Note
:
-
Tulisan warna hitam = dunia nyata
- Tulisan warna merah = dunia novel
==
Sinopsis
T-Drama : Lost Romance Episode 07 - 1
Images by : SET TV
Chapter 07
“Mengapa kau bisa punya kunci rumah
CEO?” tanya Chuchu, tidak bodoh.
Xiao’en tertawa canggung dan sok bingung juga, nanya ke Aoran, apa kunci rumah mereka sama? Tampaknya, tukang kunci memasang kunci yang sama pada pintu rumah mereka.
Xiao’en beneran kaget dan tidak
menyangka kalau Aoran akan mengaku. Chuchu malah natapnya ke Xiao’en, seolah
menuntut penjelasannya.
--
--
“Dia kelihatan sangat baik. Apa yang harus di
khawatirkan?”
“Menurutmu, kenapa tiba-tiba He Tianjian
muncul di permukaan di saat seperti ini? Dan sekarang, dia mulai bertindak. Apa
menurutmu He Mingli akan senang?”
“Melihat ekspresimu sekarang, kau kelihatan
marah.”
“Bukankah aku memujimu dengan senyuman
sekarang ini? Kita tumbuh bersama dari kecil. Dan kau masih belum mengerti
diriku?”
Mingli masih tetap berlagak tidak marah pada
Tianjian. Dia bahkan mengucapkan terimakasih pada Tianjian dan memujinya yang
sudah bekerja keras. Dan setelah ucapan baiknya, Mingli menyampaikan sebuah
kabar.
--
Karna sudah menghidangkan cemilan,
Xiao’en beranjak pergi. Tapi, dia nggak pergi jauh dan malah menguping.
“Tidak usah. Nanti merepotkan
kamu,” jawab Chuchu.
“Kau cedera selama kerja. Jadi,
perusahaan harus bertanggung jawab,” alasan Aoran.
Chuchu tidak lagi menolak.
Kemudian, Chuchu memberikan sesuatu yang sudah di bawanya sedari tadi. Sebuah
kantong kertas yang isinya adalah lampu yang di buatnya dari bunga kering.
Jadi, ketika listrik mati, Aoran tidak perlu lagi takut gelap (isinya lampu
hias gitu).
“Kau sangat pengertian. Terimakasih,”
puji Aoran.
Chuchu tersenyum malu mendengar
pujian tersebut.
Chuchu juga akhirnya pamit pulang
karna sadar kalau sudah terlalu larut. Seperti yang di duga, Aoran menawarkan
diri untuk mengantarkannya. Awalnya, Chuchu menolak, tapi karna Aoran memaksa,
maka Chuchu menerima. Xiao’en beneran cemburu mendengar hal itu.
Dan yang terjadi adalah…. Chuchu
terjatuh ke atas tubuh Xiao’en dan bibir mereka saling bersentuhan. Wkwkwk,
ciuman yang harusnya terjadi pada Aoran, malah terjadi pada Xiao’en
--
--
--
Aoran mengambil kotak P3K dan mau
memberikannya pada Xiao’en, tapi entah kenapa, dia malah mengurungkan niatnya
tersebut.
--
“Apa-apaan sih rumah sakit ini? Bagaimana
bisa kau terluka padahal hanya berbaring di ranjang?!” kesal Qiuitan sambil
memakaikan obat yang di bawanya ke bibir Xiao’en. “Oh ya, aku tadi menonton
konferensi pers dan baru tahu kalau ada orang yang bernama He Tianjian di
keluarga He. Penampilannya juga terlihat sangat baik. Cepatlah bangun. Kemudian
kita pergi membeli kamera drone bersama
lagi.”
--
“Mengenai pernyataan cinta
Xiao’en?” tebak Qingfeng.
“Kok kau bisa tahu?” kaget Aoran.
“Dia tidak gila. Dia serius dengan
pernyataannya.”
Aoran masih setengah tidak percaya
dan nanya darimana Qingfeng bisa tahu kalau Xiao’en serius? Dengan serius,
Qingfeng bilang kalau dia bisa merasakannya. Aoran malah kesal karna Qingfeng
tahu Xiao’en menyukainya sedari awal, tapi kenapa tidak memberitahunya?
Hm, tidak di duga, Chuchu menelpon
Xiao’en dan mengajaknya bertemu di sebuah café. Dan begitu Xiao’en tiba, dia
malah memasang muka sedih (maaf, tapi kok
kesal ya? Entah kenapa tidak bisa suka sama karakter Chuchu, padahal dia kan
pemeran utama di novel CEO, You’re So Naughty). Chuchu memulai pembicaraan dengan bertanya, sudah
berapa lama Xiao’en bekerja di rumah CEO? Xiao’en menjawab jujur kalau dia
mulai bekerja di sana, dua hari setelah di pecat.
“Di dalam perusahaan, siapa sih
yang nggak suka sama CEO?” lanjut Xiao’en, sok cuek. “CEO mempunyai uang dan
dia tampan, kan?”
