Note
:
-
Tulisan warna hitam = dunia nyata
- Tulisan warna merah = dunia novel
==
Sinopsis
T-Drama : Lost Romance Episode 06 - 2
Images by : SET TV
Situ Aoran sudah berada
di rumah sakit dan yang ada di sisinya adalah Xiao’en. Sementara Qingfeng
menemani Chuchu yang kakinya di obati. Setelah di obati, Qingfeng membawa
Chuchu ke kamar rawat Aoran. Chuchu terus menyalahkan dirinya karna merasa
Aoran terlukan karnanya.
Karna Chuchu sudah
datang, Xiao’en menyuruhnya untuk segera duduk di samping Aoran. Dia yakin
kalau Aoran akan segera sadar.
“Setelah hampir mati,
orang pertama yang di lihatnya saat bangun tidur haruslah orang yang paling dia
dambakan,” ujar Xiao’en dan mendudukan Chuchu ke kursinya tadi.
“Tapi, kenapa kau di
sini?”
“Aku datang untuk
menganggu bos. Tapi, sekarang karna dia seperti ini, tiba-tiba aku jadi
kasihan,” ujar Xiao’en menyembunyikan perasaan sebenarnya. “Jika kau memiliki
belas kasihan untuk CEO kita, kau tidak boleh memberitahunya kalau aku di sini.
Kalau tidak, dia akan marah. Janji? Janji!”
“Aku janji,” ujar
Chuchu, menyanggupi.
Qingfeng melihat semua
yang Xiao’en lakukan. Harusnya, ini bisa menjadi hal baik bagi Xiao’en, tapi
Xiao’en malah membiarkan Chuchu yang mengambil semuanya.
Dan di saat Qingfeng serta
Xiao’en sudah keluar, Aoran baru sadar. Begitu sadar, dia menanyakan keadaan
Chuchu duluan. Xiao’en dan Qingfeng masih ada di depan kamar dan bisa mendengar
semua pembicaraan mereka.
Aoran menanyakan pada
Chuchu siapa yang membawanya ke rumah sakit? Chuchu diam. Dan Aoran menganggap
bahwa Chuchu adalah orang yang menyelamatkannya. Qingfeng tahu semua
pengorbanan Xiao’en dan terdiam, heran kenapa Xiao’en membiarkan Aoran salah
paham bahwa Chuchu adalah penyelamatnya.
Chuchu masih terus
menangis dan menyalahkan dirinya. Karna Chuchu terus begitu, maka Aoran mulai
bercerita kalau dia takut pada gelap. Chuchu menanyakan alasannya? Dan Aoran
mau menceritakannya.
Sewaktu masih kecil,
setiap kali dia melakukan kesalahan walaupun itu kesalahan kecil, ayahnya akan
menguncinya di dalam ruangan kecil. Tidak peduli sekeras apapun dia menangis
atau memohon, tidak ada gunanya. Terkadang, dia di kurung sepanjang hari dan
tidak mendapatkan makanan ataupun air. Ruangan itu sangat gelap dan tidak ada
cahaya sedikitpun. Suatu kali, ayahnya datang membawa lilin. Dia mengira
ayahnya tahu kalau dia takut pada gelap dan ingin memberikannya cahaya, tapi
ternyata bukan. Ayahnya meneteskan air lilin yang meleleh pada tubuhnya.
Mendengar itu, Chuchu
menangis terisak-isak. Tidak hanya Chuchu, Xiao’en jgua menangis tanpa Aoran
sadari.
“Tidak apa-apa.
Semuanya hanyalah masa lalu. Bukankah aku tumbuh dengan baik?” ujar Aoran pada
Chuchu.
Xiao’en merasa marah
dan kecewa pada dirinya sendiri. Sebelumnya, dia menganggap remeh rasa takut
Aoran pada gelap, tanpa tahu luka pedih yang tersimpan di dalamnya. Dia
menyesal karena sudah menganggap remeh hal itu.
Pada akhirnya, Xiao’en
memilih pergi. Qingfeng mengikutinya dengan khawatir. Dan benar saja, ketika
dia membalikan tubuh Xiao’en, Xiao’en menangis terisak.
