Sinopsis Lakorn : Leh Bunpakarn Episode 1 part 4


Original Network : Channel 3

Sitang datang ke rumah Plerngfah untuk makan siang bersama dengan Ibu. Namun sebelum makan, Ibu tersadar kalau masih ada satu makanan yang kurang, jadi diapun ingin pergi ke belakang untuk mengambilnya. Tapi Sitang segera memberikan kode mata kepada Plerngfah supaya Plerngfah saja yang pergi ke belakang. Dan Plerngfah pun mengerti, dia pergi ke belakang dan meninggal kan Ibu dengan Sitang.



Setelah Plerngfah pergi ke belakang, Ibu dan Sitang saling mengobrol. Ibu menceritakan bahwa jika Ayah Plerngfah tidak meninggal, mungkin mereka tidak akan pulang ke Thailand. Dan Sitang mengerti. Lalu dengan penasaran, dia bertanya, apa sebenarnya penyakit Plerngfah, sebab dia ingat kalau dulu Plerngfah dibawa ke luar negri untuk mengobati penyakit nya. Mendengar itu, Ibu termenung, dan tanpa sadar dia pun menumpahkan air ketika menuang ke dalam gelas. Dan dengan kaget, Sitang pun mengingatkannya.
“Aku agak ceroboh,” kata Ibu, meminta maaf. “Aku akan mengurus nya,” katanya dengan gugup. Dan melihat sikap aneh Ibu, Sitang jadi merasa bingung.


Saat acara makan siang selesai, Sitang dan Ibu bersikap sangat akrab. Jadi Plerngfah merasa sedikit cemburu. Dan tanpa peduli, Sitang dan Ibu mengabaikan Plerngfah. Lalu Sitang mengendus- ngedus ke sekitar nya. Melihat itu, Ibu dan Plerngfah merasa heran.
“Bau nya seperti anjing terlantar?” ejek Sitang sambil tertawa.
Plerngfah kemudian tiba- tiba mendapatkan telpon dari Bualya. Dan ditelpon, Bualya menangis dan meminta bantuan nya. Dengan cemas, Plerngfah pun bertanya, apa yang terjadi. Namun Bualya tidak memberitahu dan hanya terus memanggil ‘Pah… Pah…”
“Bun?” panggil Plerngfah, khawatir. “Jangan matikan. Bun? Bun?”
Plerngfah dan Sitang pergi ke apatermen Bualya, disana satpam yang berjaga memberitahu bahwa benar Bualya menangis, ketika dia menelpon Bualya barusan. Dan mendengar itu, Plerngfah pun langsung berlari masuk duluan ke dalam gedung apatermen, karena dia merasa khawatir.

Namun saat Plerngfah masuk ke dalam apatermen Bualya. Tiba- tiba dari belakang, Bualya datang melompat ke atas punggung nya dan mengecup nya dari belakang dengan mesra. Dan dengan susah payah, Plerngfah pun berusaha untuk mendorong Bualya. Tapi Bualya menjepit nya terlalu keras. Lalu malah Bualya pulak yang mendorong nya, Bualya mendorong nya ke atas sofa dan dia mengancam akan berteriak kalau Plerngfah mau memperkosanya, jika Plerngfah terus melawan. Dan dengan panik, Plerngfah pun tidak tahu harus melakukan apa.

“Ada apa ini, Bun?” tanya Plerngfah, panik. “Tidak, Bun. Mengapa kamu mau melepas kancing ku?!”
“Aku tahu kamu kecewa pada ku karena Direktur. Aku tidak ingin melakukan itu, tapi manusia ingin menjadi kaya dan sukses. Dan kamu membuatku terus membayangkan mu sepanjang waktu,” jelas Bualya sambil mencoba untuk melecehkan Plerngfah.
“Tapi aku tidak mau …” tolak Plerngfah.
“Aku janji untuk menjadwalkan waktu untuk mu dan direktur secara sempurna.”

Tepat disaat itu, Sitang masuk dan melihat apa yang terjadi. “Permisi sudah mengganggu,” teriak nya, emosi. Lalu diapun pergi darisana.
“Tua Nhai. Tua Nhai,” panggil Plerngfah, panik. Lalu dengan sekuat tenaga dia mendorong Bualya dan berlari mengejar Sitang. Dan Bualya mengikuti, tapi sayang nya Plerngfah serta Sitang sudah tidak kelihatan lagi.

“Ah! Gagal lagi!” keluh Bualya, kesal. Lalu tiba- tiba saja dari belakang, seseorang berpakaian hitam datang dan menyerang nya.


Plerngfah menghentikan Sitang untuk jangan pergi dan mendengarkan penjelasan nya terlebih dahulu. Tapi Sitang tidak mau mendengarkan. Jadi Plerngfah pun memegang tangan Sitang dengan erat supaya dia tidak bisa pergi. Lalu dengan tegas, dia meminta Sitang untuk mendengarkan nya.
Dengan kesal, Sitang menyuruh Plerngfah untuk berhenti memanggil nya dengan nama kecil nya, karena mereka bukan anak kecil lagi. Tapi Plerngfah tidak peduli, dia ingin Sitang mendengarkan penjelasan nya.

