Note
:
-
Tulisan warna hitam = dunia nyata
- Tulisan warna merah = dunia novel
==
Sinopsis
T-Drama : Lost Romance Episode 10 - 2
Images by : SET TV
Sambil makan, Moran mengomentari wajah Aoran yang tampak lelah. Aoran memberithau kalau akhir-akhir ini dia kesulitan tidur karna terus bermimpi buruk. Moran malah mengira alasannya karna Aoran takut gelap. Udah itu, dia malah tertawa mengingat saat kecil suka mengerjai Aoran dengan mematikan lampu hingga Aoran ketakutan dan menangis.
Aoran jadi membahas
masa lalu juga. Dia sangat iri pada Moran, karna ayah mereka tidak pernah
menghukum Moran, tapi selalu menghukumnya.
“Itu karna ayah hanya mencintaimu dan tidak mencintaiku,” jawab Moran. “Aku hanya bercanda,” lanjutnya saat melihat wajah serius Aoran. “Itu karna ayah tidak mempunyai harapan apapun padaku. Jika kau sama sepertiku, selalu dapat nilai terendah di setiap ujian, dia akan mengabaikanmu juga. Dia akan terlalu malas untuk menghukummu. Masalahmu hanyalah kau terlalu hebat. Jadi, ayah selalu memperhatikanmu.”
Dari wajahnya, tampaknya Aoran tidak suka membahas topik tersebut. Moran kemudian mulai membahas topik lain, mau meminjam uang dari Aoran untuk berinvestasi. Dan kali ini, dia mau meminjam 20juta yuan. Tampaknya, Aoran tidak mau meminjamkan, tapi Moran menganggapya mau meminjamkan.
--
“APA!” serunya kaget
saat mendengar kabar di seberang.
--
Aoran juga bersiap pulang dan mengajak Qingfen untuk makan malam bersama. Qingfeng menolak karna dia sudah ada janji. Mendengar itu, Aoran menebak kalau janji Qingfeng itu dengan Xiao’en dan refleks dia mau mengikuti. Dia menyakinkan diri kalau dia bukannya mengikuti tapi kebetulan juga lagi lapar.
--
“Apa kita harus melapor
ke polisi?” tanya satpam.
Karna Xiao’en bilang
begitu, maka satpam kembali ke posnya untuk berjaga dan membiarkan Xiao’en
memperbaikinya seorang diri.
--
Qingfeng menepati janji dengan menemui Chuchu. Karna Chuchu memberikannya tablet lilin, jadi dia membalas budi dengan berkata dia yang akan mentraktir makan malam hari ini.
“CEO beneran bilang
gitu?” tanya Chuchu, bersemangat dan senang.
Chuchu dengan semangat
mengiyakan. Dan entah kenapa, wajah Qingfeng tampak aneh. Sepertinya dia
merencanakan agar Chuchu bisa jadian dengan CEO.
--
Xiao’en terkejut. Apalagi tangan Aoran memegang papan di tempat yang catnya belum kering. Tangannya jadi kotor karna terkena cat. Dan karna itu juga, Xiao’en membantu mengelapnya dengan kain basah. Aoran juga tampaknya menyukai apa yang Xiao’en lakukan tersebut. Dia tersenyum melihat Xiao’en yang begitu serius mengelap jarinya.
“Emang apa sulitnya,”
komentar Aoran.
“Apa ada yang nggak
bisa kau kerjakan?”
“Membersihkan cat dari
tanganku.”
“Kalau begitu, tenang
saja. Selanjutnya, biarkan aku yang melakukannya,” jawab Xiao’en senang.
Mereka mulai mengecat ulang bersama. Sambil ngecat, Aoran memberitahu kalau dia mengira Xiao’en pergi makan dengan Qingfeng. Karna tadi, Qingfeng bilang sudah ada janji makan dengan seseorang malam ini.
“Dia kan bisa punya
janji dengan siapa saja,” tanggapi Xiao’en cuek.
“Tapi dia hanya ingin
berjanji denganmu.”
“Qingfeng dan aku tidak
seperti yang kau pikirkan,” jawab Xiao’en.
“Qingfeng menyukaimu,”
beritahu Aoran.
“Rahasia,” jawab
Xiao’en.
Aoran tampak cemburu karna hubungan Qingfeng dan Xiao’en sudah sampai ke tahap keduanya mempunyai rahasia. Karna kesal, dia mulai mengecat dengan kuat dan kasar. Dan saat Xiao’en ingin tahu apa mengenai Aoran yang makan siang bersama dengan Moran tadi, Aoran menjawab : ‘rahasia.’
“Ya udah kalau nggak
mau cerita. Percuma aku sudah khawatir,” komentar Xiao’en kesal.
Aoran teringat sesuatu. Dia akhirnya menanyakan alasan Xiao’en memanggilnya He Tianxing saat mereka pertama kali bertemu? Pertanyaan yang membuat jantung Xiao’en berdetak begitu kencang hingga berhenti mengecat.
“Siapa sebenarnya He
Tianxing?” tanyai Aoran, lagi.
“Dia terlihat
sepertiku?”
“Sangat mirip!!! Mirip
sekali!! Seolah kau adalah versi cetakan 3D –nya.”
“Sangat mirip? Kau kira mudah punya rupa sepertiku? Bagaimana bisa terlihat mirip? Lain kali, pertemukan kami, jadi aku bisa lihat seberapa miripnya kami.”
“Tidak mungkin,” jawab
Xiao’en, tampak sedih.
“Kenapa?”
Xiao’en hanya diam dan
melanjutkan mengecat. Dia sama sekali tidak mau menjawab. Tapi, raut wajahnya
yang sedih, membuat Aoran juga tidak berani mendesaknya untuk menjawab lagi.
