Sinopsis Lakorn : Leh Bunpakarn Episode 1 part 3


Original Network : Channel 3

Plerngfah datang ke rumah Sitang. Dan sambil menunggu Sitang yang pergi untuk memanggil Adul, diapun bercanda- canda dengan pelayan di rumah Sitang.
“Sejak aku lahir, aku tidak pernah melihat pelayan berpakaian semanis ini sebelumnya. Pertama, aku pikir kamu adalah keponakan pemilik rumah,” goda Plerngfah.
Dan dengan malu- malu, si pelayan tertawa manja. “Ayolah! Kamu ini… sebenarnya Cartoon punya selera yang bagus. Jadi aku suka berpakaian. Seperti wanita yang tidak berhenti menjadi cantik, kamu tahu?” balasnya.
Lalu ketika Sitang dan Adul datang, Cartoon pun pamit serta pergi meninggalkan mereka.


Dengan sopan, Plerngfah menyapa Adul. Dan Adul membalas sapaan nya, lalu dengan tidak senang, dia mengomentari kalau Plerngfah seharusnya tidak membawa keponakan nya ke dalam situasi yang berbahaya. Dan Plerngfah meminta maaf, sebab dia tidak berpikir kalau akan ada yang mengikuti nya sampai kejadian itu terjadi.
“Sekarang kita tidak tahu apapun tentang apa yang pria itu pikirkan. Dia menggunakan pistol. Itu berarti, ini sangat berbahaya. Karena itu seharusnya kamu jangan gegabah,” kata Adul, menasehati dengan kesal.
“Ya.”

Sitang mencoba untuk mencairkan suasana. Dia menyuruh Plerngfah untuk bertanya, bila ada yang ingin Plerngfah tanyakan kepada Adul. Dan Plerngfah pun bertanya, dia ingin tahu kenapa Adul bisa berpikiran kalau catatan yang ditinggalkan oleh Khun Uthai, itu adalah ramalan bencana.

“Apa kamu percaya reinkarnasi?” tanya Adul. “Aku punya banyak surat dan dokumen yang di tulis oleh orang Thai dan asing, semuanya menunjuk kan bahwa Khun Uthaiyothin memiliki bakat untuk melihat masa lalu orang. Jadi itu tidak mengejutkan kalau dia bisa menggunakan bakat nya untuk meramalkan masa depan juga,” jelas Adul.
“Kamu bilang, Khun Uthai meramalkan bahwa suatu kelompok akan melakukan sabotase seperti ramalannya, dan mereka juga meninggalkan tanda- tanda prediksi sebelum melakukan kejahatan? Bukankah menurut Anda itu kontradiktif?” tanya Plerngfah, masih tidak bisa mengerti dan percaya.
“Hey, kamu!” kata Sitang, mengingatkan cara berbicara Plerngfah.

Pakboon datang disaat itu. “Beberapa masalah harus di lihat dengan mata kepala sendiri sebelum seseorang bisa percaya. Bukankah itu benar, Khun Plerng?” katanya, mengetahui pikiran Plerngfah.
“Khun Pakboon,” kata Plerngfah, terkejut saat melihat Pakboon.
Adul dan Sitang tidak menyangka kalau Plerngfah ternyata mengenal Pakboon. Lalu Adul pun memperkenalkan kepada Plerngfah, kalau Pakboon ini adalah Istri nya. Dan dengan ramah, Pakboon mengulurkan tangan nya. Dan Plerngfah pun menyalami tangan nya. 




“Aku sudah memberitahu mu, bukan? Masa lalu adalah hal yang seharusnya tidak di ketahui. Tapi jika itu perlu, kita mesti melakukan nya,” kata Pakboon dengan serius.
Kemudian pupil mata Pakboon berubah menjadi hitam seluruhnya, tanpa warna putih. Begitu juga dengan mata Plerngfah yang di tatap nya. Melihat itu, Sitang mengingatkan Pakboon untuk jangan. Tapi tiba- tiba Pakboon pingsan, sedangkan Plerngfah tidak. Dan Adul serta Sitang pun merasa sangat heran.
Adul merawat Pakboon yang pingsan. Dan sambil menatap Pakboon, dia bergumam bahwa dia merasa aneh, karena Pakboon sudah melakukan ini berkali- kali, tapi tidak ada yang pernah terjadi, namun kenapa kali ini Pakboon bisa pingsan seperti ini. Dan diapun berpikir.

Disaat Adul tidak menatap ke arah nya, Pakboon membuka matanya. Dan dia mengingat sebuah gambaran.

Pakboon mengambil foto- foto di kuil dengan ceria. Dan di dekat nya, Plerngfah serta Tony lewat. Namun mereka saling tidak menyadari keberadaan satu sama lain.
Kemudian tiba- tiba dari jauh, seseorang yang mirip dengan Plerngfah muncul disana. Dan orang itu mengenakan pakaian tradisional. “Mae Boonlhua! Mae Boonlhua ku,” panggil nya.



