Sinopsis T-Drama : Lost Romance Episode 09 - 2


Note :
- Tulisan warna hitam = dunia nyata
- Tulisan warna merah = dunia novel
==
Sinopsis T-Drama : Lost Romance Episode 09 - 2
Images by : SET TV
Aoran sangat-sangat mengkhawatirkan kondisi Xiao’en. Dan rasa khawatir itu membuatnya tidak bisa tidur sama sekali. Tapi, dia merasa heran, kenapa harus khawatir mengenai Xiao’en padahal yang mempunyai masalah keluarga adalah Chuchu. Harusnya, dia khawatir pada Chuchu. Itulah misinya.
Aoran membuka ponselnya, dan mau nge-chat sama Chuchu. Tapi, dia malah nggak tahu mau nulis apa. Anehnya, pas dia membuka chat Xiao’en, dia tahu mau nulis apa. Dia menanyakan kondisi Xiao’en.
Triing! Bunyi pesan masuk. Dari Chuchu : “Terimakasih atas perhatian CEO. Aku baik-baik aja.”

Aoran heran. Perasaan dia ngechat nya ke Xiao’en, tapi kenapa malah terkirimnya ke Chuchu?
Tanpa Aoran sadari, di saat itu, ada kekuatan mistis yang bekerja pada ponselnya.
--

 Esok hari,
Aoran menginterogasi Qingfeng, apakah sudah mengembalikan uang yang Chuchu pinjam dari Xiao’en? Qingfeng menjawab, sudah dan dalam bentuk cek. Aoran bilang kalau cek itu belum di cairkan sama Xiao’en.
“Kau sampai nelpon ke bank? Dia mungkin sibuk kerja dan tidak ada waktu,” jawab Qingfeng.

“Apa perusahaan memberinya terlalu banyak pekerjaan? Bukankah dia paling suka uang?” gumam Aoran. “Bagaimana dengan hadiahnya? Hadiah terimakasih karna sudah membantu Chuchu.”
“Ah, aku sudah membelinya,” jawab Qingfeng. “Sesuatu yang mungkin dia sukai.”
Eh, Aoran malah marah karna Qingfeng berkata ‘mungkin.’ Bukankah harusnya Qingfeng tahu apa yang Xiao’en sukai? Dia tambah marah saat tahu Qingfeng membeli hadiah dengan bertanya pada pelayan toko. Gimana kalau Xiao’en tidak suka hadiahnya?
Dengan santai, Qingfeng menjawab kalau tidak suka bisa di tukar. Aoran masih protes juga, karna itu merepotkan Xiao’en. Wkwk. Qingfeng jadi kesal karna dia udah ngebantu Aoran untuk mengantarkan cek dan membelikan hadiah untuk Xiao’en, tapi masih juga di marahin. Ini kan bukan pekerjaannya. Jika Aoran tidak puas, kerjakan semuanya sendiri karna dia juga sibuk!

Aoran hanya bisa bergumam kesal kalau dia juga mau melakukannya sendiri kalau bisa. Huft, padahal dia masih mau nanya  keadaan Xiao’en.
Pas sekali, dia mendapat notifikasi mengenai rapat dengan departemen pemasaran jam 2 siang nanti.
--

Karena begitu antusias mau ketemu Xiao’en, Aoran datang cepat ke ruang rapat. Dia yang pertama tiba. Pas Qingfeng tiba, dia menegurnya karna datang terlambat. Padahal, jam saja baru jam 13.35. Susan yang datang terakhir berujar kalau Aoran datang cepat. Aoran malah membalas kalau Susan yang terlambat. Padahal jam saja masih 13.58. Walaupun nggak telat, Susan tetap minta maaf karna terlambat.

Susan memulai presentasinya. Aoran malah menghentikan dan menanyakan mengenai anggota departemen pemasaran yang lain, mana? Susan bingung dan menjelaskan kalau memang biasanya cuma dia sendiri yang datang ke rapat. Aoran minta agar semua di panggil ikut rapat agar bisa mendengar pendapat mereka juga. Susan menjelaskan lagi kalau yang di jelaskannya sekarang adalah pendapat semua orang. Aoran malah tetap ngotot dengan alasan mana tahu mereka dapat inspirasi saat melihatnya.