Si pria hitam mengikat mulut Bualya dengan kain dan mencekik lehernya dengan erat untuk sesaat. Lalu dia menuangkan cairan kuning di tangannya dan menggambar sesuatu di tangan nya.
“Pah… pah… pah…” panggil Bualya dengan putus asa dan takut.
Plerngfah menjelaskan kepada Sitang bahwa dia menemukan rahasia Bualya dengan Direktur, jadi karena itulah Bualya bertindak gila sekarang untuk menutup mulut nya. Dan Sitang tidak mau percaya.

Si pria hitam menuliskan sesuatu di atas dahi Bualya. Lalu dia mengambil pisau untuk membunuh nya. Tapi untung nya, Bualya berhasil menendang si pria hitam tepat waktu. Kemudian dia pun segera kabur darisana.


“Ketika Bun menelpon ku, kamu ada dengan ku kan?” tanya Plerngfah.
“Tapi aku tidak dengar itu tentang apa,” balas Sitang dengan ketus.
Lalu tiba- tiba saja, mereka berdua mendengar teriakan Bualya meminta tolong. Jadi dengan cemas, mereka pun segera berlari ke tempat Bualya. Dan mereka menolong nya.

Plerngfah berusaha untuk melawan si pria hitam. Sedangkan Sitang dan Bualya terus berteriak meminta tolong. Lalu karena takut, si pria hitam pun berlari kabur darisana. Dan Plerngfah langsung mengejar nya.

“Kamu bagaimana? Kamu baik- baik saja, kan?” tanya Sitang dengan perhatian kepada Bualya. Dan Bualya menggangguk pelan.

Plerngfah berhasil mengejar si pria hitam. Tapi karena si pria hitam mempunyai pisau, dia pun kesulitan untuk melawan nya. Dan ketika dia menyentuh tangan si pria hitam, dia terkejut karena melihat laut. Kemudian ketika dia sedang lengah karena itu, si pria hitam memukul serta menendang nya, lalu kabur darisana.


Plerngfah dan Sitang menemani Bualya untuk melapor ke kantor polisi. Disana polisi menanyai, apakah Bualya memiliki konflik dengan siapapun. Dan Bualya menjawab tidak.
“Bun, tentang hubungan mu dengan Direktur. Apa mungkin Istrinya mengirim seseorang untuk melukai mu?” tanya Plerngfah, berbisik pelan.
“Oii … jika kamu tidak memberitahu siapapun, tidak akan ada yang tahu!” keluh Bualya, kesal.
Mendengar itu, Sitang pun menjadi percaya dengan penjelasan Plerngfah sebelum nya.

Bualya tiba- tiba teringat sesuatu yang aneh. Sebelum si pria hitam ingin menusuk nya, si pria hitam menaruh minyak di atas dahi nya dan menggumam kan sesuatu yang aneh seperti doa. Dan itu membuat nya sangat takut. Mendengar itu, Sitang mengajak Plerngfah untuk keluar dengan nya secara diam- diam.

Ketika sudah keluar dari ruangan, Sitang memberitahu Plerngfah bahwa sebelum mereka datang ke stasiun polisi, dia mencium sesuatu dari tubuh Bun. Yaitu aroma cendana, dan aroma nya terasa tahan lama dan sangat mahal. Menurutnya si pria hitam tidak mungkin mengoleskan itu ke tubuh korban hanya untuk bersenang- senang. Jadi pasti ada sesuatu.
“Barusan Bun bilang bahwa pelaku mengoleskan itu di dahinya dan menggumamkan sesuatu. Bisakah kamu ingat? Apakah itu melibatkan beberapa doktrin (pengajaran)?” tanya Plerngfah.
“Sulit untuk mengenalinya. Menggunakan minyak ensesial adalah bagian dari ritual dan kepercayaan agama. Itu ada terlalu banyak. Mereka sudah ada sejak ribuan tahun lalu,” jelas Sitang.

Plerngfah diam dan berpikir keras, lalu dia teringat akan sesuatu yang lupa diberitahunya. Saat dia menyentuh si pria hitam, dia melihat sesuatu. Yaitu warna biru gelap seperti di laut dalam dan dia merasa dirinya sendiri tenggelam ke dalam laut. Itu sangat tidak nyaman. Tapi dia tidak mengerti apa maksud nya itu.
Dengan bingung, Sitang berpikir. Tapi dia juga tidak bisa mengerti.
Si pria hitam naik ke atas gedung tinggi sambil bertelponan dengan seseorang ditelpon. “Maaf, aku gagal… jangan khawatir, tidak mungkin itu kan bisa melacak kita… aku akan bertanggung jawab dan akan membayar kesalahan ku kali ini…”

Setelah selesai bertelponan, si pria hitam membuka hoodie dan masker yang di pakai nya. Kemudian dia juga melepaskan pakaian nya, dan di tubuhnya tampak penuh bekas luka lama. Lalu si pria hitam mengambil obor api yang berada di samping nya. Dan menatap ke arah langit.
“Dewa Gala, tolong ampuni aku!” teriak si pria hitam. Lalu dia menaruh obor tersebut ke dada nya sendiri. Dan kemudian petir menyambar serta bergemuruh keras di langit.

Post a Comment

Previous Post Next Post