Original Network : Channel 3
Plerngfah
datang ke rumah Sitang. Dan sambil menunggu Sitang yang pergi untuk memanggil
Adul, diapun bercanda- canda dengan pelayan di rumah Sitang.
“Sejak aku
lahir, aku tidak pernah melihat pelayan berpakaian semanis ini sebelumnya.
Pertama, aku pikir kamu adalah keponakan pemilik rumah,” goda Plerngfah.
Dan dengan
malu- malu, si pelayan tertawa manja. “Ayolah! Kamu ini… sebenarnya Cartoon
punya selera yang bagus. Jadi aku suka berpakaian. Seperti wanita yang tidak
berhenti menjadi cantik, kamu tahu?” balasnya.
Lalu ketika
Sitang dan Adul datang, Cartoon pun pamit serta pergi meninggalkan mereka.
Dengan
sopan, Plerngfah menyapa Adul. Dan Adul membalas sapaan nya, lalu dengan tidak
senang, dia mengomentari kalau Plerngfah seharusnya tidak membawa keponakan nya
ke dalam situasi yang berbahaya. Dan Plerngfah meminta maaf, sebab dia tidak
berpikir kalau akan ada yang mengikuti nya sampai kejadian itu terjadi.
“Sekarang
kita tidak tahu apapun tentang apa yang pria itu pikirkan. Dia menggunakan
pistol. Itu berarti, ini sangat berbahaya. Karena itu seharusnya kamu jangan
gegabah,” kata Adul, menasehati dengan kesal.
“Ya.”
Sitang
mencoba untuk mencairkan suasana. Dia menyuruh Plerngfah untuk bertanya, bila
ada yang ingin Plerngfah tanyakan kepada Adul. Dan Plerngfah pun bertanya, dia
ingin tahu kenapa Adul bisa berpikiran kalau catatan yang ditinggalkan oleh
Khun Uthai, itu adalah ramalan bencana.
“Apa kamu
percaya reinkarnasi?” tanya Adul. “Aku punya banyak surat dan dokumen yang di
tulis oleh orang Thai dan asing, semuanya menunjuk kan bahwa Khun Uthaiyothin
memiliki bakat untuk melihat masa lalu orang. Jadi itu tidak mengejutkan kalau
dia bisa menggunakan bakat nya untuk meramalkan masa depan juga,” jelas Adul.
“Kamu
bilang, Khun Uthai meramalkan bahwa suatu kelompok akan melakukan sabotase
seperti ramalannya, dan mereka juga meninggalkan tanda- tanda prediksi sebelum
melakukan kejahatan? Bukankah menurut Anda itu kontradiktif?” tanya Plerngfah,
masih tidak bisa mengerti dan percaya.
“Hey, kamu!”
kata Sitang, mengingatkan cara berbicara Plerngfah.
Pakboon
datang disaat itu. “Beberapa masalah harus di lihat dengan mata kepala sendiri
sebelum seseorang bisa percaya. Bukankah itu benar, Khun Plerng?” katanya,
mengetahui pikiran Plerngfah.
“Khun
Pakboon,” kata Plerngfah, terkejut saat melihat Pakboon.
Adul dan
Sitang tidak menyangka kalau Plerngfah ternyata mengenal Pakboon. Lalu Adul pun
memperkenalkan kepada Plerngfah, kalau Pakboon ini adalah Istri nya. Dan dengan
ramah, Pakboon mengulurkan tangan nya. Dan Plerngfah pun menyalami tangan nya.
“Aku sudah
memberitahu mu, bukan? Masa lalu adalah hal yang seharusnya tidak di ketahui.
Tapi jika itu perlu, kita mesti melakukan nya,” kata Pakboon dengan serius.
Kemudian
pupil mata Pakboon berubah menjadi hitam seluruhnya, tanpa warna putih. Begitu
juga dengan mata Plerngfah yang di tatap nya. Melihat itu, Sitang mengingatkan
Pakboon untuk jangan. Tapi tiba- tiba Pakboon pingsan, sedangkan Plerngfah
tidak. Dan Adul serta Sitang pun merasa sangat heran.
Adul merawat
Pakboon yang pingsan. Dan sambil menatap Pakboon, dia bergumam bahwa dia merasa
aneh, karena Pakboon sudah melakukan ini berkali- kali, tapi tidak ada yang
pernah terjadi, namun kenapa kali ini Pakboon bisa pingsan seperti ini. Dan
diapun berpikir.
Disaat Adul
tidak menatap ke arah nya, Pakboon membuka matanya. Dan dia mengingat sebuah
gambaran.
Pakboon
mengambil foto- foto di kuil dengan ceria. Dan di dekat nya, Plerngfah serta
Tony lewat. Namun mereka saling tidak menyadari keberadaan satu sama lain.
Kemudian
tiba- tiba dari jauh, seseorang yang mirip dengan Plerngfah muncul disana. Dan
orang itu mengenakan pakaian tradisional. “Mae Boonlhua! Mae Boonlhua ku,”
panggil nya.