Mendengar panggilan itu, Pakboon tersenyum senang. Tapi tiba- tiba dari belakang, seseorang menusuknya. Dan saat dia melihat siapa yang melakukan nya, dia terkejut. Orang itu adalah Plerngfah yang lain.
Namun sesaat kemudian, pisau itu menghilang dari tubuhnya, dan Plerngfah yang lain menghilang. Yang ada di hadapan nya hanyalah Plerngfah yang asli dan Tony.

Mengingat gambaran kejadian itu, Pakboon meremas tangan nya dengan erat.

Ketika Sitang mengantarkan nya keluar rumah, Plerngfah bertanya dengan rasa penasaran, apa yang di lakukan oleh Pakboon barusan, karena tampaknya saat itu Sitang mencoba menghentikan Pakboon.
“Itu bukan tindakan yang bahaya. Tapi itu harus diterima oleh pihak lain. Ini adalah pertama kalinya aku melihat nya melakukan ini,”jelas Sitang. Lalu dia pun pamit dan masuk kembali ke dalam rumah.
“Aww… dasar gadis itu!” keluh Plerngfah sambil tertawa. “Aku seharusnya tidak jatuh cinta padamu ketika kita TK,” gumam nya dengan pelan. Lalu diapun pergi darisana.

Pakboon mengawasi kepergiaan Plerngfah dari beranda atas.


Plerngfah mencari tahu tentang Pakboon di internet. Dan disana dia menemukan artikel tentang ‘Pakboon, Wanita yang bisa melihat masa lalu’. Dan melihat artikel itu, dia berpikir.


Pagi hari. Sitang memberitahu Adul tentang lukisan yang ditemukannya. Dan Adul menjelaskan bahwa tampak nya lukisan itu benar tentang penyembahan, karena ada satu ritual. Dan yang paling penting adalah objek yang berada ditengah sembilan orang di dalam lukisan itu.
“Apa itu Idol yang kamu cari?” tanya Sitang. “Jika itu benar, itu seharus nya dituliskan dengan jelas.”
“Tidak dibuat jelas, itu karena mereka tidak ingin siapapun tahu. Kita tidak bisa menebak pikiran mereka, kecuali kita punya lebih banyak informasi,” jelas Adul.

“Jadi dimana kita bisa menemukan informasi itu?” tanya Sitang, penasaran.
“Pernahkah kamu memikirkan tentang basement yang kamu temukan itu? Itu mungkin ada lebih dari satu. Khun Uthai memiliki banyak tanah. Mungkin ada lebih banyak basement yang tersembunyi di tanah yang lain nya.”
Mendengar hal itu, Sitang merasa kalau itu masuk akal. Jadi jika mereka pergi dan mencari di setiap tanah Khun Uthai, mungkin mereka bisa menemukan basement yang lain dan menemukan lebih banyak petunjuk.



Pakboon kemudian datang ke ruang makan dan bergabung. Dan melihat nya, dengan penasaran Sitang bertanya, kenapa Pakboon melakukan hal seperti itu kemarin. Dan Pakboon menjelaskan bahwa dia hanya tidak senang dengan kata- kata kasar Plerngfah kepada Adul, jadi dia ingin melihat pikiran Plerngfah, tapi dia tidak menyangka kalau ternyata pikiran Plerngfah tertutup. Maka ketika dia melakukan itu kepada Plerngfah, itu kembali padanya dan melukainya. Namun dia tidak akan pernah melakukan nya lagi, karena dia tidak melihat masa lalu orang lain tanpa izin.
Mendengar itu, Adul serta Sitang pun mengangguk mengerti. Lalu mereka mulai sarapan bersama.


Sitang datang ke kantor Plerngfah dan menemuinya. Dia ingin Plerngfah membawa nya ke tanah Khun Uthai yang lain, karena mana tahu akan ada basement lain disana. Juga dia merasa bahwa mungkin saja dulu Plerngfah  pernah melihat basement kemarin dan basement yang lain sewaktu kecil dulu, tapi Plerngfah lupa ketika sudah besar, dan ketika Plerngfah melihat nya lagi kemarin, ingatan Plerngfah  kembali dan menyebabkan Plerngfah  sakit kepala.
Dan Plerngfah mengerti, namun dia tidak bisa membantu, sebab tanah tua dari Khun Uthai yang dimiliki oleh keluarganya hanya ada sedikit saja dan itulah tanah di Chantaburi serta bangunan yang di bom. Itu saja.

