Note
:
-
Tulisan warna hitam = dunia nyata
- Tulisan warna merah = dunia novel
==
Sinopsis
T-Drama : Lost Romance Episode 09 - 1
Images by : SET TV
Chapter 09
“Kau sudah menangis tiga kali di depanku.
Kelak, kau harus ribut dan membuat masalah seperti yang kau lakukan sekarang.
Kau tidak di izinkan untuk menangis lagi, okay?”
Hari ini, bersama dengan Qingfeng,
Xiao’en tampak jauh lebih berbahagia.
--
Chuchu memberitahu kalau biasanya
setiap pulang kerja, dia akan menjaga ayahnya di rumah sakit, tapi sekarang dia
gantian sama adiknya. Dan juga, adiknya sudah dapat kerja sambilan juga, jadi
Xiao’en tidak akan terlalu lelah.
“Kerjaan apa yang tidak lelah sih?
Aku kan sudah bilang, masalah uang serahkan padaku. Kalian tidak perlu
khawatir.”
“Dia kelihatannya sangat khawatir
kalau kau akan menyebarkan pneumonia ke rekan kerja lainnya, jadi dia bertanya
padaku untuk memastikan apakah kau sakit atau tidak.” (Uh, kesel. Kan nggak gitu maksud Aoran).
Jawaban Chuchu itu membuat Xiao’en
jadi salah paham. Dia jadi sedih karna merasa di mata Aoran, dia hanyalah
penyebar virus.
“Aku rasa bukan gitu maksudnya.
Xiao’en, kau jangan salah paham ya,” pinta Chuchu. (makin kesal euy. Harusnya jangan di sampaikan kalau
tidak mau Xiao’en salah paham).
Walau Chuchu bilang gitu, Xiao’en
tetap saja sudah salah paham pada maksud Aoran sebenarnya. Selera makannya juga
jadi lenyap. Dia memilih menyudahi makan dan mandi.
--
Xiao’en memulai rutinitasnya dengan
sangat-sangat padat. Di pagi hingga sore, dia akan bekerja di kantor. Kemudian,
di malam hari dia akan bekerja d café. Dan ketika pulang, hari sudah sangat
larut dan dia hanya bisa tidur sebentar. Terkadang, Xiao’en bahkan tertidur
saat sedang makan malam.
Karna kesibukannya itu, Xiao’en
jadi tidak punya waktu memikirkan hal lain.
--
--
Xiao’en terlalu sibuk bekerja
hingga dia tidak sadar saat Aoran berdiri di hadapannya. Jangankan Aoran,
Qingfeng yang berjaga di depan pintu saja tidak kelihatan sama Xiao’en yang
kembali terburu-buru ke ruangannya.
--
Aoran tidak menjawab dan hanya
tersenyum tipis.
--
“Kenapa hanya ada sedikit orang di
kantor hari ini?” tanya Aoran, berusaha memancing.
“Kenapa CEO kemari?” tanya Chuchu,
karna Aoran tidak pergi juga.
“Ada urusan jadi aku membawakan
dokumen kemari sekalian.”
“CEO, kau lihat apa? Atau kau mencari seseorang?” tanya Chuchu lagi, menyadari Aoran yang tidak melihatnya tapi sibuk melihat ke tempat duduk di sebelahnya (tempat duduk Xiao’en).
Sialnya, Susan dan Qiutian mengira
kalau tujuan Aoran datang ternyata untuk mengawasi Xiao’en. Mereka jadi merasa
kasihan pada Xiao’en karna di hati Aoran, Xiao’en di anggap sangat jahat.
--
Laporan dari Susan itu membuat
Xiao’en semakin emosi.
--
“Ya.”
“Apa Situ Aoran ada?”
Situ Moran melepas kacamata
hitamnya. Dia sangat mirip seperti Tianjian, “Aku adalah kakaknya.”
Wajah Situ Moran membuat Xiao’en
teringat dengan hal yang di lihatnya melalui kamera drone di hari Tianxing jatuh dari atas gedung.
Tianxing
hampir terjatuh. Tianjian ada di sana dan bisa saja menarik tangan Tianxing
untuk menyelematkannya.
“He
Tianjian!! Lenyapkan sumber masalah itu! Apa kau lupa apa yang sudah kita
lakukan pada ibunya?!” teriak Mingli, menghentikan Tianjian menyelematkan
Tianxing.
Dan
karna ucapan itu, Tianjian menjadi ragu. Dan entah bagaimana, entah Tianjian
mendorong Tianxing atau tidak, di saat itu, Tianxing kehilangan pijakannya dan
terjatuh dari atas gedung.