Mendengar
panggilan itu, Pakboon tersenyum senang. Tapi tiba- tiba dari belakang,
seseorang menusuknya. Dan saat dia melihat siapa yang melakukan nya, dia
terkejut. Orang itu adalah Plerngfah yang lain.
Namun sesaat
kemudian, pisau itu menghilang dari tubuhnya, dan Plerngfah yang lain
menghilang. Yang ada di hadapan nya hanyalah Plerngfah yang asli dan Tony.
Mengingat
gambaran kejadian itu, Pakboon meremas tangan nya dengan erat.
Ketika
Sitang mengantarkan nya keluar rumah, Plerngfah bertanya dengan rasa penasaran,
apa yang di lakukan oleh Pakboon barusan, karena tampaknya saat itu Sitang
mencoba menghentikan Pakboon.
“Itu bukan
tindakan yang bahaya. Tapi itu harus diterima oleh pihak lain. Ini adalah
pertama kalinya aku melihat nya melakukan ini,”jelas Sitang. Lalu dia pun pamit
dan masuk kembali ke dalam rumah.
“Aww… dasar
gadis itu!” keluh Plerngfah sambil tertawa. “Aku seharusnya tidak jatuh cinta
padamu ketika kita TK,” gumam nya dengan pelan. Lalu diapun pergi darisana.
Pakboon
mengawasi kepergiaan Plerngfah dari beranda atas.
Plerngfah
mencari tahu tentang Pakboon di internet. Dan disana dia menemukan artikel
tentang ‘Pakboon, Wanita yang bisa melihat masa lalu’. Dan melihat artikel itu,
dia berpikir.
Pagi hari.
Sitang memberitahu Adul tentang lukisan yang ditemukannya. Dan Adul menjelaskan
bahwa tampak nya lukisan itu benar tentang penyembahan, karena ada satu ritual.
Dan yang paling penting adalah objek yang berada ditengah sembilan orang di
dalam lukisan itu.
“Apa itu
Idol yang kamu cari?” tanya Sitang. “Jika itu benar, itu seharus nya dituliskan
dengan jelas.”
“Tidak
dibuat jelas, itu karena mereka tidak ingin siapapun tahu. Kita tidak bisa
menebak pikiran mereka, kecuali kita punya lebih banyak informasi,” jelas Adul.
“Jadi dimana
kita bisa menemukan informasi itu?” tanya Sitang, penasaran.
“Pernahkah
kamu memikirkan tentang basement yang kamu temukan itu? Itu mungkin ada lebih
dari satu. Khun Uthai memiliki banyak tanah. Mungkin ada lebih banyak basement
yang tersembunyi di tanah yang lain nya.”
Mendengar hal
itu, Sitang merasa kalau itu masuk akal. Jadi jika mereka pergi dan mencari di
setiap tanah Khun Uthai, mungkin mereka bisa menemukan basement yang lain dan
menemukan lebih banyak petunjuk.
Pakboon
kemudian datang ke ruang makan dan bergabung. Dan melihat nya, dengan penasaran
Sitang bertanya, kenapa Pakboon melakukan hal seperti itu kemarin. Dan Pakboon
menjelaskan bahwa dia hanya tidak senang dengan kata- kata kasar Plerngfah
kepada Adul, jadi dia ingin melihat pikiran Plerngfah, tapi dia tidak menyangka
kalau ternyata pikiran Plerngfah tertutup. Maka ketika dia melakukan itu kepada
Plerngfah, itu kembali padanya dan melukainya. Namun dia tidak akan pernah
melakukan nya lagi, karena dia tidak melihat masa lalu orang lain tanpa izin.
Mendengar
itu, Adul serta Sitang pun mengangguk mengerti. Lalu mereka mulai sarapan
bersama.
Sitang
datang ke kantor Plerngfah dan menemuinya. Dia ingin Plerngfah membawa nya ke
tanah Khun Uthai yang lain, karena mana tahu akan ada basement lain disana.
Juga dia merasa bahwa mungkin saja dulu Plerngfah pernah melihat basement kemarin dan basement
yang lain sewaktu kecil dulu, tapi Plerngfah lupa ketika sudah besar, dan
ketika Plerngfah melihat nya lagi kemarin, ingatan Plerngfah kembali dan menyebabkan Plerngfah sakit kepala.
Dan
Plerngfah mengerti, namun dia tidak bisa membantu, sebab tanah tua dari Khun
Uthai yang dimiliki oleh keluarganya hanya ada sedikit saja dan itulah tanah di
Chantaburi serta bangunan yang di bom. Itu saja.
“Tapi ketika
aku melakukan pencarian, Khun Uthai sangat kaya. Mengapa kamu sebagai
pewarisnya hanya mendapat kan sedikit saja?” tanya Sitang, tidak mengerti.
“Kebanyakan
hartanya diberikan kepada kakak nya untuk beberapa alasan. Keluarga ku hanya
dapat sedikit saja,” balas Plerngfah.
“Dan apa
kamu tahu, nama keturunan kakak Khun Uthai?”
