Original
Network : Tencent Video iQiyi Youku iQiyi
Zhuo Yang minum berdua dengan He Ping di bar. Disana Zhuo Yang
bercerita banyak hal, dia hanya ingin
membuktikkan harga dirinya yang pernah hilang itu saja. Sebab dia merasa lelah.
Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, teman sekolahnya yang dulu semuanya
sukses, tapi dia sendiri malah ada di tempat asing, tidak punya teman, tidak
punya pekerjaan, tapi di depan orang masih harus berpura- pura kalau
kehidupannya sangat nyaman. Dia selalu ingin menjadi manajer properti, tapi
sudah ikut ujian berkali- kali tetap gagal. Dia berniat untuk pulang ke negara
sendiri, tapi dia malu untuk bertemu dengan teman dan keluarganya.
Mendengar itu, He Ping mengerti, tapi dia merasa cara Zhuo Yang
salah. Lalu dia menasehati Zhuo Yang, tidak peduli Zhuo Yang tinggal dimana,
selama Zhuo Yang tidak menyerah di tengah jalan, maka Zhuo Yang bisa sukses.
Lalu kalau Zhuo Yang tidak punya cara lain, maka ketika Zhuo Yang pulang ke
Tiongkok, Zhuo Yang bisa mencari nya. Mendengar itu, Zhuo Yang berterima kasih
banyak pada He Ping.
A Li datang ke apatermen He Ping. Lalu tiba- tiba seseorang
datang mengetuk pintu, dan A Li pun membuka kan pintu untuknya. Orang yang
mengetuk pintu adalah seorang pria bernama Duo, dia menjelaskan bahwa dia
adalah manajer floor yang baru, karena Lao Wang sudah mengundurkan diri
beberapa hari lalu. Lalu setelah menjelaskan dia memberikan tagihan biaya gas
milik He Ping untuk bulan ini, dan banyak sekali bertanya- tanya.
“Tuan Lin pergi keluar negeri lagi? Kalau boleh tahu kali ini
beliau pergi untuk berapa hari?” tanya Duo, ingin tahu.
“Dia pergi untuk mengadakan pameran, paling cepat juga
seminggu,” jawab A Li. Lalu dia merasa ada yang aneh. “Untuk apa kamu bertanya
begitu banyak?” ketusnya.
“Tidak apa, ini karena beberapa hari ini tidak melihat Tuan
Lin,” jawab Duo dengan gugup.
Duo menghubungi seseorang bernama Mao Zhi secara diam-diam. “Apa
kamu ingat saya pernah mengatakan padamu, ada seorang pria yang menyimpan
banyak lukisan terkenal di rumahnya?” tanyanya. “Kamu tunggu perintah dari
saya, saya
akan mengajak kalian untuk jadi kaya.”
“Baik!” jawab Mao Zhi, setuju.
Qiao Man datang menemui An Kailun, karena An Kailun
memanggilnya. Disana, pertama- tama An Kailun meminta maaf pada Qiao Man. Dan
Qiao Man membalas dengan sikap ceria bahwa dia sama sekali tidak ada marah. Dan
An Kailun merasa senang, lalu dia mulai membahas tujuan utama nya memanggil
Qiao Man.
“Masalah apa?” tanya Qiao Man.
“Begini, saya sudah berbicara dengan Hanson. Saya menyuruhnya
untuk kembali ke Tiongkok untuk mengembangkan bisnis. Kepergiannya ini mungkin
akan memakan waktu yang cukup lama. Sifatnya agak sembrono, kamu juga tahu. Jadi,
saya berpikir, kalau ada seseorang yang bisa menemaninya, hatinya mungkin bisa
lebih tenang. Tidak peduli dalam hal kehidupan atau pun karir, akan bisa
berkembang dengan lebih baik. Jadi, apa kamu mau mempertimbangkan untuk kembali
bersamanya,” jelas An Kailun, membujuk.
“Tidak bisa,” jawab Qiao Man langsung. Bukannya dia tidak mau
pergi, tapi dia juga punya hal yang ingin dia lakukan.