Hal
itu membuat Tianjian sangat shock hingga tangannya gemetar.
Dan
semua itu terekam dalam kamera drone dan terlihat jelas oleh Xiao’en.
End
Situ Moran ikutan bingung karna
Xiao’en tiba-tiba saja pingsan. Untunglah Qingfeng melihat itu dan segera
menghampiri mereka.
“Apa yang terjadi pada Xiao’en?”
tanyanya pada Moran. Dan Moran menggelengkan kepala, tidak tahu. “Aku akan
membawa Xiao’en ke rumah sakit. Kau kasih tahu sama Aoran, aku izin.”
--
“Bar-nya tutup jadi aku pulang. Karna
tiba-tiba kembali, aku bahkan membuat orang pingsan karna ketampananku. Jika
aku memberitahu lebih awal, bukankah seluruh karyawan di Royal Grup bisa
runtuh?” pamer Moran.
Tidak ada tanggapan sama sekali
dari Aoran yang menganggapnya hanya bicara omong kosong. Melihat reaksi Aoran,
Moran kembali menegaskan kalau ucapannya itu serius. Barusan di depan seorang
wanita pingsan karnanya. Aoran masih belum percaya.
“Siapa?” tanya Aoran, tampak sangat
khawatir.
“Duanmu.”
“Xiao’en?”
--
Qingfeng juga akhirnya antri mau
bayar lagi, tapi tempatnya tadi sudah di rebut orang dan dia harus antri dari
awal lagi. Aish, semua gegara Aoran.
--
“Juga, jika kau nangis seperti ini, ini tanda kalau CEO sombong akan
muncul,” gumamnya
dalam hati.
“Aku baik-baik saja,” jawab Chuchu,
mengira Aoran menanyakan keadaannya. Xiao’en jadi semakin salah paham dan
memalingkan wajah, tidak mau melihat adegan mereka berdua. Aoran juga tampak
bingung karna malah Chuchu yang menjawab pertanyaannya.
“Apa yang sebenarnya terjadi?”
tanya Aoran lagi, masih pada Xiao’en.
“Semua karna aku,” jawab Chuchu
lagi, mengira itu pertanyaan khawatir untuknya. “Hari dimana aku tidak datang
ke tempat janjian, sebenarnya ada masalah di rumahku.”
“Apa hubungannya dengan Zheng
Xiao’en?”
“Keluargaku berhutang karna
penyakit ayahku, jadi debt collector datang
menagih hutang. Demi membantuku Xiao’en bekerja sambilan. Mungkin karna itu,
tubuhnya tidak kuat.”
(Menjengkelkan! Chuchu beneran nggak peka atau bodo*
aku pun nggak tahu lagi. Maksudku, masa dia nggak tahu Aoran nanyain kondisi
Xiao’en. Helllo, yang masuk rumah sakit Xiao’en, ngapain Aoran nanyain kondisi
orang yang nggak masuk rumah sakit. Maaf saja, entah kenapa karakternya jadi
menjengkelkan akhir-akhir ini. Dan juga, kalau dia mau cerita semuanya secara
jujur, ceritakan juga mengenai adiknya yang salah paham hingga memukul kepala
Xiao’en hingga berdarah dan Xiao’en pingsan. Huft. Aoran juga kenapa nggak
langsung bilang aja kalau dia nanya ke Xiao’en bukan Chuchu!)
“Tidak bisa. Aku sudah membuat
cukup masalah untuk CEO,” jawab Chuchu. “Bagaimana bisa aku merepotkan CEO
dengan masalah keluargaku lagi?”
Aish, Xiao’en jadi semakin kesal.
Dia memilih memalingkan mukanya lagi.
“Aku… aku tahu kau sangat baik dan
tidak mau merepotkanku. Tapi kenapa kau membiarkan…. Membiarkan seorang gadis
yang menghadapinya,” ujarnya pada Chuchu, yang sebenarnya adalah ungkapan
kekesalan karna Chuchu tidak mau merepotkannya tapi malah merepotkan Xiao’en.
“Dan karna aku sudah tahu sekarang, biar aku yang mengatasinya,” ujarnya pada
Xiao’en.
Chuchu tidak mengerti maksud Aoran
sebenarnya dan malah mengira itu adalah bentuk perhatian Aoran padanya. Xiao’en
semakin salah paham dan merasa terluka (karna cemburu). Dia menutupi wajahnya
untuk menyembunyikan tangisannya. Aoran menjadi khawatir melihat itu. Chuchu
juga ikutan nanya, ada apa?
“Xiao’en mungkin lelah. Biarkan dia
istirahat sebentar,” terdengar ucapan Qingfeng yang baru datang.
