Original Network : tvN
"Semua karakter, organisasi, tempat, dan
peristiwa adalah fiktif”
Dibalkon
gedung. Saat meihat Si Penghapus ingin melarikan diri menggunakan tali, Dong
Baek langsung menembaknya. Tapi Si Penghapus sama sekali tidak terluka oleh
tembakan itu, sebab dia memakai baju anti peluru. Menyadari itu, Dong Baek
tersenyum.
“Kamu tidak
tahu betapa aku merindukanmu,” sapa Dong Baek dengan senyum ramah. Lalu dia
melemparkan borgol kepada Si Penghapus.
Sun Mi
memandangi Jae Gyu yang terluka.
“Kamu
tertembak, jadi, lepaskan topengmu dan ucapkan salam,” perintah Dong Baek. “Di
mana sopan santunmu? Mari lihat kemampuanmu. Akan kubidik dengan benar kali
ini.”
“Aku
terkesan. Kamu menang,” balas Si Penghapus.
“Jika kamu
mengaku kalah, berlututlah.”
Si Penghapus
tiba- tiba membicarakan tentang Ibu Dong Baek, dia menanyakan, kenapa Dong Baek
tidak mampu berbuat apapun, kepadahal Ibu Dong tewas di hadapan Dong Baek.
Mendengar itu, Dong Baek merasa terkejut. Dan Si Penghapus tertawa geli, dia
menanyakan, apakah Dong Baek ingat bagaimana Ibu Dong tewas.
“Ibu. Ibu,”
ejek Si Penghapus. Mengulangin perkataan tidak berdaya Dong Baek pada saat itu.
“Aku mengingatnya dengan jelas. Kamu menangis seperti bayi di hadapan ibumu
yang sekarat,” ejek nya.
“Bantu aku,”
balas Dong Baek sambil menahan emosinya. “Jangan repot-repot memakai borgol itu
dan kaburlah,” jelas nya. “Aku mendesakmu,” tekannya sambil menyiapkan
pistolnya.
Setelah Dong
Baek mengatakan itu, Si Penghapus langsung melompat turun ke bawah. Dan Dong
Baek mengarahkan pistol padanya dan
menembak nya.
“Jangan
melupakan kata-kata terakhirku,” kata Jae Gyu dengan susah payah.
“Jangan
bicara dan tetap sadar,” balas Sun Mi dengan tegas.
“Kamu harus
menemukannya. Jangan melupakan padang rumput itu…”
Dong Baek
berhasil menembak Si Penghapus. Namun walaupun begitu, Si Penghapus masih bisa
bergerak. Jadi diapun menembaknya lagi.
Para anggota
Tim SWAT yang mendengar suara tembakan tersebut langsung berlari ke atas.
“Padang
rumput?” tanya Sun Mi, tidak mengerti.
“…” Jae Gyu
sudah tidak sanggup untuk berbicara. Dia menutup matanya untuk selama- lamanya.
Melihat itu,
Sun Mi merasa sedih. Lalu saat Dong Baek menelpon, dia mengangkatnya.
Sambil berlari
menuruni tangga, Dong Baek memberitahu Sun Mi bahwa Si Penghapus terjatuh dari
atap, jadi dia ingin Sun Mi untuk mengirimkan unit bantuan ke pintu belakang.
Sun Mi
bertemu dengan para anggota Tim SWAT. Dan dia segera memberitahu mereka.
Sesampainya
di lantai bawah, Dong Baek melihat Si Penghapus telah menghilang ke dalam
lubang air yang berada di jalan. Dan dia mempersiapkan pistolnya untuk menembak
ke dalam.
Young Soo
datang dan memeriksa kematian Jae Gyu. Setelah itu, dia mendengarkan laporan
Tim SWAT, Si penghapus dan Dong Baek menghilang. Dengan menyesal, Sun Mi
langsung mengatakan bahwa dia akan bertanggung jawab.
“Bertanggung
jawab?” tanya Young Soo dengan sedikit sinis. “Ketahuilah ini. Tidak ada yang
bisa mempertanggungjawabkan ini. Bahkan pemecatan kita dari kepolisian tidak
akan cukup untuk menghindari akibatnya,” jelas nya.
Mendengar
itu, Sun Mi diam dan menunduk kan kepalanya.
"Memorist: Ep 11, Luka yang Dalam"
Sesampainya
di kantor, Ji Eun menyelinap masuk ke dalam ruangan rapat secara diam-diam,
karena dia terlambat. Tapi saat dia masuk, Ketua langsung memarahinya. Ketua
tidak mengizinkan Ji Eun untuk bergabung di dalam rapat. Ketua ingin Ji Eun
untuk menemukan bukti kuat yang bisa menjatuhkan Dong Baek, setelah itu barulah
Ji Eun di izinkan untuk bergabung. Jika tidak, maka Ji Eun tidak boleh
menginjak kan kaki disini lagi.