An Kailun merasa heran, karena menurutnya cepat atau lambat,
Qiao Man juga akan bersama dengan Hanson. Mendengar itu, dengan canggung, Qiao
Man langsung menyangkal bahwa itu hanyalah salah paham saja. Dia hanya
menganggap Hanson sebagai kakak saja.
“Apa kamu mau mempertimbangkannya lagi?” tanya An Kailun,
berharap. “Baik, baik, baik. Kalau kamu tidak mau, saya juga tidak akan
memaksamu,” katanya kemudian, karena melihat ekspresi Qiao Man. Lalu diapun
pergi untuk mengambilkan beberapa teh bagus.
Lin He
Ping : “Memandang mercusuar di seberang pantai, saya merindukan Nan Sheng, juga
merindukan Qiao Man. Kekacauan ini selalu membebani saya.”
Qiao Man :
“Lin He Ping, maaf. Kamu menahan pukulan tongkat untuk saya, saya malah tidak
pernah mengunjungimu. Saya percaya perasaan akan muncul perlahan-lahan. Kita
lebih baik jaga jarak saja.”
Lin He
Ping : “ Kemunculan Qiao Man, bagaikan tamu yang tidak diundang, yang tiba-tiba
menerobos masuk dalam seluruh kehidupan saya. Saya tidak
bisa menahan diri untuk ingin selalu baik padanya, ingin melihatnya tersenyum, ingin
menanyakannya yang sudah beberapa hari tidak bertemu dengan saya, apa kabarnya
sekarang?”
He Ping datang menemui Qiao Man dan memberikan hadiah kepadanya.
Dan Qiao Man menerima itu serta berterima kasih. Lalu mereka mengobrolkan
tentang lukisan Mercusuar, He Ping tidak berniat untuk menjual lukisan itu,
malahan dia ingin menjadikan itu sebagai koleksinya. Dan Qiao Man merasa yakin
bila lukisan itu akan baik- baik saja di tangan He Ping.
“Sebenarnya
hari ini saya datang untuk memberi tahu padamu bahwa pameran akan selesai
sebentar lagi. Saya akan segera kembali ke Tiongkok,” kata He Ping dengan
gugup.
“Bagus kalau
begitu,” balas Qiao Man sambil tersenyum lebar. “Kembali ke Tiongkok, bisa
makan hotpot.”
“Tapi, tidak
bisa bertemu lagi,” kata He Ping dengan raut sedih.
“Bukankah
sekarang kita punya WeChat? Kemudian juga ada Moments, bisa saling Like, mudah
sekali,” balas Qiao Man. Lalu dia memberikan pelukan selamat tinggal pada He
Ping.
Lin He Ping : “Lin He Ping, kenapa kamu tidak
berani memberi tahunya, bahwa sebenarnya kamu tidak ingin pergi, tidak ingin
meninggalkannya.”
Setelah
memberikan pelukan singkat, Qiao Man mendoakan yang terbaik untuk He Ping. Lalu
dia pamit dan pergi meninggalkan nya.
Lin He Ping : “Lin He Ping, ada apa denganmu?
Kamu jelas-jelas tahu, dia bukan Nan Sheng. Kenapa kamu begitu tidak tega? Kamu
harus mengontrol dirimu.”
Sebelum
berangkat ke bandara, Hanson mengembalikan kunci rumah An Kailun, tapi An
Kailun tidak mau mengambilnya. Dan Hanson merasa geli, karena dulu An Kailun
mengharapkannya untuk pergi, tapi sekarang An Kailun malah seperti tidak mau
membiarkannya untuk pergi.
“Saya sudah
memikirkannya, saya tidak lagi berencana untuk menjualnya. Kapan pun kamu
kembali ke Barcelona, kamu boleh tinggal di sini lagi kapan pun,” kata An
Kailun, berbaik hati.
“Kamu jangan
mengira saya tidak tahu rencanamu. Kamu mau saya mati untukmu, mau menyogok
saya,” balas Hanson.
“Woah… Cepat
sekali kamu mengetahuinya,” puji An Kailun sambil tertawa. Dan Hanson ikut
tertawa dengannya. Lalu diapun pamit.
Sebelum naik
ke dalam mobil, Hanson merasa ragu, karena dia masih berharap kalau Qiao Man
akan ikut dengannya. Dan dengan tegas, An Kailun mengatakan kalau Qiao Man
tidak akan datang. Dan Hanson tahu itu.