Dan karna itu, Susan kembali ke ruang departemen pemasaran dan menyuruh semuanya untuk masuk ke ruang rapat. Dan mereka salah paham kalau tujuan Aoran ingin ikut semua rapat adalah karna Chuchu. Chuchu juga tampaknya ke ge-eran kalau Aoran ingin melihatnya karna dia malah berkata pada Susan kalau dia akan bekerja keras.


Saat tiba di ruang rapat, Chuchu memilih duduk di samping Aoran sementara Xiao’en duduk di samping Qingfeng. Lucunya, Aoran bahkan menyediakan teh untuk semua staff. Dia menantikan reaksi Xiao’en. Sayangnya, Xiao’en tidak begitu menyukai teh tersebut karna rasanya terlalu manis.


Susan kembali memulai presentasinya. Selama rapat, Chuchu hanya terus menatap ke Aoran sambil tersenyum dan Aoran tidak membalas senyumannya. Xiao’en tampak lemas selama rapat dan Aoran menyadari hal itu.

Untuk menarik perhatian Xiao’en, Aoran menanyakan pendapatnya mengenai proyek resort mereka. Xiao’en kesulitan menjawab dan berkata kalau laporan yang Susan sampaikan bagus. Aoran tampaknya tidak puas dengan pendapat itu. Xiao’en juga bingung karna kan dia yang membuat laporan itu, masa dia memuji diri sendiri.

 Aoran masih terus menanyakan ide Xiao’en. Xiao’en bingung karna idenya sudah ada di dalam laporan. Susan dan Qiutian sampai kasihan mengira Aoran menargetkan Xiao’en. Xiao’en pun jadinya merasa demikian.

Untung Qingfeng membantu dengan mengingatkan kalau rapat ini untuk mereview mengenai laporan yang sudah di buat, bukan rapat untuk mencari ide baru. Berikan waktu lebih bagi yang lain untuk memikirkan ide lain.
“Bukankah sekarang ini kita sedang melakukan review jadi bisa melakukan yang lebih baik lagi? Benarkan?” ujar Aoran, kepada Xiao’en, sambil tersenyum.

“CEO benar,” ujar Chuchu, menanggapi. Padahal Aoran tidak menanyakan pendapatnya sama sekali. “Karna aku pergi ke resort itu dengan CEO, jadi aku sadar betapa pentingnya untuk berinvestasi dengan benar. Uang perusahaan kita tidak jatuh dari langit. Dana harus di manfaatkan dengan benar. Tentu saja kita bisa melakukan investasi sederhana seperti sebelumnya, tapi …,” jelas Chuchu, panjang lebar.
Jangankan yang lain, aku pun bosan mendengarnya. Tampak sekali seolah Chuchu menjilat dan mencoba menarik perhatian Aoran.
“Xiao’en, gimana pendapatmu?” tanya Aoran, pada Xiao’en, mengabaikan Chuchu.
 “Aku rasa apa yang di katakan Chuchu sangat bagus.”
--

Akhirnya rapat selesai. Dan begitu selesai, Aoran menyuruh Xiao’en untuk ke ruang kerjanya.
“Kenapa?”
“Kalau ku suruh datang, ya datang saja,” balas Aoran, jutek.
Dan semua malah salah paham mengira kalau Xiao’en akan di marahin sama Aoran.
--



Tak di sangka, akan ada hari dimana Aoran sangat gugup menunggu Xiao’en menemuinya. Pas Xiao’en datang, dia sok masang wajah cuek. Dia juga blak-blakan nanya apakah Xiao’en sudah mendapatkan hadiah uang cek dan barang dari Qingfeng? Kenapa belum di cairkan uangnya?
“Oh, aku belum ada waktu.”
“Lalu, apa kau suka hadiahnya.”


“Boleh juga sih.”
“Aku dengar kau bisa menukarnya.”
“Apa?”
“Hadiahnya. Jika kau tidak suka, kau bisa menukarnya.”