Xiao’en tampak terluka dengan pertanyaan tersebut. Tapi, Xiao’en adalah orang yang terlalu memikirkan perasaan orang lain dan menyembunyikan perasannya sendiri. Dengan sedih, dia menganggukan kepala. Siapapun bisa melihat perasaan Xiao’en yang sebenarnya, tapi Chuchu seolah buta atau menutup mata, malah mengucapkan terimakasih karna Xiao’en mendukungnya.
Aoran terus saja memperhatikan
Xiao’en dengan tajam. Sepertinya, dia ingin tahu apakah Xiao’en beneran
menyukainya atau tidak. Tentu saja, tatapan tajam Aoran itu membuat Xiao’en
merasa tidak nyaman. Bahkan saat makan pun jadi terasa canggung.
Xiao’en mengira Aoran menatapnya
karna masih marah dia sudah mencuri ciumannya dari Chuchu. Karna mereka terus
diam, jadinya, hanya ada kesalahpahaman.
Begitu selesai makan, Aoran
menyuruh Xiao’en untuk ke ruang kerjanya setelah selesai membersihkan dapur.
Xiao’en dengan bingung menerima
amplop itu dan memeriksanya. Isinya segepok uang. Xiao’en beneran terkejut.
Xiao’en bingung harus bereaksi
bagaimana dengan situasi dan uang di tangannya. Dan keputusannya adalah dia
mengembalikan uang itu pada Aoran, kemudian berlutut sambil menangis. Dia
mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan mempermainkan perasaan Chuchu
lagi. Dia beneran minta maaf dan jangan di pecat. Dia membutuhkan pekerjaan
ini. Aoran tidak tega dan mau memperkerjakannya kembali.
Hahahaha, tapi tadi itu hanya
bayangan Xiao’en saja. Dia sudah menyiapkan diri untuk memaksakan diri
menangis. Tapi, sayangnya, kakinya menolak untuk berlutut di hadapan Aoran.
Usai mengatakan itu, Xiao’en pun
pergi keluar sambil di dalam hati, merutuki dirinya sendiri karna tidak bisa
memohon. Eh, Aoran memanggilnya dan memberitahu kalau mulai besok Xiao’en bisa
kembali bekerja di departemen pemasaran.
“Kau mau aku kembali ke kantor dan
ingin aku menjaga jarak darinya,” gerutu Xiao’en. “Baiklah, tidak masalah.”
Tapi, Xiao’en tidak bisa
menyembunyikan keinginan hati. Pas berjalan keluar ruangan, dia masih saja
terus melirik ke amplop uang yang di kembalikannya tadi. Aoran sadar akan hal
itu dan memberikan amplop itu padanya. Xiao’en tanpa ragu langsung mengambilnya
dan bergegas keluar.
Tingkah Xiao’en itu membuat Aoran
semakin ragu akan perasaannya dan mengira Qingfeng sudah membohonginya.
Xiao’en tidak mau pergi begitu saja
dan memutuskan untuk mengosongkan semua isi yang ada di kulkas Aoran, sama
seperti saat pertama kali dia datang. Dengan tekad itu, Xiao’en mulai memasak
banyaaaak sekali makanan.
Cetreeek!! Lampu mendadak mati. Xiao’en mulai berlarian panik ke lantai atas
sambil berteriak menyuruh Aoran untuk tidak khawatir. Tapi, begitu tiba di
atas, Aoran sudah memegang lampu pemberian Chuchu kemarin dan tidak tampak sama
sekali ketakutannya.
Xiao’en menaikkan kembali tombol
listrik yang lompat. Dan dalam sekejap semua lampu kembali menyala. Wajahnya
terlihat sedih. Dia beranjak, mau memberitahu Aoran. Aoran pun beranjak mau
turun menemui Xiao’en. Tapi, mereka berdua malah berhenti di ujung tangga
masing-masing (Xiao’en di ujung tangga bawah dan Aoran di ujung tangga atas).
Tanpa Xiao’en ketahui, Aoran ada di
atas, mendengar suara langkah kakinya. Aoran bahkan meletakkan begitu saja
lampu pemberian Chuchu di atas kasur. Tampaknya, dia menanti Xiao’en dengan
ceria menemuinya kembali.
Dengan menahan air matanya, Xiao’en
menghabiskan semua makanan yang di masaknya sebelum lampu mati tadi. Walau
begitu, semua makanan itu tidak bisa menghilangkan rasa sakit patah hatinya. Di
makanan terakhir, Xiao’en tidak bisa menahan air matanya untuk turun. Dia makan
dengan terisak.
Di saat Xiao’en sudah pergi, CEO
baru turun dari lantai atas. Kekosongan di rumahnya, bisa terasa. Tidak ada
lagi suara ribut Xiao’en yang akan menyambutnya di pagi hari.
“Jika dia saja tidak bilang apapun,
kenapa aku harus bilang?” balas Qingfeng.
“Jadi kau mengirimnya ke rumahku
untuk membantunya?”
“Ya dan tidak. Dia tahu cara
memperbaiki toilet kan?” jawab Qingfeng.
