Original
Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV
Huaguang datang ke toko mie Li Haichao. Seperti biasa dia berusaha membujuk Li Haichao untuk menyerahkan Ziqiu, dan sebagai gantinya dia akan memberikan banyak uang kepada Li Haichao. Mendengar itu, Li Haichao merasa sangat kesal dan mengusir nya.
Tepat disaat itu, Bibi Qian lewat. Dan
mengetahui apa yang terjadi, dia ikut memarahi Huaguang dan mengusirnya juga.
“Sikap apa kalian ini? Huh?!” keluh Huaguang,
lalu dia langsung kabur karena takut.
“Berhenti kamu! Sampah!” balas Bibi Qian,
mengumpat sambil bersiap untuk melemparkan air. Tapi Huaguang sudah keburu
kabur duluan.
Malam hari. Li Haichao secara diam- diam
memperhatikan Ziqiu yang sedang rajin belajar didalam kamar. Lalu kemudian dia
merenung.
Mingyue dan Jian Jian bertemu dicafe.
Sementara Ling Xiao dan Ziqiu sibuk belajar dirumah, karena mereka sebentar
lagi akan menghadapi ujian akhir.
“Oh. Guru Huang menelponku, minta aku bawa
catatan minggu ini kepada Tang Can. Minggu depan dia minta izin lagi, pelajaran
minggu lalu belum selesai,” keluh Mingyue.
“Pindah sekolah, tinggal kelas juga. Untuk
apa antar catatan lagi? Sia- sia saja. Dia tidak akan mengerti,” balas Jian
Jian, berkomentar.
“Mengerti atau tidak, aku tidak peduli. Misi
yang diberikan Guru Huang, harus kuselesaikan,” balas Mingyue. Lalu dia menarik
Jian Jian untuk ikut dan menemaninya.
Mingyue dan Jian Jian berteduh dari panas nya
terik matahari sambil mengeluh kesal, karena mereka datang untuk mengantarkan
barang, tapi Tang Can malah membuat mereka harus menunggu diluar komplek.
Bahkan segelas air pun tidak di berikan. Dan ini sudah sekitar setengah jam.
Kemudian akhirnya, Tang Can muncul. Dia
meminta maaf dan menjelaskan bahwa barusan dia sedang sibuk membereskan koper
nya. Dan juga dia adalah tipe orang yang tidak suka melakukan sesuatu secara
setengah- setengah, makanya dia tidak bisa meninggalkan koper nya dan menemui
mereka berdua.
“Setidaknya minta satpam biarkan kami masuk,
aku antar ke dalam juga bisa,” kata Mingyue, mengeluh kesal.
“Aku tidak mau orang lain tahu aku tinggal
dimana. Itu tidak aman,” balas Tang Can dengan sikap seolah- olah dia merasa
bersalah. “Lagipula kalian tahu, pekerjaan ku agak khusus.”
“Haha… aku bisa mengerti. Apalagi kamu orang yang
menyebalkan, mungkin rumah kalian disirami cat,” sindir Jian Jian dengan kesal.
“Hei, publik figur tidak boleh marah- marah,” katanya dengan cepat, sebelum
Tang Can sempat membalas.
Menahan rasa kesalnya, Tang Can mengulurkan
tangannya dan meminta buku catatan Mingyue. Dan Mingyue menolak untuk
memberikan. Lalu dia dan Jian Jian langsung pergi darisana.
“Aku juga
tidak mau catatan busuk itu,” umpat
Tang Can.
Mingyue dan Jian Jian meminum sekaleng sprit
segar dan dingin. Lalu akhirnya emosi mereka pun mereda. Namun kemudian,
Mingyue merasa khawatir, dia harus bagaimana menghadapi Guru Huang nantinya.
Dan Jian Jian menyuruh Mingyue untuk tenang saja, lalu barusan Mingyue sangat
keren sekali. Mendengar itu, Mingyue merasa malu- malu.
“Aku
sangat bahagia,” kata Jian Jian sambil bersandar dengan
manja. Dan Mingyue tertawa serta mengajaknya untuk pulang.