“Kenapa penulis tidak
membiarkanya besar dengan bahagia? Apa harus ada penyesalan dan kekurangan? Dia
hanya karakter fiktif dan bukan orang sungguhan. Mengapa hatiku merasa sakit?
Aku sudah sering membaca lebih dari 87 novel dengan pemeran utama memiliki
trauma masa kecil. Jika bukan keluarga yang tiba-tiba menjadi miskin atau kedua
orang tua sekarang, atau mengadopsi anak yang salah, masalah psikologis. Semua
ada di dalam novel. Sangat kuno,” gerutu Xiao’en, sedih.
“Lalu, kenapa kau masih
menangis?”
“Ya. Kenapa aku masih
menangis?” tanyanya pada diri sendiri. “Apa karna aku bisa melihatnya dan
menyentuhnya hingga semua ketakutannya menjadi nyata? Penulis sangat tidak
bertanggung jawab! Kau hanya menulis kata-kata sesukamu dan karaktermu harus
hidup di bawah bayang-bayang selamanya!! Kau gila!!” teriak Xiao’en. “Tidak
bisakah penulis lebih menyukai karakter mereka? Penyiksaan pada anak sangat
menyakitkan hati. Di gigit anjing, gegar otak semua itu lebih baik daripada penyiksaan.”
Qingfeng menatap
Xiao’en. Hatinya kembali terasa aneh melihat Xiao’en yang menangis seperti ini.
Ada sesuat yang berbeda di rasakan hatinya. Dan ucapan Xiao’en sebelumnya, agar
dia menanyakan pada hatinya sendiri, siapa yang dia sukai, dia akan berjuang
untuknya.
Sebuah api muncul di
tubuh Qingfeng, tanpa ada yang menyadari. Api yang seolah pertanda bahwa
Qingfeng mulai keluar dari karakternya (ini pendapatku. Qingfeng mulai
bertindak di luar kehendak penulis menciptakannya : menyukai Chuchu).
--
Qingfeng mengantar
pulang Xiao’en. Sepanjang jalan, Xiao’en menatap lampu-lampu dan mulai
menghitung : dunia ini nyata ; dunia ini palsu. Qingfeng heran melihat sikap
anehnya itu. Tapi, Xiao’en tidak peduli karna dia mulai bingung sendiri, dunia
mana dia berada? Semuanya terasa sangat nyata.
Xiao’en juga sudah
merasa pesimis dapat merubah plot cerita. Bagaimanapun pemeran utama pria dan
wanita sudah di takdirkan bersama. Apa ada gunanya berusaha?
“Tentu saja ada.
Bukankah kau mengatakan takdir adalah takdir, tapi kita harus berjuang untuk
apa yang kita inginkan?”
“Kau---.”
“Apa?”
“Lupakan,” ujar
Xiao’en. “Anggap saja aku bicara omong kosong.”
--
Editor Yao memanggil Qiutian ke
ruangannya dan memarahinya habis-habisan. Bagaimana cara Qiutian memeriksa
naskah : “CEO, You’re so Naughty,” sih?
Kenapa seluruh ceritanya jadi terpecah di tengah dan jadi menyimpang? Dan juga,
ini jelas kisah cinta antara Situ Aoran dan Chuchu, tapi kenapa malah di tengah
cerita muncul tokoh bernama Zheng Xiao’en? Dan kenapa namanya harus Zheng
Xiao’en? Bahkan dia bersaing dengan pemeran utama wanita untuk Aoran?
Qiutian beneran bingung sekarang
ini. Mana mungkin ada? Dia udah membacanya dan tidak ada tokoh nama Xiao’en.
“Aku tidak peduli jika kau pikir
ada atau tidak. Perbaiki!” perintah editor tn. Yao.
Qiutian kembali ke tempat
duduknya masih dengan tanda tanya besar. Masa ada tokoh nama Xiao’en? Dia
membacanya dan masak tidak menyadarinya? Untuk memeriksa, Qiutian membuka draft novel tersebut, menekan Ctrl + F
dan mencari kata Xiao’en.