--
Selesai makan malam, Qingfeng mengantarkan Chuchu pulang. Baru juga mobil Qingfeng pergi, sudah ada Moran yang keluar dari mobilnya dan menghampiri Chuchu. Tampaknya, dia sudah menunggu Chuchu sedari tadi. Chuchu juga heran melihat kakak Aoran menemuinya. Apalagi Moran mau tahu hubungannya dengan Qingfeng karna mereka sampai makan malam bersama.
Pertanyaan yang membuat
Chuchu terdiam.
--
Xiao’en akhirnya selesai memperbaiki lukisan yang di rusak itu, seorang diri. Dan kemana Aoran? Tidur. Melihat Aoran tidur, Xiao’en tampak santai karna dia tahu kalau CEO sombong pasti tidak bisa mengerjakan pekerjaan buruh begini.
Dengan penuh perhatian, Xiao’en memakaikan jas Aoran menutupi tubuh Aoran. Dan tiba-tiba saja, Aoran berkeringat dingin dan mengerang. Dia bermimpi buruk.
“Belakangan ini, aku
kesulitan tidur. Aku tidak menyangka bisa tertidur saat kau di sampingku.”
“Belakangan ini, aku
terus bermimpi di dorong dari atas gedung. Jadi, aku kesulitan tidur.”
Jawaban Aoran itu membuat wajah Xiao’en menegang. Dia ingin tahu isi mimpi Aoran. Aoran memberitahu kalau di mimpinya, orang-orang terus memanggilnya ‘He Tianxing’ sama seperti Xiao’en. Da kemudian, dia terbaring di tanah. Dan kemudian, dia kebangun karna Xiao’en membangunkannya tadi.
Xiao’en terus
menanyakan mengenai mimpi itu. Dia ingin tahu alasan Aoran di dalam mimpinya di
dorong dari atas gedung. Aoran juga nggak tahu.
“Bagaimana kau tahu
kalau aku di kejar-kejar di dalam mimpi itu? Juga, bagaimana kau tahu kalau
bukan hanya satu orang yang mengejarku?” tanya Aoran balik.
“Kau hanya harus
menjelaskan dengan jelas apa yang kau mimpikan. Deskripsikan dengan hati-hati,”
pinta Xiao’en serius, tidak menjawab pertanyaan Aoran. Wajahnya sangat tegang,
sehingga Aoran mau menjelaskan.
“Sesuatu apa?”
“Aku tidak tahu. Aku
hanya tahu kalau aku tidak memberikannya. Di tengah kebingungan ini, tapi aku
juga tidak terlalu yakin apa yang kami ributkan. Lalu, seseorang menendangku …
atau mendorongku. Setelah itu, aku terjatuh.”
Aoran menjawab jas.
Xiao’en menanyakan warna jas itu. Aoran berusaha mengingatnya dan menjawab : wine red. Itu sama dengan warna yang
Tianxing kenakan di hari itu. Xiao’en semakin tegang dan menanyakan, apakah
Aoran melihat siapa yang mendorongnya di mimpi itu? Aoran menggelengkan kepala
dan menanyakan Xiao’en balik, apa dia tahu siapa yang mendorongnya.
Tapi jawaban itu tidak di tanggapi serius oleh Aoran. Dia malah mengira Xiao’en mencoba membuat jarak antara nya dengan Situ Moran. Apalagi Qingfeng ada bilang kalau Xiao’en menyuruhnya berhati-hati pada Moran. Apa yang sebenarnya Xiao’en pikirkan? Kenapa menargetkannya begitu?
“Hanya… hati-hati
sedikit, bisa kan?” ujar Xiao’en, mendesak dan tampak tidak tenang.
“Ini nggak benar. Itu
kan hanya mimpi. Ngapain aku serius membahasnya denganmu? Dan kau menarik
kakakku ke dalam ini hanya karna mimpi dan menjadikannya masalah.”
“Apa ini beneran mimpi? Apa kau mimpi … atau aku yang mimpi? Kenapa kau bisa memimpikan mengenai Tianxing? Kenapa aku di sini? Pasti ada alasannya,” gumam Xiao’en dengan raut penuh ketakutan, kebingungan dan kesedihan. Semua perasaan yang tidak pernah di tunjukkannya sebelumnya.
Tiba-tiba, tangan Aoran terlentang dan menutupi mata Xiao’en dari pandangannya. Dia juga menundukkan pandangannya.
“Matamu penuh kepiluan,” ujar Aoran. “Ekspresi ini tidak cocok untukmu. Meskipun kau sangat merepotkan dan berisik dan suka melawan. Aku lebih suka kau yang seperti itu.”
Xiao’en menarik tangan Aoran turun, “Siapa juga yang mau di sukai samamu? Sekarang ini aku…,” ucapannya terhenti melihat mata Aoran yang menatapnya intens.
“Apa?”
“Untuk di sukai.”
Xiao’en begitu terkejut dengan ucapan Aoran yang berbeda dari biasanya. Dan ketika Aoran tiba-tiba memenjamkan matanya dan mendekatkan wajahnya kepadanya, Xiao’en hanya bisa diam. Bingung dan tidak tahu harus melakukan apa dan harus seperti apa.
Wajah Aoran semakin mendekat. Mendekat dan mendekat. Hingga akhirnya bibir mereka bersentuhan. Xiao’en sangat terkejut hingga pupil matanya membesar. Sesaat. Ciuman itu hanya berlangsung sebentar.
Setelah Aoran
menghilang dari pandangannya, Xiao’en baru mendapat kesadarannya kembali. Dia
menarik nafasnya. Dan memegang bibirnya.
Tags:
Lost Romance