Ketika Jian Jian pulang ke toko mie, dia
merasa sangat heran dan bingung, karena toko mie mereka di gembok dan tidak ada
siapapun didalam. Lalu diapun pulang ke rumah untuk bertanya, tapi ternyata
tidak ada siapapun di rumah. Bahkan Ziqiu dan Ling Xiao juga tidak ada. Jadi
akhirnya, diapun menelpon mereka.
“Kak, kamu dirumah? … Kalian
dirumah sakit? Siapa yang sakit? … Pelanggan keracunan?” tnaya Jian
Jian, sangat
terkejut.
Malam hari. Ketika Jian Jian sedang memasak
mie, Li Haichao, Ling Xiao, dan Ziqiu akhirnya pulang. Dan dengan cerewet, Jian
Jian langsung mengajukan banyak pertanyaan kepada Li Haichao. Dan Li Haichao
merasa bingung harus menjawab pertanyaan yang mana dulu. Dan juga dia tidak
bisa menjelaskan apapun.
“Apa kamu sedang memasak?” tanya Ling Xiao, mengalihkan perhatian Jian
Jian.
“Aku sedang masak mie,” jawab Jian
Jian, tanpa sadar. Lalu dia langsung berlari ke dapur dan mematikan kompor nya
yang sudah
meluap.
Setelah itu, Jian Jian kembali menghampiri Li
Haichao. Dia menanyakan, apakah mereka sedang di kerjain orang. Karena selama
ini dapur mereka sangat bersih, tapi akhir- akhir ini kenapa tiba- tiba ada
kecoak dan lalat juga, bahkan sekarang sampai keracunan. Dan dia ingin tahu
situasi sekarang.
Li Haichao sampai sekali tidak bisa
menjelaskan, jadi Ling Xiao lah yang menjelaskan. Dia memberitahu Jian Jian
bahwa saat insiden kecoak, mereka di peringatkan oleh Biro Inspeksi Makanan.
Dan insiden keracunan hari ini membuat toko mereka harus di tutup selama
seminggu. Lalu dia menyarankan Li Haichao supaya lebih baik mereka memasang
CCTV saja. Dan Li Haichao pun setuju.
“Kurasa mie kamu tidak bisa dimakan lagi. Aku
masak yang mudah saja,” kata Li Haichao, beralasan. Kemudian dia
pergi ke dapur untuk menyendiri.
Melihat itu, Jian Jian ingin mengikuti Li
Haichao ke dapur. Tapi Ziqiu dan Ling Xiao langsung menghentikan nya. Awalnya
Jian Jian tidak mengerti. Tapi kemudian dia mengerti. Dan dia pun beralasan
kepada Li Haichao bahwa mereka mau ke toko di sebrang. Dan Li Haichao
mengiyakan.
Lalu setelah mereka bertiga pergi, Li Haichao
mulai menangis secara diam- diam.
Ditoko jajanan. Ling Xiao menasehati Jian
Jian supaya ketika pulang nanti, Jian Jian jangan membahas tentang kasus di
restoran lagi. Karena itu adalah masalah orang dewasa. Mendengar itu, Jian Jian
merasa tidak senang, karena mereka semua selalu saja menganggap nya sebagai
anak kecil. Kemudian diapun mengambek sesaat, tapi kemudian setelah selesai
belanja jajanan, dia mulai tertawa lagi.
Sedangkan Ziqiu, dari awal mereka pergi ke
toko jajanan sampai mereka pulang, dia sama sekali tidak tampak bersemangat.
Menyadari itu, Jian Jian pun bertanya ada apa. Dan Ziqiu menjawab bahwa dia hanya
berpikir, andai saja dia bisa langsung dewasa, maka Ayah tidak perlu susah
lagi. Dan Jian Jian setuju.
“Saat
diusia 18 tahun, hukum mengakuimu dewasa, tapi bukan dewasa sesungguhnya.
Menjadi dewasa sesungguhnya itu hanya butuh waktu sesaat,” kata Ling Xiao, menjelaskan.
“Yang seperti apa?” tanya Jian
Jian, ingin tahu.
“Orang lain tidak tahu, hanya kamu yang tahu. Hatimu
berubah, kamu merasakan beban hidup. Disaat itu, kamu akan diam- diam menjadi
dewasa,” jawab Ling
Xiao.
