Sinopsis C- Drama : Beautiful Reborn Flower Episode 8 part 1


Original Network : Tencent Video iQiyi Youku iQiyi


=Rahasia Lili Merah=
He Ping memberitahu A Li bahwa rumah nya dimasukin oleh pencuri, dan dia ingin tahu, apakah selama dia pergi ada orang mencurigakan yang datang. Dan A Li pun berpikir, tapi dia tidak mengingat ada siapapun yang mencurigakan. Lalu dia menenangkan He Ping untuk tidak perlu khawatir, karena kan semua lukisan He Ping sudah di asuransikan, jadi He Ping hanya perlu membeli yang baru saja lagi. Lagian, He Ping juga sudah melapor ke polisi.
He Ping mengerti, kalau dia akan mendapatkan uang kompensasi dari asuransi dan lukisan masih bisa di beli. Tapi masalahnya, buku harian dunia lain milik Nan Sheng yang dia paling pedulikan, karena itu tidak bisa di beli dengan uang. Dan mendengar itu, A Li merasa tidak senang.

“Baik. Kamu bersedia memedulikan Buku Harian "Dunia Lain" milikmu. Kamu pedulikan saja. Saya memang hanya peduli dengan gambar-gambar itu. Lagi pula dari semua barang yang dicuri, hanya Buku Harian"Duniai Lain" yang paling tidak bernilai. Saya mengatakan seperti ini tidak salah, kan?” keluh A Li, emosi.
“Kamu lagi-lagi berpendapat seperti ini,” balas He Ping, malas.
“Kamu hidup saja dalam memorimu sendiri. Nanti kalau ada apa-apa lagi, jangan telepon saya,” balas A Li, marah. Lalu diapun pergi. Dan He Ping tidak peduli dengan nya.


He Ping mencari- cari di dalam tong sampah yang berada di depan apatermen. Melihat itu, Duo yang menyamar menjadi satpam, dia berbasa- basi dengan meminta maaf untuk keamanan mereka yang kurang baik, kemudian dia menyarankan He Ping untuk tidak perlu mencari di dalam tong sampah lagi, karena barang yang He Ping cari pasti nya tidak ada di dalam situ. Tapi He Ping tidak mau mendengarkan.
“Pak Lin, sebenarnya Anda ini kehilangan apa?” tanya Duo, heran.
“Kehilangan sebuah buku harian. Itu terlihat biasa saja, tapi sangat penting bagi saya,” jawab He Ping.
Dan mendengar itu, Duo berpura- pura berbaik hati membantu He Ping untuk membongkat tong sampah dan mencari buku harian tersebut.

Yang Lan datang dan heran melihat apa yang sedang He Ping dan Duo lakukan. Tapi He Ping tidak berniat untuk menjelaskan dan langsung bertanya padanya, apakah Yang Lan sudah menemukan siapa orang yang sudah memalsukan karya seni mereka. Dan Yang Lan mengiyakan.
“Apakah Anda masih ingat dengan pemilik kilang anggur bernama An Kailun yang kita temui ketika di Barcelona?” tanya Yang Lan. “Perusahaan ini termasuk dalam An Group. Saya prediksi setelah mereka melihat pameran kita di Barcelona, mereka pulang dan meniru produk kita.”
“Tidak sangka kalau dia adalah orang yang seperti itu,” gumam He Ping, saat mengingat nya.


He Ping kemudian memanggil Duo. Dia meminta Duo untuk terus membantu nya mencari buku harian tersebut, siapapun yang menemukan buku harian tersebut, dia bersedia untuk membayar berapa pun. Dan setelah mengatakan itu, He Ping pun pergi bersama Yang Lan.

“Bersedia membayar berapa pun,” gumam Duo. Lalu dia mengingat kalau buku tersebut sudah di jualnya kepada Ben seharga 10 yuan saja. Dan dia pun bergegas untuk menemui Ben.

Jianfeng kebetulan bertemu dengan Qiao Fan lagi, dan diapun menyapanya. Namun Qiao Fan mengabaikan nya, karena lagi- lagi Jianfeng membicarakan masa lalu dan mengatai kalau hidup nya menyedihkan, sebab saat itu dia memutuskan Jianfeng dan pergi ke Spanyol.

“Kamu pergi ke mana?” tanya Jianfeng, ingin tahu.
“Mencari rumah. Kalau tidak, tidur di jalan ya?” balas Qiao Fan, ketus.
“Bagaimana kalau kamu pergi dengan saya? Saya tahu ada sebuah rumah yang bagus dan murah,” kata Jianfeng dengan baik hati. Lalu dia menarik tangan Qiao Fan untuk mengikuti nya.

