Original Network : jTBC Viki
“Apakah ada
hal lain yang ingin kamu katakan?” tanya Eun Seop, memberanikan dirinya.
Flash back.
Pertama kali
Hae Won pindah sekolah. Kim Bo Yeong adalah orang pertama yang mendekatinya.
Awalnya Hae Won merasa canggung sehingga dia tidak banyak berbicara.
Saat
pelajaran olahraga, guru menyuruh setiap murid untuk berpasangan menjadi dua
tim dan melakukan peregangan bersama. Karena masih belum mengenal siapapun, Hae
Won pun hanya berdiri diam saja ditempatnya. Dan disaat itu Kim Bo Yeong datang menghampirinya.
“Hae Won,”
panggil Bo Yeong. “Kamu mau satu tim denganku?” tanyanya sambil tersenyum
ramah.
Saat hari
hujan. Karena tidak ada payung, maka Hae Won pun tidak bisa pulang. Disaat itu,
Kim Bo Yeong menawarkan payung nya dan berlari menerobos hujan sendirian.
“Sampai
jumpa besok, Hae Won!” teriak Bo Yeong dengan bersemangat sambil melambaikan
tangan kepadanya.
Sejak saat
itu, karena kebaikan Bo Yeong. Perlahan- lahan Hae Won mulai membuka dirinya.
Dia menjadi teman baik dengan Bo Yeong yang ramah, mudah bergaul, dan
menyenangkan.
Suatu hari.
Hae Won tidak sengaja menjatuh kan paku payung di dalam lab. Jadi dia pun berjongkok
untuk memungut itu. Lalu tepat disaat itu, tiga orang murid masuk ke dalam lab,
dan mereka membicarakan tentang dirinya. Sehingga Hae Won pun berhenti bergerak
dan mendengarkan pembicaraan mereka.
“Mok Hae
Won… Ibunya adalah seorang pembunuh.”
“Apa?!”
“Seorang
pembunuh. Lebih buruk lagi, dia membunuh suaminya.”
“Sulit
dipercaya.”
“Gila. Kamu
yakin?”
“Ya. Itu
sebabnya dia di sini. Ibunya ada di penjara.”
“Tidak
mungkin. Menakutkan sekali.”
“Kamu
mengarangnya? Siapa yang memberitahumu?”
“Menurutmu
siapa lagi? Kim Bo Yeong.”
Mendengar
pembicaraan mereka bertiga, Hae Won merasa terkejut. Dia berdiri dengan
perlahan dan bermaksud untuk pergi darisana. Tapi kaki nya terasa gemetar
sehingga dia sulit untuk berjalan cepat dan kemudian dia tanpa sengaja menabrak
sesuatu dan memecah kan itu. Karena terkejut, ketiga murid tersebut langsung
berlari ketakutan dari dalam lab.
Dan Hae Won
pun keluar dari lab juga.
Dihalaman
sekolah. Saat Hae Won melihat ada banyak orang disana, dia merasa takut dan
panik. Jadi diapun pergi ke tempat kolam renang yang sepi dan menyendiri
disana. Dia berjongkok, menyembunyikan wajahnya, dan menangis.
Flash back
end.
“Karena itu,
menyebutnya kesalahpahaman hanya omong kosong,” kata Hae Won sambil mendengus
kesal. Lalu dia menyadari kalau Eun Seop sudah mulai mabuk dan mengantuk. “Eun
Seop, kamu tidur?” tanyanya. “Kamu mabuk, setelah dua kaleng bir. Kamu
benar-benar tidak kuat minum alkohol,” komentarnya. Lalu dia pun pamit.
“Tunggu, aku
tidak mabuk,” balas Eun Seop. Dan Hae Won tertawa geli.
Hae Won
mendekati Eun Seop dan melambaikan tangannya di hadapannya. “Kamu mabuk berat,”
katanya sambil tertawa.