“Kamu bisa
menjadi dewasa di detik berikutnya, besok, lusa, atau 10- 20 tahun lagi, bahkan
seumur hidup,” jelasnya.
Mendengar penjelasan itu, Jian Jian masih
belum bisa mengerti. Kemudian Ling Xiao pun menaruh es dingin ke pipinya.
Merasakan itu, Jian Jian tertawa dan membalas Ling Xiao. Sedangkan Ziqiu, dia
diam dan memikirkan penjelasan itu dengan serius.
Keesokan harinya. Dicafe. Ziqiu bertemu
dengan Huaguang. Dan dengan serius, dia bertanya, apakah Huaguang yang
mengerjai restoran mie mereka. Dan Huaguang menyangkal. Tapi Ziqiu sama sekali
tidak percaya. Dan dia memohon supaya Huaguang jangan mengganggu mereka.
“Ziqiu, kamu anak kandung ku. Apa aku
akan mencelakaimu?” tanya Huaguang,
menyangkal.
“Ayahku setiap pukul tiga subuh membuat mie di
toko. Memasak iga sapi, menggoreng kue kacang. Dari subuh sibuk sampai pukul
tujuh dan kembali untuk memasakkan sarapan kami. Dari kecil sampai besar,
sesibuk apapun dia, kami selalu dapat makan siang dan malam. Toko mie ini
satu-satunya penghasilan kami. Lepaskan lah kami,” jelas
Ziqiu, memohon.
“Jika kamu tahu hidup Li Haichao tidak mudah,
kamu harusnya memikirkannya. Kamu tidak pernah mencari uang, kamu tidak tahu
sesulit apa mendapatkan uang. Kamu akan masuk universitas dan juga adikmu
nantinya, biaya ini akan bertambah besar, kamu tahu? Keluarga biasa sudah sulit
menanggung satu anak. Dia mau menanggung dua, kamu ingin dia mati kelelahan?” balas Huaguang
dengan ketus.
“Aku bisa kuliah sambil kerja,” balas Ziqiu
dengan tegas.
“Kamu
tetap tidak mau ikut aku?” tanya Huaguang, memastikan. Dan Ziqiu membenarkan. “Baiklah. Ziqiu kamu anakku, apapun yang
terjadi aku tidak akan menyerah. Aku beri kamu waktu, kamu pikirkan lagi,” ancamnya
sambil tersenyum. Kemudian
diapun langsung pergi.
Melihat senyum sinis nya, Ziqiu merasa sangat
khawatir, tidak berdaya dan stress.
Ketika Ling Heping pulang ke rumah Li, dan
melihat Li Haichao sedang makan sambil menonton TV serta tertawa dengan keras,
dia merasa sangat heran, sebab tumben restoran ditutup dan Li Haichao tidak
bekerja. Dan Li Haichao beralasan bahwa dia sengaja mengambil libur untuk
dirinya sendiri.
Lalu Li Haichao menceritakan rencananya, dia
ingin mengambil toko disebelah dan menggabungkan nya dengan toko nya. Sebab
sekarang barang- barang mulai mahal dan anak- anak akan ujian akhir serta mulai
berkuliah. Jadi dia ingin memperbesar tokonya untuk memperbesar penghasilan.
Dan Ling Heping sangat setuju serta mendukung.
“Uang mu
pasti tidak cukup, aku keluarkan semua depositku,” kata Ling Heping, bersedia untuk membantu
rencana Li Haichao.
“Hentikan. Banyak biaya dirumah, kamu simpan
depositmu, biar dipakai disaat darurat,” balas Li
Haichao, menolak. “Masalah uang ini, aku sudah tanyakan ke bank.
Aku bisa memakai rumah tua orang tua ku sebagai jaminan,” jelasnya.
“Kalau begitu biaya hidup dan sekolah
Ziqiu, biar aku yang tanggung,” balas Ling Heping.
“Sudahlah.
Kamu polisi bisa dapat berapa? Apa kamu bisa melebihi bos toko mie ini?” balas Li
Haichao, menolak. Dan
Ling Heping tertawa geli. “Aku ada uang, tenang saja.”
“Baiklah. Kita sepakat,” balas Ling
Heping, setuju.