“Beneran ada!! Tidak bisa ini,”
kaget Qiutian. Dia malah curiga kalau Xiao’en yang memasukkan namanya di novel
itu sebelum koma.
Akhirnya, dengan fitur Replace, Qiutian merubah semua kata
Xiao’en menjadi kata Yijun. Selesai. Setelah itu, Qiutian menelpon penulisnya
dan meminta waktu untuk membicarakan plot cerita CEO, You’re so Naughty.
Tanpa Qiutian sadari, kata-kata
di dalam draft novel itu bergerak
sendiri dan merubah kembali kata Yijun menjadi Xiao’en.
--
Aoran yang sudah sehat
dan boleh keluar rumah sakit, mengantar pulang Chuchu. Karna kakinya masih
sakit, saat keluar dari mobil, Chuchu hampir terjatuh jika Aoran tidak menahan
tangannya.
Aoran baru nyadar,
kalau kaki Chuchu terluka, gimana caranya Chuchu membawanya ke rumah sakit
kemarin? Chuchu langsung terdiam. Dia mengingat janjinya pada Xiao’en kalau dia
tidak boleh memberitahu kalau Xiao’en ada di sana.
“Aku menghubungi
ambulans,” bohong Chuchu.
Dan Aoran percaya
sepenuhnya padanya. Hm, kalau Xiao’en yang ngomong pasti di ragukan.
--
Xiao’en kan sudah tiba
duluan kemarin malam di rumah, jadi dia sedang menikmatinya. Kebetulan dia ada
dapat masker pelembab kaki dari Chuntian. Mumpung lagi sendirian dan punya
waktu, lebih baik dia mencobanya. Xiao’en kagum juga sih ada masker untuk kaki
di zaman sekarang ini. Jadi, masker itu di pasang di kaki seperti kaus kaki,
setelah di pakai, Xiao’en melapisinya dengan kaus kakinya. Usai itu, dia duduk
santai sambil makan snack dan menonton televisi.
Ceklek! Terdengar bunyi suara pintu terbuka. Xiao’en langsung menyembunyikan
semua snack nya di bawah kolong kursi dan mulai mengambil penyedot debu,
pura-pura kerja.
“Sejak kapan kau jadi
rajin begitu?” komentar Aoran.
“Aiya, jangan bilang
begitu lah. Aku akan selalu begini,” balas Xiao’en.
“Jangan lupa kabelnya
di colok,” ujarnya sambil naik tangga ke kamar.
Wkwkwk, kabel listrik
penyedot debunya lupa di colok. Ketahuan!
--
Tidak lama Aoran yang
sudah berganti baju, turun ke bawah. Dia menunjukkan sebuah jepit rambut dan
menanyakan, apa itu jepit rambut Xiao’en. Xiao’en langsung panik dan gugup,
mengakui. Tapi, dia beneran nggak ada ke kamar Aoran dalam dua hari terakhir
ini kok!! Mungkin jatuh waktu sedang membersihkan.
“Jadi, ini benar-benar
jepit rambutmu?” tanya Aoran, lagi.
“Ya, boss.”
“Kau pergi ke resort?”
“Ya, Boss,” jawab
Xiao’en tanpa sadar. “Ah, tidak. Aku tidak pergi,” sangkalnya kemudian begitu
tersadar.
Tapi, Aoran menatapnya
tajam. Dia yakin 100 persen kalau Xiao’en pergi. Xiao’en tidak bisa mengelak
lagi. Dia mulai mengarang kalau dia kan liburan kemarin, jadi ingin mandi air
panas, dan tidak pergi ke sana.
“Apa sebenarnya yang
kau coba lakukan pada Chuchu?” tanya Aoran, marah, menuduh Xiao’en.
“Kau pikir aku pergi ke
sana untuk menyakiti Chuchu?” tanya Xiao’en balik, marah.
“Emangnya bukan?”
Xiao’en membantah karna
untuk apa juga dia menyakiti Chuchu, apa untungnya baginya? Aoran terus saja
menilai negatif Xiao’en karna Xiao’en kan sudah pernah menyakiti Chuchu (yang
insiden salah paham Chuchu di siram air di kamar mandi itu lho).