“Tapi ketika aku melakukan pencarian, Khun Uthai sangat kaya. Mengapa kamu sebagai pewarisnya hanya mendapat kan sedikit saja?” tanya Sitang, tidak mengerti.
“Kebanyakan hartanya diberikan kepada kakak nya untuk beberapa alasan. Keluarga ku hanya dapat sedikit saja,” balas Plerngfah.
“Dan apa kamu tahu, nama keturunan kakak Khun Uthai?”
“Tahu. Tapi aku pikir kamu tahu lebih baik daripada aku,” jawab Plerngfah. “Kakak Khun Uthai adalah Khun Phra. Nama nya adalah Phra Itthiwongsa. Apa yang kamu pikirkan tentang nama terakhirnya ini?” jelas nya.
“Ah. P’Krat?” gumam Sitang, tidak menyangka. Dan Plerngfah mengangguk.

Krat membawa Sitang dan Plerngfah ke rumahnya. Dia menjelaskan bahwa hanya ada beberapa properti yang di tinggal kan untuk Ayah nya, seperti beberapa rumah tua dan beberapa diamond. Mengetahui itu, Plerngfah mendengus geli, sebab dia mendapatkan lebih sedikit, tapi Krat malah bilang ‘hanya beberapa’.


“Ayah ingin mengubah rumah ini menjadi museum. Kami juga memiliki beberapa artefak sejarah yang bernilai. Dia ingin mendidik yang lain,” jelas Krat.
“Mm… itu bagus,” balas Plerngfah.
“Aku punya lukisan yang dibuat Khun Uthai. Apa kamu tertarik?” tanya Krat.
“Iya,” jawab Sitang.

Ketika melihat lukisan Khun Uthai, Plerngfah merasa tidak percaya kalau itu benaran lukisan Khun Uthai. Sebab itu tidak tampak seperti lukisan 100 tahun lalu, karena lukisan itu terlihat sangat modern. Dan Krat mengabaikan Plerngfah, dia menanyai apa yang Sitang pikirkan.
“Khun Uthai dalam lukisan ini sedang menggoda seorang gadis, ya,” kata Sitang, menebak. “Malaikat pria pada kereta yang melaju melewati matahari. Itu mewakilkan Khun Uthai sendiri. Untuk malaikat wanita, dia memiliki lingkaran kuning di sekitar nya yang melambangkan bulan. Tapi bulan dalam Brahminism adalah pria. Bukan wanita. Itu berarti wanita ini pasti namanya adalah Bulan,” jelas nya. “Gimana, P’ Krat?”
Dengan senang, Krat bertepuk tangan. “Kamu beneran Dokter sejarah, hanya sekali lihat saja kamu sudah bisa menebak,” puji nya. “Ini istri Khun Uthai, namanya adalah Duangkhae (yg brti Bulan).”

Krat kemudian menuntun Sitang dan Plerngfah ke tempat harta sejarah yang lain. Dia memperlihatkan diary Khun Uthai, dan menjelaskan kalau Adul sudah pernah membaca itu sebelum nya juga. Dan Sitang terkejut, karena dia tidak tahu kalau paman nya sudah pernah membaca ini.
Dengan serius, Sitang dan Plerngfah pun melihat diary tersebut. Dan herannya, ada satu halaman yang disobek. Melihat itu, Krat merasa heran juga, karena tidak ada halaman yang hilang sebelum nya.

“Ketika Paman ku membaca ini, apa halaman itu masih ada?” tanya Sitang.
“Ada. Paman datang melihat ini beberapa bulan lalu,” jawab Krat. “Bagaimana kamu bekerja? Beberapa orang ke sini dan merusak artefak ku. Bagaimana bisa tidak ada yang tahu?! Huh!” tanya Krat kepada karyawan nya dan memarahi nya.
Saat pulang, Sitang mengeluh sedikit, karena dia merasa hari ini sia- sia saja. Tapi Plerngfah tidak berpikir begitu. Dia menemukan dua point penting hari ini.

“Point pertama, halaman yang hilang mungkin saja mengandung informasi penting. Jika itu benar, itu berarti seseorang tertarik pada Khun Uthai juga. Mungkin saja itu orang yang mengikuti kita ke Chanthaburi.”
“Dan kedua?” tanya Sitang.
“Khun Uthai punya kebiasaan dan bakat untuk menyembunyikan puzzle di dalam barang nya. Seperti lukisan di ruangan itu. Itu untuk meng- wooing (merayu) Istrinya. Dia melalukan banyak usaha,” jelas Plerngfah.
“Itu benar,” gumam Sitang.


Sitang kemudian mengomentari kalau dia tidak menyangka bahwa Plerngfah bisa berpikiran sangat dalam sampai seperti ini. Dan Plerngfah mendengus dengan bangga.
“Hey, Khun. Apa kamu sudah siap?” tanya Plerngfah.
“Jika kamu mengajak kencan, maka maaf ya,” balas Sitang sambil tersenyum menolak.
“Hmmm! Aku ingat ketika kamu kecil, kamu sering ingusan sampai ke mulut mu. Iihh... menggelikan!” kata Plerngfah, mengingat kan Sitang.
“Memalukan!” bentak Sitang, kesal.

Krat diam dan berpikir keras.
Seseorang mengikuti Bualya.

Post a Comment

Previous Post Next Post