Hari ujian. Dengan perhatian, Li Haichao
mengingatkan banyak hal kepada Ziqiu dan Ling Xiao yang akan segera berangkat
untuk mengikuti ujian akhir. Dan bahkan dia berniat untuk mengantarkan mereka
berdua ke sana supaya dia bisa tenang. Tapi mereka berdua menolak, karena
mereka tidak mau merepotkan Li Haichao, lagian ada Jian Jian yang bisa menemani
mereka.
“Aku siap,” teriak Jian Jian sambil berlari keluar dari
kamar.
Jian Jian kemudian menanyai, apakah Ziqiu dan
Ling Xiao sudah ada memakai celana dalam yang diberikannya. Mendengar itu,
Ziqiu dan Ling Xiao merasa malu. Lalu dengan canggung, mereka menunjukkan
celana dalam merah yang mereka kenakan. Dan melihat itu, Jian Jian merasa puas.
Lalu dia menunjukkan denah tempat ujian yang sudah digambarkannya.
“Disana
ada patung Konfusius, saat masuk harus beri hormat dengan tulus seperti ini,” kata Jian Jian sambil mencontohkan caranya. “Kudengar ini sangat ajaib.”
“Baiklah, cerewet,”gumam Ziqiu.
Tepat disaat itu, Ling Heping yang datang
membawa mobil sampai dirumah. Dan Li Haichao pun memberitahu mereka bertiga dan
menyuruh mereka untuk cepat pergi. Tapi sebelum Ziqiu dan Ling Xiao sempat
membuka pintu, Jian Jian menghentikan mereka berdua. Lalu dia melihat ke arah
jam.
“Ayah,
saat jam 9. Ingat ya, jam 9. Sembahyangi Ibu agar Ibu bisa melindungi mereka,” kata Jian jian dengan cepat. Lalu dia
kembali melihat ke arah jam lagi. Dan Li Haichao merasa bingung. “Ayo,” teriaknya. “Waktu
beruntung, buka pintu,” jelasnya.
“Semoga lulus,” kata Li Haichao, berdoa dengan tulus.
Beberapa
hari setelah ujian. Saat Jian Jian sampai disekolah dan masuk ke dalam kelas,
dia mendengar tentang Tang Can yang berhasil lolos audisi dari 2000 orang dan
masuk dalam 5 besar. Dan itu adalah audisi dari sutradara besar Zhou, jadi
pasti akan terkenal.
Menurut
Mingyue, itu sudah sangat hebat dan cukup membanggakan. Tapi menurut Jian Jian,
itu hanya hal biasa saja, sebab dari 5 besar, cuma satu orang saja yang akan
terpilih sebagai pemeran utama wanita. Dan mendengar itu, Mingyue merasa kalau
itu masuk akal.
Ketika Guru
Huang datang, dia menanyai hasil audisi Tang Can. Dan dengan bangga, Tang Can
menceritakan bahwa dia berhasil masuk ke dalam 5 besar, dan minggu depan dia
akan latihan di Beijing. Mengetahui itu, Guru Huang memuji Tang Can dan meminta
semua murid untuk memberikan tepuk tangan.
Setelah itu,
Guru Huang membahas 3 karya karangan yang paling bagus. Dan karangan Mingyue
termasuk salah satunya.Jadi dia meminta Mingyue untuk membacakanya didepan
kelas. Mendengar itu, Mingyue tampak sangat gugup, dan dia beralasan kepada
Guru Huang bahwa kerongkongan nya sedang sakit.
“Baiklah. Berikan padaku,” kata Guru
Huang. Dan Mingyue merasa ragu. Tapi akhirnya, dia memberikan juga karangan
buatannya.
“Teman yang jadi teladanku, saat aku berjumpa
dengannya, aku tidak merasa hari ini bisa ada perbedaan dengan hari yang lain.
Aku seperti biasa pergi menuju ke sekolah, melewati dinding yang penuh dengan
tumbuhan. Hari itu, tidak sama dengan hari yang lain. Karena aku diusik oleh
penjahat. Lalu seseorang maju untuk melndungiku.”
Ketika Guru
Huang membacakan karangannya, Mingyue dengan gugup melirik ke arah Jian Jian
yang sedang membaringkan kepalanya dengan malas diatas meja.