“Tahu. Tapi
aku pikir kamu tahu lebih baik daripada aku,” jawab Plerngfah. “Kakak Khun
Uthai adalah Khun Phra. Nama nya adalah Phra Itthiwongsa. Apa yang kamu
pikirkan tentang nama terakhirnya ini?” jelas nya.
“Ah.
P’Krat?” gumam Sitang, tidak menyangka. Dan Plerngfah mengangguk.
Krat membawa
Sitang dan Plerngfah ke rumahnya. Dia menjelaskan bahwa hanya ada beberapa
properti yang di tinggal kan untuk Ayah nya, seperti beberapa rumah tua dan
beberapa diamond. Mengetahui itu, Plerngfah mendengus geli, sebab dia
mendapatkan lebih sedikit, tapi Krat malah bilang ‘hanya beberapa’.
“Ayah ingin
mengubah rumah ini menjadi museum. Kami juga memiliki beberapa artefak sejarah
yang bernilai. Dia ingin mendidik yang lain,” jelas Krat.
“Mm… itu
bagus,” balas Plerngfah.
“Aku punya
lukisan yang dibuat Khun Uthai. Apa kamu tertarik?” tanya Krat.
“Iya,” jawab
Sitang.
Ketika
melihat lukisan Khun Uthai, Plerngfah merasa tidak percaya kalau itu benaran
lukisan Khun Uthai. Sebab itu tidak tampak seperti lukisan 100 tahun lalu,
karena lukisan itu terlihat sangat modern. Dan Krat mengabaikan Plerngfah, dia
menanyai apa yang Sitang pikirkan.
“Khun Uthai
dalam lukisan ini sedang menggoda seorang gadis, ya,” kata Sitang, menebak.
“Malaikat pria pada kereta yang melaju melewati matahari. Itu mewakilkan Khun
Uthai sendiri. Untuk malaikat wanita, dia memiliki lingkaran kuning di sekitar
nya yang melambangkan bulan. Tapi bulan dalam Brahminism adalah pria. Bukan wanita.
Itu berarti wanita ini pasti namanya adalah Bulan,” jelas nya. “Gimana, P’
Krat?”
Dengan senang,
Krat bertepuk tangan. “Kamu beneran Dokter sejarah, hanya sekali lihat saja
kamu sudah bisa menebak,” puji nya. “Ini istri Khun Uthai, namanya adalah
Duangkhae (yg brti Bulan).”
Krat
kemudian menuntun Sitang dan Plerngfah ke tempat harta sejarah yang lain. Dia
memperlihatkan diary Khun Uthai, dan menjelaskan kalau Adul sudah pernah
membaca itu sebelum nya juga. Dan Sitang terkejut, karena dia tidak tahu kalau
paman nya sudah pernah membaca ini.
Dengan
serius, Sitang dan Plerngfah pun melihat diary tersebut. Dan herannya, ada satu
halaman yang disobek. Melihat itu, Krat merasa heran juga, karena tidak ada
halaman yang hilang sebelum nya.
“Ketika
Paman ku membaca ini, apa halaman itu masih ada?” tanya Sitang.
“Ada. Paman
datang melihat ini beberapa bulan lalu,” jawab Krat. “Bagaimana kamu bekerja?
Beberapa orang ke sini dan merusak artefak ku. Bagaimana bisa tidak ada yang
tahu?! Huh!” tanya Krat kepada karyawan nya dan memarahi nya.
Saat pulang,
Sitang mengeluh sedikit, karena dia merasa hari ini sia- sia saja. Tapi
Plerngfah tidak berpikir begitu. Dia menemukan dua point penting hari ini.
“Point
pertama, halaman yang hilang mungkin saja mengandung informasi penting. Jika
itu benar, itu berarti seseorang tertarik pada Khun Uthai juga. Mungkin saja
itu orang yang mengikuti kita ke Chanthaburi.”
“Dan kedua?”
tanya Sitang.
“Khun Uthai
punya kebiasaan dan bakat untuk menyembunyikan puzzle di dalam barang nya.
Seperti lukisan di ruangan itu. Itu untuk meng- wooing (merayu) Istrinya. Dia
melalukan banyak usaha,” jelas Plerngfah.
“Itu benar,”
gumam Sitang.
Sitang
kemudian mengomentari kalau dia tidak menyangka bahwa Plerngfah bisa berpikiran
sangat dalam sampai seperti ini. Dan Plerngfah mendengus dengan bangga.
“Hey, Khun.
Apa kamu sudah siap?” tanya Plerngfah.
“Jika kamu
mengajak kencan, maka maaf ya,” balas Sitang sambil tersenyum menolak.
“Hmmm! Aku ingat ketika kamu kecil, kamu
sering ingusan sampai ke mulut mu. Iihh... menggelikan!” kata Plerngfah,
mengingat kan Sitang.
“Memalukan!”
bentak Sitang, kesal.
Krat diam
dan berpikir keras.
Seseorang
mengikuti Bualya.
Tags:
Leh Bunpakarn