Xiao’en dalam hati heran, ngapain Aoran peduli dia mau nukar hadiahnya atau nggak? Bahkan minta dia datang kemari hanya untuk membicarakan uang dan hadiah itu.
Aoran beneran ramahhh banget. Dia sampai nanya apa Xiao’en tahu dimana mau nukar hadiahnya? Dia mau nawarkan diri mengantar tapi Xiao’en malah udah bilang bisa nanya ke Qingfeng. Karna sudah ada yang mau di bahas sama Aoran, maka Xiao’en pamit pergi.
“Tunggu sebentar. Kau sudah melakukan hal besar untuk Chuchu. Selain uang dan hadiah, jika masih ada yang kau inginkan, kau bisa memberitahuku,” ujar Aoran.
Padahal maksudnya baik, tapi Xiao’en malah berpikir kalau maksud Aoran adalah mempertegas Chuchu adalah miliknya dan jangan berkeliaran di sekitar Chuchu lagi.
“Apa kau mengerti?” tanya Aoran.
“Mengerti. Aku kembali bekerja,” jawab Xiao’en dengan ketus.
 Aoran jadi heran, apa Xiao’en beneran mengerti? Kenapa reaksinya malah begiu? Apa dia sudah tidak tampan lagi? atau uangnya sudah tidak menarik lagi? atau dia mengekspresikannya dengan salah? kenapa Xiao’en tampak marah?

 Lagi memikirkan semua itu, dia malah melihat Xiao’en yang berbincang dengan Qingfeng. Xiao’en cerita betapa kesalnya dia dengan Aoran. Qingfeng berusaha menghiburnya dan mereka tertawa-tawa.

Karna posisi yang agak jauh, Aoran jadi tidak bisa mendengar pembicaraan mereka. Dia sangat-sangat kepo mau tahu apa yang mereka bicarakan. Jadi, dia melempar barang di meja ke arah mereka, kemudian pura-pura memungut barang itu. Walau sudah begitupun, dia masih belum bisa mendengar pembicaraan mereka dengan jelas. Yang ada, dia semakin cemburu melihat kedekatan mereka berdua.
--

Jam pulang kantor, Aoran dan Qingfeng berpas-pasan dengan Xiao’en dkk. Tapi mereka saling cuek. Chuchu yang ada di lantai atas melihat Aoran dan berteriak memanggilnya, meminta Aoran untuk menunggunya. Susan dan Qiutian beneran kesal melihat Chuchu.

Daripada cemburu, Xiao’en memilih untuk pergi. Aoran melihat ekspresi sedih Xiao’en dan tampak sekali ingin menahannya, tapi sebelum dia sempat melangkahkan kaki, Qingfeng sudah mendahuluinya.
Dari atas, semua hal itu tidak luput dari perhatian Moran.
“CEO!” teriak Chuchu yang sudah turun. “Apa kau ada waktu?”

“Harusnya… ada,” jawab Aoran, ragu.
Chuchu sama sekali tidak menyadari keraguan itu, malah berseru senang.
Dan lagi-lagi, semua itu tidak luput dari perhatian Moran.
--

 Qingfeng mengejar Xiao’en dan menghiburnya. Dia mengajak Xiao’en untuk ikut dengannya saja, masuk perkumpulan patah hati. Dan karna Xiao’en tampak murung, Qingfeng ingin menghiburnya. Dia mengajak Xiao’en untuk ikut ke tempat yang bisa melepaskan stress.
--

 Dan tempat itu adalah ‘Core Yoga.’
Tubuh Xiao’en sangat tidak fleksibel jadi dia terus menjerit kesakitan saat melakukan gerakan yoga. Sementara Qingfeng tampak sangat santai. Xiao’en sampai menggerutu, ngapain sih Qingfeng melakukan pilates? Qingfeng menjelaskannya dengan baik.