Awalnya
ketika mendengar karangan itu, Jian Jian merasa biasa saja. Tapi kemudian dia
merasa terkejut dan langsung terbangun.
Ketika
pulang, Mingyue meminta maaf kepada Jian Jian. Tapi Jian Jian mengabaikan nya,
sebab pada hari itu, dia dan Ziqiu adalah orang yang duluan datang dan
menyelamatkan Mingyue. Tapi dikarangan nya, Mingyue malah hanya menyebutkan
tentang Ling Xiao saja, yang meneriaki ‘Ada polisi datang!”
“Ini hanya
karangan. Aku tidak bisa menulis perkelahian, jadi aku ceritakan tentang Ling Xiao
saja,” kata Mingyue, beralasan.
“Aku duduk
sendiri di ayunan, menangis dengan sedih, kehangatannya seperti aliran air yang
lembut, membasahi jiwaku. Seperti sinar matahari menyinariku. Saat itu aku
merasa dia sedang bersinar,” kata Jian Jian, mengulangi kata- kata didalam
karangan Mingyue dengan sikap kesal.
“Hiperbola.
Itu hanya perumaan saja. Itu teknik penulisan dalam karangan,” jelas Mingyue
sambil tertawa gugup.
“Aku sangat marah,” keluh Jian
Jian dengan terus terang. “Apa kamu merasa nilaiku jelas, jadi tidak
pantas kamu teladani?”
“Bukan,”sangkal Mingyue dengan cepat. Lalu dia
membungkuk meminta maaf dan berjanji bahwa lain kali dia akan menuliskan
tentang Jian Jian.
Mendengar janji
itu, Jian Jian akhirnya pun tidak marah lagi. Dan Mingyue merasa lega. Lalu dia
meminta Jian Jian untuk jangan menceritakan ini kepada Ziqiu dan Ling Xiao
nantinya. Dan Jian Jian pun mengiyakan.
Direstoran.
Ibu dan Ayah Tang merayakan keberhasilan Tang Can yang berhasil masuk ke dalam
5 besar. Dan dengan agak tidak enak, Tang Can menanyai, bagaimana bila nanti
dia tidak terpilih. Dan Ibu Tang menenangkan Tang Can untuk tidak perlu
khawatir, karena dia sudah mencari kabar bahwa 3 perserta yang lain tidak
secantik Tang Can, yang lain cantik tapi tidak berpengalaman. Jadi sutradara
Zhou pasti akan memilih Tang Can. Mendengar itu, Tang Can merasa sangat senang.
“Aku akan berusaha,” kata Tang
Ca, berjanji.
“Aku tidak pernah bermimpi akan ada hari ini,” komentar
Ibu Tang. “Keluarga Ibu
miskin, keluarga Ayah juga miskin. Aku dan Ayahmu juga tidak berpendidikan. Aku
jadi kasir disupermarket, Ayahmu sebagai supir truk. Jika bukan karena pada
saat SD kelas 1, ada kru film yang datang dan memilih aktor cilik. Bagaimana
bisa ada kejadian hari ini, benar kan?” kata Ibu Tang dengan senang dan perasaan
bangga.
“Inilah orang tua kurang baik, tapi punya anak
berbakat,” kata Ayah
Tang, setuju.
“Aku jadi manajermu. Ayahmu akan mengurus
rumah. Kelak kami akan bekerja untukmu,” kata Ibu Tang dengan lembut.
“Tenang
saja, Ayah, Ibu. Kelak aku jadi artis terkenal, kalian tidak perlu bekerja
lagi. Aku gaji dua bibi dirumah, khusus menjaga kalian,” kata Tang Can dengan
bersemangat dan percaya diri.
Mendengar
itu, Ibu dan Ayah Tang tertawa dengan keras.
Direstoran
yang sama. Tapi disisi yang lain, dekat dengan meja keluarga Tang Cang, disana
ada Jian Jian, Mingyue, Ziqiu, dan Ling Xiao yang sedang makan bersama- sama
juga.