Qiao Man datang menemui Ben lagi untuk menagih hutang. Dan melihat Qiao Man datang, Ben mengeluh kesal, karena dia beneran tidak punya uang, jika Qiao Man mau, maka Qiao Man harus menunggu nya sampai selesai menulis naskah dan mendapatkan uang loyalti.
“Tanganmu kenapa bisa begitu?” tanya Qiao Man, ketika melihat tangan Ben yang terluka.
“Saya juga sial bertemu dengan kalian para penagih utang ini, saya buru-buru menyelesaikan naskah saya semalaman, pergi ke toilet, saya jatuh sampai tangan saya patah,” jawab Ben.
“Lalu... Lalu kapan kamu bisa menyelesaikan naskahmu?” keluh Qiao Man.
“Sudah hampir. Sudah hampir. Saya sudah menulis setengah. Kamu pulang saja. Sampai jumpa,” balas Ben. Tapi Qiao Man tidak percaya.


Qiao Man kemudian menawarkan diri untuk membantu Ben mengetik, karena dia ingin Ben untuk segera menyelesaikan naskah tersebut dan lalu dia mendapatkan uang nya kembali. Mendengar tawaran itu, awalnya Ben menolak, tapi setelah berpikir sejenak, dia pun setuju. Lalu dia mengajak Qiao Man untuk masuk ke dalam rumahnya.
“Kamu pertama kali datang ke rumah saya, saya akan memberi tahumu beberapa peraturan. Barang saya banyak, jangan menyentuh barang-barangnya ya. Saya tidak suka kalau barangnya disentuh,” jelas Ben. Dan Qiao Man mengerti.
Ben lalu memberikan laptop nya kepada Qiao Man. Dan ketika Qiao Man membuka dokumen naskah Ben, dia mengeluh, karena Ben barusan bilang sudah mau hampir selesai, tapi dari dua belas bab, Ben hanya baru menyelesaikan tiga bab saja. Dan Ben menenangkan Qiao Man untuk tidak perlu khawatir, karena mereka kan bekerja sama sekarang, jadi pekerjaan akan menjadi lebih efisien.
“Saya benar-benar sudah membuat diri saya jatuh dalam jebakan,” gumam Qiao Man, menyesal.
“Sudah. Sudah. Kita lanjut ya,” kata Ben. Lalu dia mulai menceritakan lanjutan kisah naskah nya.
Ketika Ben bercerita, Qiao Man merasa ragu kalau para pembaca akan menyukai cerita Ben. Karena cerita Ben sangat berantakan. Dan Ben pun bertanya, apa yang harus dilakukan nya jika begitu, karena dia tidak punya uang untuk mengundang penulis profesional, jadi dia hanya bisa menulisnya sendiri. Karena itu, Qiao Man hanya perlu mengetikkan apa yang dia katakan saja. Dengan kesal, Qiao Man pun diam dan mengetik.
Tidak jauh dari Qiao Man, tergeletak buku harian dunia lain.

He Ping dan Yang Lan datang ke kantor An Group untuk menemui Zhu Fan (Ipar Hanson). Disaat itu, Zhu Fan sedang menyakin kan seorang pembeli kalau produk seni yang dimiliki nya adalah asli dan harga nya sangat murah. Dan dengan ketus, Yang Lan menyela pembicaraan Zhu Fan dengan bertanya, apakah Zhu Fan ada bukti kalau itu adalah barang asli dan bukannya barang imitasi, sebab menurutnya itu adalah barang imitasi. Dan mendengar itu, si pembeli pun tidak jadi untuk membeli dan pergi darisana.


“Kalian berdua sedang apa? Menghancurkan bisnis,” kata Zhu Fan, marah.
“Mengamuk apa? Tolong kamu bicara dengan sopan,” balas Yang Lan.
“Saya tidak peduli siapa kalian berdua. Cepat pergi sekarang. Kalau tidak, saya akan lapor polisi,” ancam Zhu Fan.
“Lapor polisi. Kami yang seharusnya lapor polisi,” balas He Ping, tidak takut. “Panggil bos kalian keluar. Kalau tidak, produk-produk seni ini akan saya hancurkan semuanya.”
“Sayalah bosnya. Kamu ingin bagaimana?” tantang Zhu Fan.