“YA! Aku
menargetkannya. Tapi, kapan aku pernah menyakitinya?! Kapan kau melihat aku
menyakitinya?!” balas Xiao’en marah.
“Lalu, kenapa kau ke
sana?”
“Untuk merusak
hubunganmu dengan Chuchu, oke?”
“Kenapa kau mau merusak
hubunganku dengan Chuchu?”
“Karena aku menyukaimu,
oke! Aku suka padamu!!!” akui Xiao’en tanpa sadar karna terbawa emosi.
Aoran terdiam mendengar
pengakuan cinta Xiao’en yang begitu mendadak. Xiao’en pun terdiam karna
terkejut sudah menyatakan cinta.
“Kenapa?” tanya Aoran.
“Katakan. Apa yang kau suka dariku?”
“Uang…,” jawab Xiao’en,
ngelantur.
Wkwkwk, adegan romantis
langsung jadi horor. Aoran langsung menatapnya seolah melihat sesuatu yang
hhmmm, ya begitulah.
--
Merasa stress, Xiao’en
mengajak Qingfeng ketemuan. Qingfeng pun terkejut saat tahu kalau Xiao’en sudah
menyatakan cinta pada Aoran. Xiao’en sangat malu sekarang ini dan memarahi
dirinya sendiri karna sudah menyatakan cinta begini.
Xiao’en itu maunya
pernyataan cinta yang romantis. Seperti apa? Seperti Ji Eun Tak yang menyatakan
cinta pada ahjussi Kim Shin (drama Korea
: Goblin). Berdiri di tepi pantai dengan mengenakan syal berwarna merah dan
Aoran berdiri di hadapannya dengan mengenakan setelan hitam sambil memegang
payung. Kemudian dia akan berujar : “Saranghaeyo.”
Atau kalau nggak,
pernyataan cinta yang menyedihkan. Seperti apa? Seperti Kang Mo Yeon yang pergi
ke lokasi kejadian dan tali sepatunya terlepas. Kemudian, Yoo Shi Jin berhenti
di depannya dan mengikatkan tali sepatunya (drama
Korea : Descendants of the Sun) Nah, dia akan menatap Aoran yang mengenakan
pakaian tentara dan berujar : ‘Saranghaeyo.’
Atau seperti pernyataan
cinta di The King : Eternal Monarch (aku belum pernah nonton ini, soalnya pas episode 1 nggak dapat
feel-nya. Nanti ku coba tonton lagi lah).
“Kau sudah memikirkan
semua pernyataan cinta dan yang benar-benar terjadi adalah…”
“Versi bencana,”
sambung Xiao’en kesal.
Qingfeng kemudian
menanyakan alasan Xiao’en tiba-tiba menyatakan perasaan. Dengan jujur, Xiao’en
menjawab kalau dia marah. Qingfeng bisa menebak marah karna Aoran menganggapnya
ingin menyakiti Chuchu.
Xiao’en sebenarnya juga
sudah pesimis kalau Aoran akan bisa tertarik atau peduli padanya.
--
Padahal, di dalam
kamarnya, Aoran lagi memikirkan mau ke dapur untuk makan atau tidak. Jika dia
pergi ke sana, apa Xiao’en akan ke ge-er an? Tapi kalau tidak makan, bukannya
Xiao’en juga bisa ke ge-er an?
Ah, udahlah. Aoran
memutuskan untuk turun makan. Tapi, pas di cari, Xiao’en malah tidak ada. Aoran
malah jadi kesal karna Xiao’en baru saja menyatakan cinta padanya, tapi malah
sekarang menghilang sebelum menyiapkan makanan untuknya.
Aoran kemudian duduk
dan merenung. Dia mulai memikirkan sikap Xiao’en selama ini, dan baru sadar
kalau Xiao’en memang nampak menyukainya. Tapi, dia malah menganggap Xiao’en
psiko.
Tidak lama, terdengar
suara bel pintu di buka. Aoran langsung menggumam kesal karna Xiao’en masih
sadar untuk pulang. Lihat saja apa yang akan di lakukannya.
Pintu di buka. Dan yang
ada di depan pintu bukan Xiao’en melainkan Chuchu. Anehnya, ekspresi Aoran
tidak nampak bahagia sama sekali.