Mendengar
itu, Ji Eun merasa sangat syok. Dia memandangi para rekannya semua, tapi mereka
semua menghindari tatapan nya. Dan dengan sedih, dia pun pergi.
Ji Eun duduk
di tangga darurat. Dia ingin menelpon Kyung Tan, tapi dia merasa ragu. Dia
ingin menelpon Se Hoong, tapi dia merasa ragu juga. Dan dia pun menangis
frustasi.
Peneliti menjelaskan kondisi In Tae kepada Sang Ah, In Tae berhasil belajar dengan cepat dan kebiasaan nya masih ada, tapi In Tae belum bisa berbicara, mungkin karena In Tae mengalami krisis identitas. Dan In Tae membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan ini. Mendengar itu, Sang Ah diam dan memandangi In Tae dengan sedih.
“Maaf karena
harus mengatakan ini, tapi dia subjek menarik dari sudut pandang peneliti. Karena
itulah aku tidak akan berhenti membantunya,” kata Peneliti, menghibur Sang Ah.
“Terima
kasih.”
Berita mengenai kematian Jae Gyu di tayangkan di TV. Dan In Tae tampak bereaksi saat mendengar berita tersebut, dan Peneliti memperhatikan reaksi nya.
Media dan masyarakat mulai meragukan kinerja Polisi yang lagi- lagi gagal untuk menangkap penjahat. Karena ini sudah kesekeliannya.
Jaksa Oh bersama dengan para anggota tim nya datang ke gedung kepolisian. Melihat kedatangan nya, para wartawan langsung mengerubungi dan mengajukan berbagai pertanyaan kepadanya.
Jaksa Oh
masuk ke dalam kantor kepolisian. “Semua, hentikan kegiatan. Mulai saat ini,
tangan kalian tidak boleh menyentuh meja,” teriaknya dengan sombong. Lalu saat
dia melihat Lim seperti ingin melakukan sesuatu di komputer, dia langsung
melempari nya dengan barang. “Diam di tempat. Hei, kamu!” bentaknya.
“Bukankah
sudah jelas? Ini penggeledahan dan penyitaan. Selembar kertas pun tidak boleh
meninggalkan ruangan ini. Segera menjauh dari meja kalian,” jelas Jaksa Oh,
memerintah dengan tidak sikap sopan. Sehingga membuat setiap Detektif merasa
marah padanya.
Sun Mi keluar dari ruangannya dan membaca surat penggeledahan yang dibawa oleh Jaksa Oh. Lalu setelah itu, dia menyuruh Jaksa Oh untuk melakukan tugas mereka kemudian pergilah. Namun Jaksa Oh malah bersikap meremehkan Sun Mi dengan mengatakan bahwa karena Sun Mi membiarkan Jae Gyu tewas, maka ini terjadi.
“Kalau
begitu, tangkap aku,” tantang Sun Mi dengan berani.
“Boleh juga,” balas Jaksa Oh. Lalu dia berbisik didekat telinga Sun Mi. “Apa yang kukatakan padamu soal berhati-hati?” katanya sambil tersenyum kecil.
Shin Woong
datang danmenyapa Jaksa Oh dengan ramah. Dan Jaksa Oh membalas sapaannya dengan
sinis. “Aku merasa terhormat. Anda mengenali jaksa pelaksana rendahan yang
tidak dihormati anak buah Anda,” katanya.
“Bagaimana
mungkin aku tidak mengenal calon Jaksa Agung? Kamu dipromosikan ke Kantor
Kejaksaan Pusat. Kamu lolos dari skandal Im Joong Yeon,” balas Shin Woong
dengan sama sinis nya.
Jaksa Oh merasa tidak senang mendengar perkataan Shin Woong. Dia memerintahkan anak buah nya untuk memintakan satu lagi surat perintah lain ke pengadilan, dia ingin menggeledah kantor Shin Woong juga. Mendengar itu, Young Soo langsung menegurnya. Tapi dengan tenang, Shin Woong tetap tersenyum dan bahkan dia mengundang Jaksa Oh untuk berbicang di ruangan nya. Namun Jaksa Oh masih saja bersikap tidak sopan.
Shin Woong
mengajak Jaksa Oh untuk bertaruh, yaitu Jaksa Oh akan pergi dengan tangan
kosong. Dan Jaksa Oh menanggapi taruhan itu sebagai lelucon. Tapi Shin Woong
serius.