“Cukup! Ya udah. Agar Xiao’en bisa
beristirahat dengan lebih baik, tukar kamar rawatnya menjadi kamar VIP sekarang
juga dan sewa perawat pribadi. Dan juga, beli semua yang dia butuhkan. Tagihkan
semuanya ke aku,” ujar Aoran pada Qingfeng. “Kau bisa memberitahuku apapun.
Jangan menanggungnya sendiri,” ujarnya pada Xiao’en.
“Aku mengerti,” ujar Chuchu.
Menjengkelkan!!!!!
Karna sudah menyampaikan semuanya,
maka Aoran pun pergi dan Chuchu mengikutinya.
--
“Sekali lagi, aku merasa, tidak
peduli sekeras apapun aku mencoba, aku tidak akan pernah bisa menjadi pemeran
utama wanitanya,” ujar Xiao’en, sedih.
“Apa yang salah?”
“Jika dua orang di atur untuk
bersatu, maka orang ketika tidak perlu untuk ikut campur ke dalamnya kan?
“Maksudmu, kau tidak ingin terlibat
lagi?” tanya Xiao’en.
“Kalau kau tidak ingin terlibat
lagi, lalu kau mau apa?”
“Bukankah masih ada alien (merujuk
ke Xiao’en)?”
“Aku hanya merasa kalau kau terus
seperti ini, kau bisa terluka,” ujar Qingfeng, tulus dan penuh kekhawatiran.
“Moran? Dia kakak tiri Aoran, Situ
Moran.”
“Apa dia jahat?”
“Tidak sampai begitu. Hanya saja
kepribadiannya terlalu santai dan blak-blakan. Investasinya juga terlalu liar
sehingga tingkat kegagalannya juga tinggi.”
Setelah itu, Xiao’en meminta keluar
rumah sakit. Dia sudah sangat pulih. Qingfeng sebenarnya nggak mau, tapi karna
Xiao’en memaksa, dia jadi mengizinkan.
--
Moran masih ada di perusahaan dan
tanpa sengaja bertemu dengan Susan dan Qiutian. Dia tampaknya sudah sering
berkunjung sebelum keluar negeri karna Susan dan Qiuitan juga sudah akrab
dengannya. Moran memanfaatkan moment untuk menanyakan mengenai pekerja wanita
bernama Xiao’en. Apa Aoran peduli pada Xiao’en?
“Ummmm… susah di katakan,” ujar
Susan dan Qiutian.
“Kalau susah di katakan, ya ngomong
pelan-pelan saja. Aku punya banyak waktu mendengarkan," balas Moran.
“Jadi, gimana hubungan mereka?”
“Tunggu! Aku mengerti. Jadi mereka
adalah musuh alami,” simpulkan Moran. “Tapi, kelihatannya nggak begitu.”
Susan dan Qiuitan lanjut cerita
kalau sebenarnya Xiao’en tidak layak menjadi target CEO. Tapi, ini semua karna
gadis beracun, Chuchu.
Susan dan Qiuitan langsung menutup
mulut dan kabur, sadar kalau sudah keceplosan.
--
“Dia mendapatkan hal yang layak di
dapatkannya,” ujar Mingli.
“Bagaimana bisa kau bilang begitu?” marah
Ibu.
“Sebagai seorang wanita, bagaimana bisa Ibu
bicara begitu dengan begitu gampang?! Apa yang salah pada Ibu?!”
“Kau yang bermasalah! Seorang wanita malah
sibuk bertarung dengan orang lain. Kau tidak elegan sama sekali. Aku merasa
sangat malu setiap kali seseorang membahasmu di pertemuanku dengan temanku.”
Mingli sangat marah, Ibu malah menyiramkan minyak kepada kemarahannya dengan menyuruh agar perusahaan di alihkan pada Tianjian. Mingli sangat kecewa dan marah hingga akhirnya dia menangis.
“Ini yang terakhir. Mulai dari sekarang,
tidak ada satupun yang akan bisa melukaiku!” peringati Mingli sembari pergi
dari sana.
--
--
Mingli sama sekali tidak mau
memperlihatkannya. Dan untuk melenyapkan surat wasiat itu agar tidak di baca
oleh Tianjian, dia membakar surat itu di depan mata Tianjian.
“Kau sudah gila!!” maki Tianjian, tampak
sangat marah.
--
“Diam!! TUTUP MULUT KALIAN!!!” teriaknya,
frustasi.
--
“Semuanya baik-baik saja. Aku pasti menang.
Tidak ada siapapun yang bisa menghentikanku. Tidak ada. Aku akan menang. Pasti
menang,” gumamnya pada diri sendiri.
Tags:
Lost Romance