“Seorang
lelaki, seharusnya lebih mementingkan karir,” kata An Kailun, menasehati.
“Tidak perlu
kamu mengajari saya, saya tahu prinsip itu. Seorang pria, harus memiliki sebuah
karir, agar membuat wanita menghormatinya. Percintaannya baru bisa bertahan
lama,” kata Hanson dengan percaya diri. Lalu dia pun berangkat.
Qiao Man
mengantarkan Qiao Fan ke bandara. Dan dengan sedih, mereka berdua saling
berpelukan sebagai perpisahan. Lalu setelah itu, Qiao Fan pun pergi.
Dengan ramah
dan sopan, A Li mengundang Direktur He Jianfeng untuk mengobrol di dalam kantor nya. Tapi He
Jianfeng menolak, lagian tidak ada orang lain disekitar mereka.
“Ini adalah catatan keuangan yang kamu berikan pada saya. Ini
palsu. Saya tidak bisa menandatangani dan mengecapnya,” jelas He Jianfeng
dengan tegas. “Saya kembalikan padamu.”
“Direktur He, apa harus begini? Anda adalah seorang ahli
keuangan yang saya rekrut dengan harga tinggi. Sejak kamu bergabung dalam perusahaan,
saya baik padamu kan? Kamu malah menolak permintaan saya. Apa susahnya
mengecap?” tanya A Li, membujuk.
“Mengecap tidak sulit, tapi ini adalah sejumlah uang yang besar.
Lubang sebesar puluhan juta tidak bisa kamu tutupi. Walaupun saya membantumu membuat
catatan palsu, kalau mereka mau menyelidikimu, dalam hitungan menit juga akan bisa menyelidiki sampai ke akar
permasalahannya,” jelas He Jianfeng.
“Saya juga tidak punya cara lain. Perusahaan mau go publik, harus
melewati audit keuangan dari lembaga auditor. Kamu harus membantu saya menutupi
lubang kekurangan dalam catatan keuangan ini, saya baru bisa lolos,” pinta A
Li, memaksa. Dan He Jianfeng tidak mau, serta dia menyarankan agar A Li mencari
orang lain saja.
A Li merasa geli dengan saran He Jianfeng, sebab He Jianfeng
adalah Direktur Keuangan di perusahaan ini, jadi mana bisa tiba- tiba mengganti
orang lain. Jadi jika He Jianfeng tidak membantunya, maka siapa lagi.
“Masalah apapun itu bisa saya bantu, tapi masalah ini, saya
tidak bisa membantu. Maaf, saya pergi dulu,” tegas He Jianfeng. Lalu diapun
pergi. Dan A Li merasa sangat kesal.
A Li kemudian memerintahkan Yang Lan untuk mengawasi He Jianfeng
selama 24/7. Untuk menemukan kekurangan He Jianfeng yang bisa di gunakan nya
untuk mengontrol He Jianfeng. Dan Yang Lan mengerti.
Duo dan Mao Zhi datang ke rumah He Ping dan berniat untuk
membobol dinding rumahnya. Untuk mencuri berbagai lukisan mahal disana. Dan
ruangan yang mereka berdua bobol adalah ruangan dimana He Ping menyimpan buku
diary milik Nan Sheng.
Narator :
“Selama orang hidup pasti akan ada hal-hal yang tidak kamu duga. Setiap
reinkarnasi, adalah sekali kehidupan yang baru.”
He Ping dan Qiao Man memberi makan burung bersama sambil
mengobrol. Qiao Man memberitahu He Ping bahwa dia juga akan pulang ke Tiongkok,
sebab dia ada mendengar kalau Ben yang di carinya sedang berada di Tiongkok.
“Kamu kembali ke Tiongkok hanya untuk masalah ini?” tanya He
Ping, sedikit kecewa.
“Kenapa? Kalau berhutang harus dibayar, ini sudah sepantasnya,” balas
Qiao Man, tidak mengerti.
“Kalau tidak kita pulang bersama saja?” tanya He Ping,
menawarkan dengan tulus.
Tags:
Beautiful Reborn Flower