Mendengar itu, Yang Lan serta He Ping pun tidak berbasa- basi lagi dan langsung berbicara ke inti nya. Mereka ingin menuntut Zhu Fan, karena telah melakukan plagiat atas barang mereka, yang menyebabkan mereka mengalami kerugiaan banyak. Tapi Zhu Fan tidak merasa bersalah dan tidak takut sama sekali.
“Ternyata kamu itu mau membahas masalah ini, saya kira kenapa. Saya menjual produk imitasi saya, kamu menjual produk aslimu, saya juga tidak menghalangimu. Kita semua menghasilkan uang berdasarkan kemampuan sendiri. Kalian berdua seharusnya berterima kasih pada saya. Kalau bukan karena saya, apakah produk seni kalian sekarang bisa sepopuler ini?” kata Zhu Fan dengan sangat bangga. Dan Yang Lan merasa emosi mendengar nya.
Zhu Fan kemudian dengan santainya menawarkan solusi untuk membagi uang keuntungan nya kepada He Ping dan Yang Lan sebagai ganti rugi. Tapi dengan tegas, He Ping menolak. Dia tidak mau uang dan dia akan menuntut perusahaan Zhu Fan untuk tutup. Jadi sekarang, Zhu Fan hanya perlu menunggu surat dari pengadilan saja. Pada saat itu, barulah Zhu Fan akan tahu seberapa serius nya masalah ini.
“Saya…” kata Zhu Fan, mulai takut.
Tepat disaat itu, Hanson datang. Dan ketika dia melihat He Ping, dia merasa terkejut, karena memang benar idiom china ‘musuh mudah ditemui’.


“Ternyata masalah pemalsuan ada hubungannya denganmu,” kata He Ping. Dan Hanson tidak mengerti. “Kamu bekerja sama dengan mereka untuk memalsukan produk seni kami, iya kan?”
Mendengar itu, Hanson menatap ke arah Zhu Fan yang tampak bersalah. “Saya sama sekali tidak tahu apa yang sedang kamu bicarakan,” balas nya kepada He Ping.
Yang Lan menyarankan He Ping untuk jangan bertindak gegabah dan mengajak nya pulang untuk membuat rencana jangka panjang terlebih dahulu. Dan He Ping mengerti. Tapi Hanson malah bersikap sombong serta berkuasa, karena dia tidak mau kalah dari He Ping.


“Lin He Ping, saya sekarang adalah bagian dari An Group. Siapa yang berani mengganggu keuntungan An Group, saya sama sekali tidak akan melepaskannya,” kata Hanson, memperingatkan. “Ada lagi, siapa yang berani terus menghantui Qiao Man, saya juga tidak akan melepaskannya.”
“Iya kah? Saya juga beri tahu kamu Masalah ini sebaiknya tidak ada hubungannya denganmu. Kalau tidak, saya juga tidak akan melepaskanmu,” balas He Ping dengan serius. Lalu diapun pergi dengan Yang Lan darisana.

Jianfeng membawa Qiao Fan ke rumah nya, karena Qiao Fan tidak memiliki tempat tinggal. Dan mengetahui itu, Qiao Fan pun menolak untuk tinggal disana dan berniat untuk pergi saja. Namun setelah dia berpikir sejenak, apalagi ketika dia tahu kalau Jianfeng tidak akan menagih uang sewa, maka diapun setuju.
“Tapi, kamu harus membantu saya melakukan beberapa pekerjaan terkait dokumen, maka itu sudah melunaskan biaya sewa,” jelas Jianfeng.
“Kamu meminta saya membantumu bekerja, apa yang kamu pikirkan?” keluh Qiao Fan. “Iya, saya waktu itu sudah memutuskanmu, tapi saya juga tidak akan memberimu kesempatan untuk membalas dendam. Kamu mau menyiksa saya setiap saat ya? Itu tidak mungkin.”

“Kamu punya penyakit paranoid ya? Kalau kamu bersikeras berpikir demikian, saya juga tidak bisa apa-apa. Tapi saya beri tahu kamu kalau sekarang ada satu pekerjaan bagus dan satu rumah bagus yang menunggumu. Kamu mau atau tidak, kamu sendiri yang pilih,” balas Jianfeng sampai bersikap tidak peduli padanya.
“Yang mana kamar saya?” tanya Qiao Fan sambil membawa koper nya masuk ke dalam rumah. Dan Jianfeng tertawa geli melihat itu.
Setelah mengetahui apa yang terjadi, A Li memerintahkan Yang Lan untuk segera menghubungi pengacara dan menuntut An Group, sebab tidak mungkin mereka menunggu sampai barang imitasi milik Zhu Fan menghancurkan perusahaan mereka. Namun Yang Lan memiliki beberapa khawatiran untuk melakukan nya, karena bila sekarang mereka gegabah untuk menggugat perusahaan yang sebesar An Group, maka bila gugatan mereka tidak menang, itu akan merusak reputasi perusahaan sendiri nantinya. Pada saat itu, takutnya tidak akan ada yang mau bekerja sama dengan mereka.

