tanya Min Jeong.
“Tidak. Setelah selesai minum,
kau langsung pergi.”
Min Jeong masih ragu. Dia
memasukkan tangannya ke saku, dan ada banyak sekali daun di dalam sakunya.
Hyeon Jeong melihat itu dan langsung memalingkan wajah, pura-pura tidak
melihat. Min Jeong juga langsung membuang semua daun itu dan wajahnya tampak
malu.
Kenapa ada daun di saku jaket
Min Jeong?
--
Semua arwah yang sudah
memberontak menerima hukuman dari Midongdaek. Apa hukumannya? Midongdaek
menempelkan jimat di semua lemari abu hingga para arwah tidak ada yang bisa
keluar dan berkeliaran.
--
Di TK, pihak sekolah mengundang
beberapa orang dewasa untuk memberikan penyuluhan mengenai orang jahat
(penculik). Dan salah satu relawannya adalah ayah Yu Ri.
Ayah Yu Ri melihat gambar anak-anak yang di tempel di dinding. Dia memuji salah satu gambar yang tampak sangat hebat dan mirip seperti lukisan Picasso. Sangat menarik perhatian. Sepertinya, anak yang menggambar itu genius?
Guru yang melihat gambar yang
di puji ayah, memasang ekspresi bingung. Gambar itu sangat abstrak. Dan yang
membuat gambar itu adalah Cho Seo Woo. Hahahaha, kakek memuji gambar cucunya
sendiri.
--
Di dalam kelas, para relawan
mengajarkan anak-anak untuk berteriak jika di ajak orang jahat dan
mencurigakan. Sepanjang penjelasan, kakeknya hanya fokus melihat Seo Woo.
--
Yu Ri berkeliling TK. Dia tertarik melihat gambar yang ada di mading. Dia bahkan memuji gambar itu pada guru yang lewat. Yu Ri bilang gambar itu mirip seperi yang di gambar seorang pelukis terkenal. Sepertinya yang menggambar itu jenius.
Gambar siapa yang di puji?
Gambar Seo Woo!!
Hahahaha. Guru sampai bingung.
Dua orang bilang kalau gambar itu mirip pelukis terkenal.
--
Setelah di berikan penyuluhan,
saatnya praktek. Harusnya, ayah Yu Ri memasang wajah seperti orang jahat, tapi
pas sama Seo Woo, dia malah bersikap ramah dan terus tersenyum.
Saat itu, Yu Ri lewat. Seo Woo melihatnya dan langsung berlari untuk memeluknya. Yu Ri memeluknya dan refleks berbalik saat melihat ayahnya. Untungnya, ayah tidak sempat melihat wajah Yu Ri, jadi Yu Ri sempat kabur ke dapur.
--
Di rumah, ibu heran karena ayah
tidak ada. Dia menanyakannya pada Yeon Ji, kemana ayah? Yeon Ji menjawab tidak
tahu. Tapi, begitu ibu masuk ke dalam kamar, Yeon Ji langsung mengirim pesan
pada ayah kalau ibu mulai curiga, jadi segera pulang ke rumah.
Sayangnya, ayah tidak membaca pesannya karna terlalu sibuk bermain dengan Seo Woo. Yu Ri diam-diam memperhatikan mereka.
Ayah
sangat senang saat tahu Yu Ri hamil. Saking senangnya, ayah menelpon semua
teman, saudara dan kolega-nya untuk pamer kalau dia akan menjadi kakek sebentar
lagi. Ayah dulu sampai tidak mau ke pertemuan reuni karena iri pada
teman-temannya yang menceritakan mengenai cucu mereka. Dan sekarang, ayah bisa
pamer kalau dia juga akan menjadi kakek.
Ayah
sangat memanjakan Yu Ri yang hamil. Dia bahkan bilang pada Yu Ri, kalau Yu Ri
hanya perlu melahirkan saja dan dia yang akan mengasuh anak Yu Ri. Ibu protes
kalau dulu ayah saja tidak mau menjaga anak. Ayah berkelit kalau dulu kan dia
sibuk kerja mencari nafkah. Tapi, sekarang tidak lagi. Lagipula, anak dan cucu
itu berbeda.
Yu
Ri dan Gang Hwa senang mendengarnya. Gang Hwa sampai merekam ucapan ayah itu.
--
Dan
bayangkan, betapa pedihnya hati ayah saat ibu menolak menjaga Seo Woo. Dia juga
berat. Tapi, jika Seo Woo tidak ada, Gang Hwa akan terus berusaha bunuh diri.
Jadi, dia harus ikhlas membiarkan cucunya bersama Gang Hwa.