“Aku tidak
bisa minum banyak,” kata Eun Seop, mengaku.
“Benar. Kamu
lebih payah daripada aku.”
Tiba- tiba
hujan turun dengan deras di luar. Dan mendengar suara hujan, Hae Won merasa
tenang. Kemudian dia memperhatikan wajah Eun Seop yang tertidur secara dekat.
Dia tersenyum melihat wajahnya. Tapi kemudian dia tersadar dengan tindakan nya
yang terasa aneh dan pamit pergi.
“Irene,”
panggil Eun Seop dengan pelan. Dan Hae Won menyahut tanpa sadar. “Aku senang
kamu di sini, Irene,” katanya.
Telpon rumah
Myeong Yeo berbunyi. Tapi tidak ada yang mengangkatnya.
Pagi hari.
Hae Won bangun cepat dengan senyuman.
Sebelum
berangkat, Hae Won memeriksa penampilannya di depan cermin yang ada di dekat
pintu masuk. Karena merasa ada yang kurang, dia pun berlari ke dalam kamarnya.
Dan Myeong Yeo memperhatikan kelakuannya dengan heran.
Hae Won
memakai bedak. Memilih lipstik mana yang bagus dan memakainya. Kemudian dia
mencari pensil alis nya, tapi tidak ada, jadi dia pun langsung berlari turun ke
lantai bawah dan bertanya kepada Myeong Yeo.
“Kamu mau ke
mana pagi-pagi sekali?” tanya Myeong Yeo, heran.
“Aku?
Bekerja,” jawab Hae Won sambil tersenyum.
Hujan turun dengan
deras. Eun Seop memperhatikan itu dari dalam toko buku sambil menyeduh segelas
kopi hangat seperti biasanya.
Eun Seop
duduk di deras sambil membaca buku dan meminum segelas kopi hangat. Hae Won
datang dan menyapa nya dengan ramah.
“Kamu datang
lebih awal.”
“Ya. Aku
bangun pagi.”
“Kopi?”
tanya Eun Seop sambil memberikan kopinya.
“Tentu,”
jawab Hae Won sambil menerima itu.
Hae Won
mengomentari Eun Seop yang langsung tertidur setelah minum beberapa teguk. Dan
Eun Seop mengiyakan, dia mengakui bahwa dia ingat semuanya sebelum tidur tapi
setelah itu dia tidak bisa mengingat apapun. Dan Hae Won tertawa.
“Omong-omong,
kamu mengatakan hal lain,” kata Hae Won sambil tersenyum menggoda Eun Seop. “Aku senang kamu di sini, Irene,”
jelasnya. “Kamu bilang, Aku senang kamu
di sini,” tegasnya.
“Benarkah?”
tanya Eun Seop terkejut. Dia langsung menutup bukunya dan menatap Hae Won.
” Benar.
Kamu menyebut namanya dengan penuh cinta,” goda Hae Won sambil tertawa. Dan Eun
Seop tersenyum malu- malu.
“Bagaimana
kabarmu, Hae Won? Senang bertemu denganmu,” kata Bo Yeong yang datang menemui
Hae Won. Dan melihat kedatangan nya, Hae Won langsung berhenti tertawa. “Aku Bo
Yeong. Lama tidak bertemu,” katanya, mengingatkan.
"Unggahan Blog Pribadi
Toko Buku Good Night"
Irene meminjam 'Angin Bertiup
Melewati Pohon Dedalu'
Semoga dia menyukai buku itu,
tapi jika tidak, biarlah.
Versi kesukaanku dari buku itu
memiliki ilustrasi Patrick Benson.
Tapi aku tidak boleh mengatakan
ini di sekitar buku-buku.
Karena buku dan gambar juga
memiliki telinga.
Malam makin larut, dan aku
terlalu banyak bicara.
Karena malam hari adalah waktu
yang tepat untuk bicara.
"When the Weather is
Fine"
Tags:
When The Weather Is Fine