“Kalau semuanya sepertimu mengkhawatirkan banyak hal, lalu bagaimana melakukan sesuatu?” keluh A Li. “He Ping, apa pendapatmu tentang masalah gugatan ini?” tanyanya.
“Saya sudah berjanji kepada para direktur kalau saya pasti akan memberi suatu penjelasan. Zhu Fan ingin menyingkirkan kita hanya dengan menggunakan sejumlah uang, saya sama sekali tidak akan setuju, jadi saya setuju dengan tindakan A Li, segera ajukan gugatan terhadap An Group,” jawab He Ping. Dan Yang Lan pun mengerti.
Hanson memberikan kesempatan untuk Zhu Fan mengaku. Dan Zhu Fan pun mengakui kalau dia memang salah, tapi dia masih saja membela dirinya dengan mengatakan bahwa dia tidak terlalu berpikir banyak dan dia perbuat ini juga karena dia membutuhkan uang untuk membuat film, sebab kakak Ipar, yaitu An Kailun, terlalu pelit untuk memberikan uang padanya. Jadi dia meminta bantuan Hanson untuk membantu nya, jika tidak maka dia akan masuk ke penjara. Dan Hanson pun tidak tahu harus perbuat apa juga, dia menyuruh Zhu Fan untuk menghubungi An Kailun, dan lalu lihat apakah An Kailun bisa membujuk He Ping.


“Dia sama sekali tidak boleh tahu tentang masalah ini,” kata Zhu Fan, panik.
“Kamu masih mengkhawatirkan ini di saat seperti ini, kamu masuk penjara saja,” balas Hanson, kesal dan tidak mau peduli lagi.
“Eh…” kata Zhu Fan, menghentikan Hanson untuk jangan pergi. “Baik. Baik. Baik. Saya telepon. Tapi kalau saya yang menelepon, dia pasti akan memarahi saya habis-habisan, bagaimana kalau kamu membantu saya meneleponnya?” pintanya tanpa tahu malu.
“Kamu benar-benar tidak berguna,” umpat Hanson, kesal.
Qiao Man bertemu dengan Qiao Fan di café dan mereka saling melepas rindu. Lalu Qiao Fan menanyai tentang apakah Anthony ada mengganggu Qiao Man. Dan Qiao Man mengiyakan, hampir setiap hari Anthony menelponnya dan meminta uang dengan mendesaknya, jadi diapun sengaja membuat Anthony merasa kesal padanya.
“Man, saya sudah merepotkanmu. Tapi kamu tenang saja, saya belakangan ini sudah bersiap untuk mulai bekerja, saya pasti akan mengumpulkan uang perlahan-lahan untuk mengembalikannya pada dia,” kata Qiao Fan, merasa tidak enak.
“Tidak apa-apa,” balas Qiao Man. “Dasar. Kamu baru saja kembali, kamu baru saja kembali sudah mau bekerja,” keritiknya.
“Tidak apa-apa. Saya juga kebetulan bertemu dengan seorang teman lama, lalu dia juga berbaik hati mencarikan saya pekerjaan.”

Mendengar kata ‘teman lama’ yang baik, membuat Qiao Man merasa ada kesan- kesan romantis. Seperti cinta pertama Qiao Fan. Dan dengan tegas, Qiao Fan menyuruh Qiao Man untuk jangan berbicara sembarangan. Lalu dia mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, berapa lama Qiao Man akan tinggal disini.
“Saya akan pergi setelah saya menemukan Ben dan mendapatkan uang,” jelas Qiao Man. “Hari ini saya melihatmu terlihat sebaik ini, saya sudah lega. Kalau kamu tinggal di sini dan terus sebaik ini, kamu tidak usah pergi lagi, kamu tinggal saja di sini. Bukankah cukup baik?” kata nya, tulus.
“Saya pasti akan semakin baik. Kamu tenang saja,” kata Qiao Fan dengan yakin. “Tapi kamu, jagalah dirimu baik-baik.”
“Ng.”