--
Chuchu menggunakan
dapur dan memasak makan malam untuk Aoran. Dia bahkan mengantarkan makanan ke
meja dengan tertatih-tatih. Aoran mengajaknya untuk makan bersama. Sebelum
mulai makan, Chuchu memberikan kartu bisnis Aoran yang tertinggal di meja di
rumah sakit dan dia mengambilnya tapi lupa mengembalikannya ke Aoran.
“Ini bukan hal yang
begitu penting. Kau bisa membawanya ke kantor besok. Kakimu terluka dan kau
masih mampir kemari,” ujar Aoran.
“Aku melihatnya ketika
membongkar koper ku dan tanpa berpikir segera kemari untuk mengantarkannya. Aku
lupa kalau kita masih akan bertemu besok.”
Walau begitu, Aoran
tetap berterimakasih. Dia mencoba masakan Chuchu dan tiba-tiba tersenyum sambil
memuji rasanya enak.
“Kau sangat pintar
memasak di bandingkan dengan…,” ucapannya terhenti begitu mau menyebut nama
Xiao’en.
“Dibandingkan siapa?”
“Tidak ada. Aku
kebetulan makan di restoran yang cukup bagus beberapa hari yang lalu. Tiba-tiba
aku memikirkanya. Tidak apa.”
Aoran mulai membahas
hubungan kerja Chuchu dengan para koleganya. Chuchu menjawab kalau hubungan
mereka baik-baik saja.
--
Sementara itu, Qingfeng
sedang dalam perjalanan mengantarkan Xiao’en pulang. Xiao’en tampak cemas dan
terus melihat jam tangannya. Dia mau bergegas pulang karna harus menyiapkan
makan malam untuk Aoran. Meskipun Aoran tidak akan tertarik padanya, tapi dia
tetap harus bekerja karna di gaji.
“Aku baru menyadari
sekarang, untuk beberapa orang, kau tidak bisa hanya mendengarkan apa yang
mereka katakan. Kau harus melihat apa yang mereka lakukan,” ujar Qingfeng.
“Apa maksudnya?”
“Maksudku, kata-katamu
saja yang kasar, tapi bahasa tubuhmu jujur. Kau terus mengkritik Aoran dengan
kata-katamu, tapi ketika saatnya, kau masih tetap pulang untuk menyiapkan makan
malam.”
Xiao’en jadi terdiam
mendengar pujian tidak langsung itu.
“Zheng Xiao’en, apa
pernah ada yang bilang kau sangat istimewa?”
“Aku rasa tidak. Tidak
peduli di dunia manapun, kau orang pertama.”
Qingfeng memuji Xiao’en
yang selalu saja membawa kejutan berbeda untuknya setiap hari. Xiao’en terkejut
tapi malah mengira Qingfeng hanya menghiburnya. Dan Qingfeng terus saja
tersenyum melihat tingkah Xiao’en (woaah, aku mulai terkena sindrome second lead male).
--
Selesai makan, Chuchu
ingin mencuci piring walaupun Aoran mengatakan tidak perlu. Chuchu tanpa nanya,
langsung memakai sarung tangan yang ada di sisi wastafel. Aoran hampir saja
melarang, tapi tidak jadi. Padahal, di dalam hatinya, Aoran ingin bilang agar
Chuchu memakai sarung tangan lain karna itu sarung tangan Xiao’en.
Usai mencuci piring,
Chuchu lanjut membersihkan handuk. Aoran udah mau melarang tpai tidak jadi
ngomong lagi. Padahal, di dalam hatinya, Aoran mau marah karna Chuchu
menggunakan kain yang belum di rebus, sementara kain yang sudah di rebus
Xiao’en masih tergantung di luar.
Cekreek!! Terdengar
suara pintu terbuka.
“Apa ada orang lain di
rumahmu?” tanya Chuchu, terkejut.
“Aku pulang,” terdengar
suara Xiao’en yang berjalan ke ruang makan.
Tanpa bisa di cegah,
Chuchu melihat Xiao’en ada di rumah CEO Situ Aoran.