End
--
Hari ini, Gang Hwa akan
menjalani sidang disiplin. Geun Sang yang gugup dan menceramahi panjang lebar
kalau Gang Hwa harus berpenampilan menyedihkan dan mengkhawatirkan. Baru
setelah itu, Gang Hwa memohon di maafkan.
Gang Hwa malah tidak mau
mendengar ucapannya.
Suster memberitahu Gang Hwa
kalau dr. Jang terus mencarinya hari ini. Gang Hwa dengan santainya malah
bilang akan menemui dr. Jang kapan-kapan. Huft.
--
Direktur RS, tn. Park memanggil dr. Jang ke ruangannya terkait Gang Hwa yang tidak bisa melakukan operasi karna trauma. dr. Jang berusaha keras memberikan berbagai alasan agar Gang Hwa tetap di pekerjakan. Gang Hwa sedang berusaha di obati. Dan juga, Gang Hwa pernah menjadi dokter terbaik di rumah sakit ini.
Dir. Park tidak bisa membantu
lagi dan mereka hanya bisa mengikuti hasil komite di siplin hari ini. Dia
mengerti kondisi Gang Hwa, tapi tidak masuk akal jika dokter tidak bisa masuk
ke ruang operasi.
--
Gang Hwa ada di ruangan Geun Sang untuk di terapi. Bukannya menjalani terapi, mereka malah membicarakan Yu Ri dan Min Jeong. Pas saat itu, dr. Jang datang. Dia menyuruh Geun Sang untuk menunggu di luar.
“Pilih salah satu. Untuk
kejadian lima tahun lalu, salahkan aku hingga aku dipecat, atau kau terus
bersikap begini hingga dipecat. Pilih salah satu agar kau tenang,” tanya dr.
Jang.
“Astaga. Kenapa kau
mengungkitnya lagi?”
Dulu,
saat kematian Yu Ri, Gang Hwa begitu marah pada dr. Jang. Dr. Jang juga tidak
tahu harus bagaimana melihat frustasi-nya Gang Hwa.
End
Gang Hwa akhirnya bilang kalau dia mau di obati. Karna itu, dr. Jang menyuruh agar pengobatannya di mulai. Bukan dengan Geun Sang, tapi dengan dokter lain. Karena kalau sama Geun Sang, percuma saja.
dr. Jang juga memberikan
nasehat pada Gang Hwa, sama seperti Geun Sang. Menyuruhnya untuk berpenampilan
menyedihkan di depan komite disiplin nanti.
--
Min Jeong ada di café. Dia malu pada dirinya sendiri karena ada banyak daun di saku jaketnya. Dia ingat saat kemarin mabuk, dia menganggap semua daun kering itu adalah uang, jadi dia mengumpulkannya dengan begitu semangat. Argh, memalukannya. Itu yang Min Jeong pikirkan.
Min Jeong ke café untuk bertemu
teman-nya yang adalah suster di rumah sakit Gang Hwa bekerja. Dia meminta
bantuan agar bisa kembali bekerja, tapi bukan di rumah sakit yang sama dengan
Gang Hwa, tapi rumah sakit lainnya.
“Aku bisa mencari tahu, tapi
bukankah anakmu masih kecil? Kau tak apa-apa?”
“Ya. Aku baik-baik saja.”
“Suamimu bekerja di sini. Pasti
akan lebih mudah. Kenapa tidak? Aku mengerti. Karena tindakan disiplin suamimu?
Benar juga, ada kemungkinan dia dipecat. Kita tahu hasilnya setelah hari ini.”
“Ternyata hari ini, komite
disiplin...”
“Kau tak tahu? Apa ini? Ke mana
Oh Min-jeong yang selalu tahu soal suaminya?”
“Entahlah. Mungkin sudah mati.”
“Pasti kalian bertengkar. Wajar
suami dan istri bertengkar. Kalian tak akan bercerai.”
--
Para arwah berusaha untuk bisa
lepas dari jimat itu, tapi percuma saja, tidak ada yang bisa mendengarkan
mereka. Semua jadi saling menyalahkan karena sudah melakukan demo tadi.
Beruntung, angin bertiup dan membuat kertas jimat yang ada di depan lemari abu keluarga Pil Seung terlepas. Mereka jelas senang. Mereka ingin membantu arwah lain, tapi mereka tidak bisa karena tangan mereka tidak bisa menyentuh kertas jimat.
Jadi, mereka memutuskan meminta
bantuan para manusia. Dan satu-satunya manusia yang terpikirkan adalah…
Tags:
Hi Bye Mama