“Ini artis
dikelas,” kata Ziqiu, memastikan. Dan Jian Jian serta Mingyue dengan kompak
memberikan tanda supaya jangan bicara terlalu keras. “Yang kalian maksud?”
tanya Ziqiu, memelankan suaranya. Dan Jian Jian serta Mingyue mengganggukan
kepala mereka.
“Kenapa?” tanya
Ling Xiao, heran. Dan Jian Jian serta Mingyue langsung memberikan tanda bahwa
mereka berdua tidak mau sampai ketahuan, jika tidak mereka akan mati. Kemudian
mereka kembali menguping.
Melihat
reaksi mereka berdua, Ziqiu dan Ling Xiao tersenyum dengan geli.
Dikamar
mandi. Mingyue dan Jian Jian bernafas lega, karena akhirnya mereka bisa ke
kamar mandi juga, setelah keluarga Tang Can akhirnya pergi. Lalu mereka berdua
menggosip bahwa mereka tidak menyangka kalau Tang Can bisa berbohong mengenai
kondisi keluarganya di sekolah. Karena Tang Can selalu mengatakan bahwa kedua
orang tuanya adalah orang yang hebat dan sukses.
Tepat disaat
itu, salah satu pintu toilet terbuka, dan itu adalah Tang Can. Melihat itu,
Mingyue dan Jian Jian merasa terkejut.
“Kuberitahu,
kalian disekolah asal merendahkanku juga tidak ada gunanya. Tidak akan ada yang
percaya,” teriak Tang Can, marah.
“Siapa yang
asal bicara? Jujur itu bukan merendahkan, hanya mengatakan fakta saja,” balas
Jian Jian, merasa tidak bersalah. Dan Mingyue setuju.
“Aku tidak
berbohong. Ibuku bekerja di Carrefour, itu perusahaan 500 terbesar didunia.
Ayahku supir, bukankah itu bisnis logistik? Jika orang salah paham, aku bisa
apa?” kata Tang Can, membela dirinya.
“Benar
juga,” gumam Mingyue, setuju.
“Benar. Kami
pergi dulu,” kata Jian Jian, pamit.
Tang Can
menghentikan mereka berdua supaya tidak bisa pergi dan dia mengancam bila mereka
berdua asal bicara, maka mereka berdua akan mati. Dan mendengar ancaman itu,
emosi Jian Jian meledak. Dan Mingyue langsung memeluk untuk menahannya.
“Jangan
paksa aku memukulmu. Orang yang dulu kupukul sekarang masih cacat, apa kamu mau
coba?” teriak Jian jian.
“Jangan
pukul wajahnya,” jelas Mingyue, menenangkan Jian Jian.
“Intinya
kuberitahu kalian, aku sudah peringatkan, jangan asal bicara,” teriak Tang Can.
Lalu dia langsung pergi dengan ketakutan.
Setelah Tang
Can pergi, Jian Jian dan Mingyue langsung tertawa dengan keras. Karena tadi
mereka hanya berakting saja.
Keesokan
harinya disekolah. Jian Jian dan Mingyue saling bertatapan dengan tajam. Dan
didalam meja Jian Jian, ada kue dari Mingyue serta sebuah catatan kecil. “Jangan asal bicara”.
Melihat itu,
Jian Jian dan Mingyue masih saling bertatapan dengan tajam. Dan ketika Jian
Jian memakan kue yang diberikannya, Mingyue akhirnya tertawa dan merasa sangat
lega. Karena itu artinya, Jian Jian mau menutup mulut.
Ziqiu bantu
mengurut bahu Li Haichao yang sakit. “Ayah, renovasi toko kita, apa ada yang
bisa kubantu? Atau aku campur semen?” tanyanya.
“Kamu jangan
buat masalah saja,” balas Li Haichao sambil tertawa geli. “Sampai kamu lulus,
kamu bermainlah. Malam ini pesta kelulusan, kan?”
“Mm… benar,”
jawab Ziqiu.
“Pertemuan
teman- teman?”
“Besok malam,”
jawab Ziqiu.
“Baik. Aku
beri kamu 500 yuan. Mainlah dan makanlah. Jika tidak cukup, minta lagi,” kata
Li Haichao dengan perhatian. Dan Ziqiu menolak.