Aoran masih saja curiga pada
Xiao’en, apalagi Xiao’en menguntitnya sampai ke resort. Qingfeng langsung memberitahu saat itu juga kalau Xiao’en
jugalah yang membawa Aoran ke rumah sakit. Aoran beneran kaget dan memberitahu
Qingfeng kalau dia mengira Xiao’en ke sana untuk menganggu Chuchu.
“Tapi—dia tidak baik pada Chuchu.
Kau tidak bisa membantah hal itu.”
“Itu benar kalau ada beberapa
tindakannya yang sulit di mengerti. Tapi, apa kau ada memikirkan alasan kenapa
dia tidak mau kau tahu kalau dia yang membawamu ke rumah sakit?”
“Kenapa?”
“Karena dia takut kau akan merasa
terbebani,” jawab Qingfeng, menyadarkan Aoran. “Aoran, kau boleh tidak menerima
perasaannya, tapi jangan pertanyakan ketulusannya. Dia beneran bukan orang
jahat. Mungkin, kau yang sudah salah paham pada Zheng Xiao’en sedari awal. Kau
hanya belum menyadarinya saja.”
Walau sudah mendengarkan perkataan
serius Qingfeng, Aoran masih saja ragu akan perasaan Xiao’en padanya.
--
“Aiyaa, semua kerja pasti
melelahkan. Belum lagi dia sangat kritis. Maksudnya, dia punya banyak
peraturan. Tapi kalau sudah terbiasa, baik-baik aja kok.”
Xiao’en tertawa canggung mendengar
pertanyaan mendadak tersebut. “Aku suka. Aku menyukai CEO,” jawabnya serius.
Chuchu kembali memasang wajah
seolah miliknya sudah di rampas. Wajah tertindas gitu.
“Itu benar. Tapi aku merasa kau
mempunyai perasaan berbeda.”
Xiao’en menyangkal hal itu. Dia
berbohong kalau dia sama seperti yang lainnya, hanyalah fans Aoran.
“Kenapa kau bertanya?” tanya
Xiao’en.
“Aku suka sama CEO. Tapi, kau
sangat baik padaku. Jadi, setiap kali aku terlalu dekat dengannya, aku merasa
bersalah padamu,” jawabnya, menangis.
Xiao’en malah merasa tidak enak dan
menyuruh Chuchu untuk tidak usah merasa bersalah padanya. Kan CEO yang menyukai
Chuchu, bukan Chuchu yang memaksa CEO untuk dekat padanya.
Xiao’en tampak terluka dengan pertanyaan tersebut. Tapi, Xiao’en adalah orang yang terlalu memikirkan perasaan orang lain dan menyembunyikan perasannya sendiri. Dengan sedih, dia menganggukan kepala. Siapapun bisa melihat perasaan Xiao’en yang sebenarnya, tapi Chuchu seolah buta atau menutup mata, malah mengucapkan terimakasih karna Xiao’en mendukungnya.
--
--
Aoran mulai membahas pernyataan
cinta Xiao’en. Dia bisa mengerti perasaan Xiao’en padanya, tapi dia sudah
menyukai orang lain. Dan karna itu, dia memberikan sebuah amplop tebal.
“Ini adalah hal yang paling kau
sukai dariku,” ujar Aoran.
“Terimakasih karena sudah menjagaku
selama beberapa waktu ini. Tapi aku merasa di situasi saat ini, tidak pantas
bagi kita untuk tinggal bersama. Itu gajimu dan bonus.”
“Perasaanku tidak bisa di ukur
dengan uang,” tegas Xiao’en, akhirnya tidak melakukan hal yang sudah di
bayangkannya.
“Aku tidak memecatmu. Hanya saja
tidak pantas bagimu untuk tinggal di rumahku. Pergilah bekerja di perusahaan
besok? Tapi, itu bukan berarti aku mempercayaimu. Aku akan terus
memperhatikanmu. Kau sebaiknya terus menjaga jarak dari Chuchu,” peringati
Aoran.
--
Xiao’en mengepack semua barangnya ke dalam koper. Dia bersiap untuk pergi. Walau
begitu, langkah nya terasa berat. Dia terus saja teringat kenangan yang ada di
rumah itu, termasuk semua peraturan yang pernah Aoran katakan padanya.
“Maaf,” ujar Xiao’en dan berbalik
pergi.
“Kau mau kemana?”
“Memperbaiki listrik,” jawab
Xiao’en, dengan nada rendah.
“Aku—“
“Tidak perlu,” potong Xiao’en.
“Boss sudah ada lampu mawar itu. Aku yang akan mengurus listriknya.”
Dan yang aneh, wajah Aoran malah
tampak bersalah dan sedih. Tidak ada raut senang karna lampu yang Chuchu
berikan berguna.
“Sudahlah. Lampu sudah nyala, dia
pasti tahu,” ujar Xiao’en di dalam hatinya.
Tapi, hati Xiao’en begitu sakit,
“Hati CEO sudah di ambil Chuchu. Bahkan jika aku tinggal di sini, aku tidak
akan mendapatkan cinta CEO,” ujarnya sedih.
Kain lap yang masih terjemur, seolah menjadi saksi
bisu kepergian Xiao’en dari rumah itu.
Tags:
Lost Romance