 Mereka saling berbincang. Xiao’en tiba-tiba saja mau membantu memilihkan wanita di tempat yoga untuk Qingfeng. Qingfeng mau tahu alasan Xiao’en mau mencarikannya jodoh.
“Karna kau adalah orang yang memperlakukan orang lain dengan tulus. Kau membuatku merasa di dunia ini penuh dengan kehangatan. Sebelumnya, sahabatku hanyalah Chuntian. Tapi bertemu denganmu di sini, membuatku merasa kalau aku bukanlah pejuang kecil di dunia yang besar ini. Jadi, untuk teman yang gentleman, tampan dan penuh perhatian sepertimu, aku harus mencarikan gadis terbaik untukmu. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian pada akhirnya,” ujarnya tulus.
Ucapan tulus yang membuat Qingfeng semakin terperangah pada kebaikan Xiao’en.

 Gerakan yoga yang harus mereka lakukan selanjutnya adalah gerakan berpasangan. Dimana Xiao’en berada di atas kaki Qingfeng sementara Qingfeng menopang di bawah. Gerakan seperti pesawat gitu.

Tampaknya, Qingfeng ingin membuat Xiao’en menciumnya, karna itu dia dengan sengaja menekuk kakinya dan membuat Xiao’en terjatuh hingga wajah mereka menjadi sangat berdekatan. Xiao’en sempat canggung sesaat.
Tapi… dia malah mengira kalau itu karna Qingfeng tidak ada kekuatan.


“Dasar si bodoh ini,” pikir Qingfeng, tersenyum menatap Xiao’en.
--


Chuchu membawa Aoran ke tempat kerajinan tangan gitu. Dia membuat sesuatu dan mengajak Aoran untuk mengukir inisial nama mereka di masing-masing benda yang mereka buat dan Aoran harus menjaganya dengan baik.
Aoran tidak tampak antusias sama sekali dan hanya diam.
“Mungkin aku terlalu sensitif. Tapi, setiap kali kau tidak merespon, aku merasa kau seperti memikirkan sesuatu yang tidak ku ketahui,” ujar Chuchu, muram.
“Aku yang salah.”
“Lalu… kita ukir nama kita?” tanyanya lagi, seolah memaksakan jawaban Ya.
Aoran hanya menganggukan kepala kecil.
--



Begitu selesai, Aoran mengantar pulang Chuchu. Di jalan, Chuchu melihat restoran yang masih buka dan mengajak Aoran untuk makan, tapi Aoran tidak mendengarnya sama sekali dan terus melajukan mobil. Dia benar-benar tidak menaruh perhatian pada apapun yang Chuchu katakan. Chuchu juga jadi terdiam menyadari Aoran memikirkan hal lain.
Begitu tiba, Aoran membukakan pintu mobil untuk Chuchu.
“Istirahatlah,” ujar Aoran.

“Hari ini sangat menyenangkan. Terimakasih CEO.”
Aoran hanya tersenyum tipis, kemudian masuk ke dalam mobil dan pergi begitu saja tanpa bilang apapun lagi.

Dan terlihat jelas raut wajah kekecewaan di wajah Chuchu.
--

Selesai melakukan yoga pilates, Qingfeng membawa makan Xiao’en ke resto. Dan sama seperti sebelumnya, Xiao’en makan dengan bahagia dan banyak, tanpa sama sekali merasa canggung.

 Qingfeng melihat rambut Xiao’en yang hampir menyentuh piring, jadi dengan refleks dia menyibakkan rambutnya. Suasana menjadi romantis. Xiao’en juga terkejut dengan yang Qingfeng lakukan. Mata mereka saling menatap.
Syyuuutt! Sebuah tangan tiba-tiba muncul dan menghalangi pandangan mereka. Tangan Situ Aoran.
“Aoran!” seru Qingfeng, terkejut.
“Belum lama ini dia jatuh pingsan dan kau malah membiarkannya keluar sampai malam. Aku akan mengantarkannya pulang,” ujar Aoran dan menarik tangan Xiao’en.
Pegangannya pada tangan Xiao’en, membuat sebuah kelabat ingatan asing muncul di ingatannya. Dia melihat ingatan Tianxing yang memegang tangan Xiao’en dalam kondisi koma (scene paling terakhir di episode 01).

Post a Comment

Previous Post Next Post