“Kudengar kamu hadir kali terakhir saat mereka datang untuk menangkap Detektif Dong Baek,” kata Shin Woong, mengungkit kejahatan yang Jaksa Oh lakukan. “Kamu pasti tahu apa masalahnya.”
“Aku tidak
tahu,” balas Jaksa Oh. Dan Shin Woong
langsung menyuruh anak buahnya untuk mengirimkan dokumen mengenai kejadian
tersebut. “Anda komedian yang hebat,” puji Jaksa Oh, menanggapi perkataan Shin
Woong sebagai omong kosong.
“Kamu akan
bertanggung jawab karena menyerang tersangka, bukan?” tanya Shin Woong sambil
tersenyum. ("Menyerang tersangka bisa dihukum penjara hingga lima
tahun").
Jaksa Oh menatap Shin Woong dan bertanya, apakah Shin Woong punya bukti. Dan Shin Woong tidak menjawab pertanyaan itu, malahan dia bertanya, apakah Jaksa Oh berani bertaruh. Mendengar itu, Jaksa Oh merasa yakin kalau Shin Woong tidak punya bukti, dan bahkan jika Shin Woong mempunyai bukti, dia tidak merasa takut sedikit pun.
“Benar.
Hanya jaksa yang berwenang untuk mendakwa tersangka. Namun, jika video
mengerikan itu ditayangkan di berita, walau menghindari dakwaan, kamu pasti
akan kehilangan pekerjaanmu. Jaksa yang terlibat skandal akhirnya terjun ke
sektor swasta,” kata Shin Woong dengan nada kasihan kepada masa depan Jaksa Oh
nantinya.
“Apa Anda
menantangku?” tanya Jaksa Oh, kesal.
“Mau bertaruh? Entah kamu akan pergi dengan tenang, atau kita akan bertarung, tanpa menahan diri?” balas Shin Woong, menantang.
Mendengar
itu, Jaksa Oh terdiam. Dan seluruh ruangan pun menjadi hening.
Setelah
terdiam cukup lama, Jaksa Oh menyuruh semua anggota nya untuk mundur. “Anda
seperti yang kudengar. Aku akan segera menemui Anda lagi,” katanya. Setelah itu
diapun pergi.
“Kamu tetap pengacara meski berhenti, tapi yang lain bukan. Tugasku adalah memastikan mereka bisa menafkahi keluarga mereka. Jika kamu terus menolak dan bertahan, Young Soo juga akan dipecat. Itukah yang kamu inginkan?” tanya Shin Woong.
“Tidak,
Pak,” jawab Sun Mi langsung.
“Jika kamu
mengerti, bertindaklah demikian,” balas Shin Woong, tegas.
Dengan rasa
bersalah, Sun Mi menundukkan kepalanya, memberikan hormat. Lalu dia pergi dari
dalam ruangan.
Si Penghapus mengobati kaki nya yang terluka. Setelah itu, dia memakai kembali topengnya. Dia memegang kancing di jas nya. Lalu dia mengenakan jas tersebut.
Ketika sampai dirumah, Sun Mi melihat Dong Baek duduk diruangan tamunya, dengan tidak senang, dia menanyakan, apakah Dong Baek juga membaca kode pintu nya dan apalagi yang Dong Baek lihat dari ingatan nya. Dengan kesal, Dong Baek membalas bahwa empat tombol di pintu dipenuhi sidik jari Sun Mi. Lalu dia menyuruh Sun Mi untuk berhenti cemberut.
“Begitu aku mati, semua orang akan tahu siapa si Penghapus. Kamu tidak perlu khawatir, jadi, pergilah,” kata Sun Mi dengan sikap dingin.
“Aku tidak
punya tempat tujuan. Woo Seok Do (Jaksa Oh) memasukkan ku dalam DPO, jadi,
mereka di rumahku dan hotel,” kata Dong Baek mengaku dengan jujur.
Sun Mi tidak terlalu peduli dan membuka kulkas nya untuk mengambil air. Tapi perkataan Dong Baek yang selanjutnya, menghentikannya dan membuatnya terkejut. Dong Baek menceritakan kalau Si Penghapus lah yang telah membunuh Ibunya. Jadi dia tidak peduli siapa yang mati, dia pasti akan menghakhiri ini.
“Bagaimana
kamu akan mengakhirinya?” tanya Sun Mi.
“Dia hanya
membunuh penjahat terkenal seperti si Algojo. Tapi ada satu pengecualian,”
jawab Dong Baek , menjelaskan. “Petunjuk kuatnya berada dalam insiden Shimbae. Alasan
si Penghapus terpaksa membunuh tujuh orang. Begitu aku menemukan alasan itu, kita
bisa mengungkap identitas asli si Penghapus, dan kenapa membunuh mereka meski
harus mengungkap kekuatannya,” jelasnya.