Ziqiu
meminta Li Haichao untuk jangan bekerja terlalu keras lagi. Karena begitu dia
kuliah, dia akan mulai bekerja untuk mencari uang. Dan Li Haichao menenangkan
Ziqiu untuk jangan memikirkan tentang uang, karena toko mie mereka sudah
menjadi besar, jadi tidak akan ada yang meremehkan mereka lagi.
Mendengar
itu, Ziqiu teringat akan perkataan Huaguang mengenai kesusahan yang Li Haichao
alami untuk membesarkan nya.
Saat sudah pukul 10 lebih, Li Haichao pamit
untuk berangkat bekerja. Dan sebelum pergi, dia tiba- tiba teringat akan
Huaguang.
“Zhao
Huaguang tidak mencarimu, kan?” tanya Li
Haichao dengan perhatian.
“Tidak,” jawab Ziqiu, berbohong. Dan Li Haichao
percaya. Lalu diapun pamit dan pergi.
Didalam kamar. Ketika Jian Jian menguap, Ling
Xiao memukul kepalanya dan menyuruhnya untuk fokus belajar. Dan Jian Jian
merasa kesal.
Kemudian Ziqiu datang. “Siang makan kari, aku mau beli bahannya,
kalian mau makan apa?”
tanyanya.
“2 bungkus
keripik kentang, dan es krim renyah,” jawab
Jian Jian dengan bersemangat.
“Semangka,” jawab Ling Xiao.
Ziqiu kemudian meminta uang mereka. Tapi
tidak ada satupun dari mereka yang mau memberikan uang. Jian Jian ingin
berhutang dulu. Dan Ling Xiao menjelaskan bahwa buah termaksud dalam
pengeluaran rumah. Namun Ziqiu, tidak mau menerima alasan mereka. Jadi Jian
Jian pun memberikan uangnya, dan Ling Xiao meminta Jian Jian untuk membantu nya
membayar.
Menerima uang mereka, Ziqiu merasa puas dan
pamit. Lalu diapun pergi.
“Kak, kamu
sudah ujian, kamu tidak mau pergi bermain?” tanya
Jian Jian, berharap. Dan Ling Xiao langsung menjawab tidak. “Tapi aku mau.”
“Kamu
pergi setelah tugasmu selesai. Sebelum libur akan ujian, kan? Dengan nilaimu, bisa masuk akademi seni
rupa?” balas Ling Xiao dengan serius.
“Aku masih
ada 2 tahun. Lagipula aku murid kelas seni,” kata Jian Jian dengan bangga dan
percaya diri.
Ling Xiao
kemudian mengambil PR yang sudah Jian Jian kerjakan dan mengecek nya. Dan
ternyata masih ada yang salah, jadi diapun memukul kepala Jian Jian.
“Kubilang
jangan pukul kepalaku. Jika aku bodoh, kamu mau nikahi aku?” keluh Jian Jian,
kesal.
“Baik. Aku
nikahi kamu,” balas Ling Xiao dengan serius.
Mendengar
itu, Jian Jian merasa gugup. Dan langsung fokus mengerjakan PR nya lagi. Dan
melihat reaksi itu, Ling Xiao tertawa geli.
Ling Heping
berlari pulang dengan terburu- buru dan memanggil Ling Xiao. “Nenek mu sakit
jantung, sekarang di UGD. Aku ke atas ambil barang, kita segera ke rumah
sakit,” jelas nya. “Cepatlah.”
“Kak, cepat
pergi,” kata Jian Jian dengan khawatir. Dan Ling Xiao pun langsung pergi.
Disaat itu,
Ling Heping dan Ling Xiao sampai. Dan Paman Chen serta Ipar Chen pun langsung
menceritakan apa yang terjadi kepada mereka berdua.
Ketika Jian
Jian mengetahui apa yang terjadi, dia langsung menginfokan kepada Li Haichao
dan Ziqiu bahwa malam ini Ling Xiao tidak akan pulang. Begitu juga dengan Ling
Heping.
“Dulu saat
memarahi Ling Xiao, bukankah masih bertenaga?” tanya Ziqu, heran.
“Sudah,
jangan dipikir lagi,” kata Li Haichao, menghentikan itu. “Ayo, makan,” ajaknya.
💕💕💕Lanjut💕💕💕
ReplyDelete