Hanson menelpon An Kailun dan memberitahukan tentang masalah Zhu Fan yang membuat sejumlah replika barang seni dan menjualnya. Sekarang pihak seni sudah datang dan bilang akan menuntut mereka. Mendengar itu, An Kailun merasa terkejut dan marah.



“Apakah kamu tahu apa yang sudah dilakukan adikmu? Dia sudah merajalela sampai sudah tidak peduli dengan hukum,” keluh An Kailun, memarahi Istrinya. “Kamu minta dia menjawab telepon. Suruh dia menjawab telepon,” teriak nya kemudian di telpon.
Mendengar itu, Hanson menyuruh Zhu Fan untuk berbicara. Tapi Zhu Fan langsung menolak dan memberikan gestur supaya Hanson saja yang berbicara dan membantunya. Dengan terpaksa Hanson pun berbicara, dia meminta An Kailun untuk tenang, sebab marah tidak akan memperbaiki masalah. Dan dia menyarankan An Kailun untuk menghubungi He Ping.



“Benar-benar brengsek,” umpat An Kailun, sangat marah. “Saya beri tahu kamu, kamu biarkan saja dia menanggung ulahnya sendiri, saya tidak peduli dengannya.”
Zhu Fan merasa terkejut dan takut. Dia memohon pada Hanson untuk membantunya bicara. “Bagaimanapun dia adalah adik dari Kakak Ipar, kamu sekarang marah dan tidak membantunya, kalau ini benar-benar sampai ke pengadilan, maka pada saat itu sudah akan terlambat,” jelas Hanson kepada An Kailun.
“Kamu katakan pada si brengsek itu untuk jangan menjual produk-produk seni imitasi itu lagi. Saya nanti akan memberi tahumu apa yang harus dilakukan selanjutnya,” balas An Kailun, terpaksa.
“Okay.”
Mendengar itu, Zhu Fan merasa lega. Dan dengan tidak senang, Hanson menatap nya.
Setelah selesai bertelponan, An Kailun menanyai Istrinya dengan marah. Dan si Istri menjawab bahwa dia tidak tahu, lagian Zhu Fan adalah adik kandung nya, jadi kalau dia tahu, dia pasti tidak akan mungkin membiarkan Zhu Fan melakukan tindakan ilegal seperti itu. Tapi pada saat pameran seni He Ping, ketika dia mengambil beberapa gambar, itu sebenarnya adalah permintaan dari Zhu Fan. Namun dia tidak tahu, kalau ternyata Zhu Fan akan membuat barang palsu dan menjual nya.

“Astaga. Dia masih muda, tidak mengerti apa-apa, kamu mengikutinya melakukan hal tanpa pertimbangan?” tanya An Kailun dengan keras.
“Saya membantunya sebagai seorang kakak.”
“Membantunya,” bentak An Kailun. “Kamu sedang membantunya atau sedang mencelakainya?” tanyanya. Dan si Istri tidak bisa menjawab. “Sekarang masalahnya sebesar ini, itu pasti akan mempengaruhi An Group. Kita juga mengenal pihak mereka, dia adalah Lin He Ping, yang pernah berurusan bisnis dengan kita di Barcelona sebelumnya. Malu kan? Mau taruh di mana muka saya? Saya beri tahu kamu, kali ini dia harus diberi pelajaran, biarkan saja orang lain menggugatnya, saya tidak akan peduli,” jelas nya dengan tegas.

Si Istri merasa panik dan cemas. Dengan sikap manis, dia berusaha membujuk An Kailun untuk membantu adiknya. Tapi An Kailun sama sekali tidak mau membantu. Jadi si Istri pun meminta bantuan Xiaozhi. Dan Xiaozhi pun memberikan sebuah solusi.
“Kakak Judy, kamu jangan khawatir dulu. Saya sudah menemukan satu solusi. Apakah kamu ingat kalau Qiao Man pernah membantu Lin He Ping di Barcelona sebelumnya? Kamu bisa mencoba meminta dia untuk berbicara dengan Lin He Ping, bilang saja kalau Zhu Fan masih muda dan tidak mengerti apa-apa, jika sudah merugikan perusahaan mereka, kita akan membayar ganti rugi penuh kepada mereka selama mereka tidak menuntut An Group. Lagipula Qiao Man sebelumnya pernah membantunya, setidaknya mereka bisa toleransi sedikit,” jelas Xiaozhi.
“Benar. Yang kamu katakan itu benar,” kata Judy langsung setuju. Lalu dia membujuk An Kailun untuk coba berbicara dengan Qiao Man.

Post a Comment

Previous Post Next Post