Sun Mi diam dan berpikir. Dong Baek meminta bantuan Sun Mi. Dan Sun Mi langsung membalas bahwa dia sudah di keluarkan, karena seseorang kehilangan pelaku nya. Dengan tidak senang, Dong Baek membela dirinya, bukan dia yang kehilangan pelakunya tapi Sun Mi, sedangkan dia sudah mempertaruhkan nyawa nya untuk mengejar Si Penghapus.
“Salahkulah
karena memercayaimu,” kata Sun Mi, mengakui kesalahannya.
“Sombongnya.
Dengarkan aku,” keluh Dong Baek dengan nada pelan. “Yang kubutuhkan bukan
pangkatmu, tapi otakmu,” jelasnya.
“Tentu saja,
aku secerdik Sherlock Holmes. Tapi kamu juga punya kelebihan,” kata Dong Baek
dengan sikap narsis. “Pengetahuan hukum kriminal yang tidak kumiliki. Dan akal
sehat dengan otak yang mengagumkan.”
“Kamu
mengakui aku hebat?”
“Maksudku
kamu punya kelebihan dan kekurangan,” jelas Dong Baek, kesal.
Sun Mi
menceritakan pernyataan Jae Gyu, ketika Jae Gyu sekarat. “Si Penghapus bersembunyi dalam masa lalu Dong Baek.” Itulah kata terakhir
Jae Gyu.
Dong Baek
merasa kalau petunjuk Jae Gyu tidak berguna. Sebab dia kehilangan semua
kenangan semasa kecilnya. Jadi menurutnya, yang harus mereka gali bukanlah masa
lalunya, melainkan insiden di Shimbae.
Sun Mi menjelaskan pendapatnya, menurutnya Jae Gyu tidak akan meninggalkan pesan kematian yang tidak berarti. Dan Dong Baek berkomentar bahwa tampaknya Sun Mi berempati kepada kematian Jae Gyu.
“Dia mungkin
merujuk pada ingatan yang tidak pernah terhapus,” kata Sun Mi dengan yakin.
“Jadi, maksudmu
si Penghapus mungkin ada dalam ingatanku?” tanya Dong Baek, berpikir. “Apa itu
masuk akal?” tanyanya, merasa ragu.
“Kamu mungkin tidak menyadarinya karena itu biasa. Atau…” balas Sun Mi. “Atau itu terlalu mengejutkan sehingga kamu gagal menyadari sekelilingnya. Di sanalah tempat si Penghapus bersembunyi.”
“Aku gagal
menyadari karena itu terlalu mengejutkan?” gumam Dong Baek.
Dong Baek : “Saat mengejutkan yang membuatku
melupakan hal lainnya. Atap yang kudatangi saat berusia 19 tahun.”
Dong Baek
berdiri di atas gedung tinggi. Dia berniat untuk melakukan bunuh diri. Namun
sebelum dia sempat melompat, seorang wanita datang dan mengkaget kan nya.
“Bisakah kamu melakukannya di tempat lain?” tanya Si Wanita. “Kudengar melepas sepatumu adalah pesan yang meminta orang-orang memperhatikan kematianmu. Begitukah?”
“Tidak, bukan
begitu,” jawab Dong Baek dengan gugup.
“Bisakah
kamu melakukannya di tempat lain? Ini tempatku.”
Mendengar
itu, Dong Baek terdiam dan tidak jadi untuk bunuh diri. Tapi tiba- tiba kakinya
tergelincir dan dia hampir saja terjatuh. Untung nya, Si Wanita segera menarik
tangan nya.
Kyung Tan
dan Se Hoong datang ke tempat Sun Mi sambil tersenyum ramah. Bahkan mereka juga
membawakan makanan. Melihat itu, Sun Mi merasa heran, dan menyuruh Dong Baek
untuk menjelaskan situasi ini.
“Kamu tidak
meminta izinnya?” tanya Kyung Tan, tekejut. Dia menatap Dong Baek, bertanya.
“Aku baru
mau meminta izin, tapi kalian tiba-tiba muncul,” jawab Dong Baek dengan gugup
sambil mengalihkan wajah nya dari tatapan Sun Mi.
Se Hoong menyela suasana yang canggung. Dia menjelaskan kepada Sun Mi bahwa dia mempunyai informasi yang penting. Kemudian setelah itu, dia dan Kyung Tan masuk ke dalam rumah Sun Mi dengan alasan lapar dan ingin makan dulu.
Dengan
kesal, Sun Mi menatap Dong Baek dengan tajam. Dan Dong Baek langsung
menghindarinya serta masuk ke dalam juga.
Tags:
Memorist
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete