Sinopsis C- Drama : Go Ahead Episode 8

 


Original Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV

Huaguang datang ke toko mie Li Haichao. Seperti biasa dia berusaha membujuk Li Haichao untuk menyerahkan Ziqiu, dan sebagai gantinya dia akan memberikan banyak uang kepada Li Haichao. Mendengar itu, Li Haichao merasa sangat kesal dan mengusir nya.


Tepat disaat itu, Bibi Qian lewat. Dan mengetahui apa yang terjadi, dia ikut memarahi Huaguang dan mengusirnya juga.

“Sikap apa kalian ini? Huh?!” keluh Huaguang, lalu dia langsung kabur karena takut.

“Berhenti kamu! Sampah!” balas Bibi Qian, mengumpat sambil bersiap untuk melemparkan air. Tapi Huaguang sudah keburu kabur duluan.


Malam hari. Li Haichao secara diam- diam memperhatikan Ziqiu yang sedang rajin belajar didalam kamar. Lalu kemudian dia merenung.


Mingyue dan Jian Jian bertemu dicafe. Sementara Ling Xiao dan Ziqiu sibuk belajar dirumah, karena mereka sebentar lagi akan menghadapi ujian akhir.

“Oh. Guru Huang menelponku, minta aku bawa catatan minggu ini kepada Tang Can. Minggu depan dia minta izin lagi, pelajaran minggu lalu belum selesai,” keluh Mingyue.

“Pindah sekolah, tinggal kelas juga. Untuk apa antar catatan lagi? Sia- sia saja. Dia tidak akan mengerti,” balas Jian Jian, berkomentar.


“Mengerti atau tidak, aku tidak peduli. Misi yang diberikan Guru Huang, harus kuselesaikan,” balas Mingyue. Lalu dia menarik Jian Jian untuk ikut dan menemaninya.


Mingyue dan Jian Jian berteduh dari panas nya terik matahari sambil mengeluh kesal, karena mereka datang untuk mengantarkan barang, tapi Tang Can malah membuat mereka harus menunggu diluar komplek. Bahkan segelas air pun tidak di berikan. Dan ini sudah sekitar setengah jam.


Kemudian akhirnya, Tang Can muncul. Dia meminta maaf dan menjelaskan bahwa barusan dia sedang sibuk membereskan koper nya. Dan juga dia adalah tipe orang yang tidak suka melakukan sesuatu secara setengah- setengah, makanya dia tidak bisa meninggalkan koper nya dan menemui mereka berdua.

“Setidaknya minta satpam biarkan kami masuk, aku antar ke dalam juga bisa,” kata Mingyue, mengeluh kesal.


“Aku tidak mau orang lain tahu aku tinggal dimana. Itu tidak aman,” balas Tang Can dengan sikap seolah- olah dia merasa bersalah. “Lagipula kalian tahu, pekerjaan ku agak khusus.”

“Haha… aku bisa mengerti. Apalagi kamu orang yang menyebalkan, mungkin rumah kalian disirami cat,” sindir Jian Jian dengan kesal. “Hei, publik figur tidak boleh marah- marah,” katanya dengan cepat, sebelum Tang Can sempat membalas.


Menahan rasa kesalnya, Tang Can mengulurkan tangannya dan meminta buku catatan Mingyue. Dan Mingyue menolak untuk memberikan. Lalu dia dan Jian Jian langsung pergi darisana.

Aku juga tidak mau catatan busuk itu, umpat Tang Can.

Mingyue dan Jian Jian meminum sekaleng sprit segar dan dingin. Lalu akhirnya emosi mereka pun mereda. Namun kemudian, Mingyue merasa khawatir, dia harus bagaimana menghadapi Guru Huang nantinya. Dan Jian Jian menyuruh Mingyue untuk tenang saja, lalu barusan Mingyue sangat keren sekali. Mendengar itu, Mingyue merasa malu- malu.


Aku sangat bahagia, kata Jian Jian sambil bersandar dengan manja. Dan Mingyue tertawa serta mengajaknya untuk pulang.




Ketika Jian Jian pulang ke toko mie, dia merasa sangat heran dan bingung, karena toko mie mereka di gembok dan tidak ada siapapun didalam. Lalu diapun pulang ke rumah untuk bertanya, tapi ternyata tidak ada siapapun di rumah. Bahkan Ziqiu dan Ling Xiao juga tidak ada. Jadi akhirnya, diapun menelpon mereka.

Kak, kamu dirumah? Kalian dirumah sakit? Siapa yang sakit? Pelanggan keracunan? tnaya Jian Jian, sangat terkejut.



Malam hari. Ketika Jian Jian sedang memasak mie, Li Haichao, Ling Xiao, dan Ziqiu akhirnya pulang. Dan dengan cerewet, Jian Jian langsung mengajukan banyak pertanyaan kepada Li Haichao. Dan Li Haichao merasa bingung harus menjawab pertanyaan yang mana dulu. Dan juga dia tidak bisa menjelaskan apapun.


Apa kamu sedang memasak? tanya Ling Xiao, mengalihkan perhatian Jian Jian.

Aku sedang masak mie, jawab Jian Jian, tanpa sadar. Lalu dia langsung berlari ke dapur dan mematikan kompor nya yang sudah meluap.


Setelah itu, Jian Jian kembali menghampiri Li Haichao. Dia menanyakan, apakah mereka sedang di kerjain orang. Karena selama ini dapur mereka sangat bersih, tapi akhir- akhir ini kenapa tiba- tiba ada kecoak dan lalat juga, bahkan sekarang sampai keracunan. Dan dia ingin tahu situasi sekarang.

Li Haichao sampai sekali tidak bisa menjelaskan, jadi Ling Xiao lah yang menjelaskan. Dia memberitahu Jian Jian bahwa saat insiden kecoak, mereka di peringatkan oleh Biro Inspeksi Makanan. Dan insiden keracunan hari ini membuat toko mereka harus di tutup selama seminggu. Lalu dia menyarankan Li Haichao supaya lebih baik mereka memasang CCTV saja. Dan Li Haichao pun setuju.


Kurasa mie kamu tidak bisa dimakan lagi. Aku masak yang mudah saja, kata Li Haichao, beralasan. Kemudian dia pergi ke dapur untuk menyendiri.

Melihat itu, Jian Jian ingin mengikuti Li Haichao ke dapur. Tapi Ziqiu dan Ling Xiao langsung menghentikan nya. Awalnya Jian Jian tidak mengerti. Tapi kemudian dia mengerti. Dan dia pun beralasan kepada Li Haichao bahwa mereka mau ke toko di sebrang. Dan Li Haichao mengiyakan.



Lalu setelah mereka bertiga pergi, Li Haichao mulai menangis secara diam- diam.


Ditoko jajanan. Ling Xiao menasehati Jian Jian supaya ketika pulang nanti, Jian Jian jangan membahas tentang kasus di restoran lagi. Karena itu adalah masalah orang dewasa. Mendengar itu, Jian Jian merasa tidak senang, karena mereka semua selalu saja menganggap nya sebagai anak kecil. Kemudian diapun mengambek sesaat, tapi kemudian setelah selesai belanja jajanan, dia mulai tertawa lagi.

Sedangkan Ziqiu, dari awal mereka pergi ke toko jajanan sampai mereka pulang, dia sama sekali tidak tampak bersemangat. Menyadari itu, Jian Jian pun bertanya ada apa. Dan Ziqiu menjawab bahwa dia hanya berpikir, andai saja dia bisa langsung dewasa, maka Ayah tidak perlu susah lagi. Dan Jian Jian setuju.

Saat diusia 18 tahun, hukum mengakuimu dewasa, tapi bukan dewasa sesungguhnya. Menjadi dewasa sesungguhnya itu hanya butuh waktu sesaat, kata Ling Xiao, menjelaskan.



Yang seperti apa? tanya Jian Jian, ingin tahu.

Orang lain tidak tahu, hanya kamu yang tahu. Hatimu berubah, kamu merasakan beban hidup. Disaat itu, kamu akan diam- diam menjadi dewasa, jawab Ling Xiao. Kamu bisa menjadi dewasa di detik berikutnya, besok, lusa, atau 10- 20 tahun lagi, bahkan seumur hidup, jelasnya.


Mendengar penjelasan itu, Jian Jian masih belum bisa mengerti. Kemudian Ling Xiao pun menaruh es dingin ke pipinya. Merasakan itu, Jian Jian tertawa dan membalas Ling Xiao. Sedangkan Ziqiu, dia diam dan memikirkan penjelasan itu dengan serius.


Keesokan harinya. Dicafe. Ziqiu bertemu dengan Huaguang. Dan dengan serius, dia bertanya, apakah Huaguang yang mengerjai restoran mie mereka. Dan Huaguang menyangkal. Tapi Ziqiu sama sekali tidak percaya. Dan dia memohon supaya Huaguang jangan mengganggu mereka.

Ziqiu, kamu anak kandung ku. Apa aku akan mencelakaimu? tanya Huaguang, menyangkal.


Ayahku setiap pukul tiga subuh membuat mie di toko. Memasak iga sapi, menggoreng kue kacang. Dari subuh sibuk sampai pukul tujuh dan kembali untuk memasakkan sarapan kami. Dari kecil sampai besar, sesibuk apapun dia, kami selalu dapat makan siang dan malam. Toko mie ini satu-satunya penghasilan kami. Lepaskan lah kami, jelas Ziqiu, memohon.

Jika kamu tahu hidup Li Haichao tidak mudah, kamu harusnya memikirkannya. Kamu tidak pernah mencari uang, kamu tidak tahu sesulit apa mendapatkan uang. Kamu akan masuk universitas dan juga adikmu nantinya, biaya ini akan bertambah besar, kamu tahu? Keluarga biasa sudah sulit menanggung satu anak. Dia mau menanggung dua, kamu ingin dia mati kelelahan? balas Huaguang dengan ketus.

Aku bisa kuliah sambil kerja, balas Ziqiu dengan tegas.


Kamu tetap tidak mau ikut aku? tanya Huaguang, memastikan. Dan Ziqiu membenarkan. Baiklah. Ziqiu kamu anakku, apapun yang terjadi aku tidak akan menyerah. Aku beri kamu waktu, kamu pikirkan lagi, ancamnya sambil tersenyum. Kemudian diapun langsung pergi.

Melihat senyum sinis nya, Ziqiu merasa sangat khawatir, tidak berdaya dan stress.


Ketika Ling Heping pulang ke rumah Li, dan melihat Li Haichao sedang makan sambil menonton TV serta tertawa dengan keras, dia merasa sangat heran, sebab tumben restoran ditutup dan Li Haichao tidak bekerja. Dan Li Haichao beralasan bahwa dia sengaja mengambil libur untuk dirinya sendiri.

Lalu Li Haichao menceritakan rencananya, dia ingin mengambil toko disebelah dan menggabungkan nya dengan toko nya. Sebab sekarang barang- barang mulai mahal dan anak- anak akan ujian akhir serta mulai berkuliah. Jadi dia ingin memperbesar tokonya untuk memperbesar penghasilan. Dan Ling Heping sangat setuju serta mendukung.



Uang mu pasti tidak cukup, aku keluarkan semua depositku, kata Ling Heping, bersedia untuk membantu rencana Li Haichao.

Hentikan. Banyak biaya dirumah, kamu simpan depositmu, biar dipakai disaat darurat, balas Li Haichao, menolak. Masalah uang ini, aku sudah tanyakan ke bank. Aku bisa memakai rumah tua orang tua ku sebagai jaminan, jelasnya.

Kalau begitu biaya hidup dan sekolah Ziqiu, biar aku yang tanggung, balas Ling Heping.

Sudahlah. Kamu polisi bisa dapat berapa? Apa kamu bisa melebihi bos toko mie ini? balas Li Haichao, menolak. Dan Ling Heping tertawa geli. Aku ada uang, tenang saja.

Baiklah. Kita sepakat, balas Ling Heping, setuju.

Hari ujian. Dengan perhatian, Li Haichao mengingatkan banyak hal kepada Ziqiu dan Ling Xiao yang akan segera berangkat untuk mengikuti ujian akhir. Dan bahkan dia berniat untuk mengantarkan mereka berdua ke sana supaya dia bisa tenang. Tapi mereka berdua menolak, karena mereka tidak mau merepotkan Li Haichao, lagian ada Jian Jian yang bisa menemani mereka.




Aku siap, teriak Jian Jian sambil berlari keluar dari kamar.

Jian Jian kemudian menanyai, apakah Ziqiu dan Ling Xiao sudah ada memakai celana dalam yang diberikannya. Mendengar itu, Ziqiu dan Ling Xiao merasa malu. Lalu dengan canggung, mereka menunjukkan celana dalam merah yang mereka kenakan. Dan melihat itu, Jian Jian merasa puas. Lalu dia menunjukkan denah tempat ujian yang sudah digambarkannya.



Disana ada patung Konfusius, saat masuk harus beri hormat dengan tulus seperti ini, kata Jian Jian sambil mencontohkan caranya. Kudengar ini sangat ajaib.

Baiklah, cerewet,gumam Ziqiu.



Tepat disaat itu, Ling Heping yang datang membawa mobil sampai dirumah. Dan Li Haichao pun memberitahu mereka bertiga dan menyuruh mereka untuk cepat pergi. Tapi sebelum Ziqiu dan Ling Xiao sempat membuka pintu, Jian Jian menghentikan mereka berdua. Lalu dia melihat ke arah jam.

Ayah, saat jam 9. Ingat ya, jam 9. Sembahyangi Ibu agar Ibu bisa melindungi mereka, kata Jian jian dengan cepat. Lalu dia kembali melihat ke arah jam lagi. Dan Li Haichao merasa bingung. Ayo, teriaknya. Waktu beruntung, buka pintu, jelasnya.


Semoga lulus, kata Li Haichao, berdoa dengan tulus.


Beberapa hari setelah ujian. Saat Jian Jian sampai disekolah dan masuk ke dalam kelas, dia mendengar tentang Tang Can yang berhasil lolos audisi dari 2000 orang dan masuk dalam 5 besar. Dan itu adalah audisi dari sutradara besar Zhou, jadi pasti akan terkenal.

Menurut Mingyue, itu sudah sangat hebat dan cukup membanggakan. Tapi menurut Jian Jian, itu hanya hal biasa saja, sebab dari 5 besar, cuma satu orang saja yang akan terpilih sebagai pemeran utama wanita. Dan mendengar itu, Mingyue merasa kalau itu masuk akal.


Ketika Guru Huang datang, dia menanyai hasil audisi Tang Can. Dan dengan bangga, Tang Can menceritakan bahwa dia berhasil masuk ke dalam 5 besar, dan minggu depan dia akan latihan di Beijing. Mengetahui itu, Guru Huang memuji Tang Can dan meminta semua murid untuk memberikan tepuk tangan.


Setelah itu, Guru Huang membahas 3 karya karangan yang paling bagus. Dan karangan Mingyue termasuk salah satunya.Jadi dia meminta Mingyue untuk membacakanya didepan kelas. Mendengar itu, Mingyue tampak sangat gugup, dan dia beralasan kepada Guru Huang bahwa kerongkongan nya sedang sakit.

Baiklah. Berikan padaku, kata Guru Huang. Dan Mingyue merasa ragu. Tapi akhirnya, dia memberikan juga karangan buatannya.


Teman yang jadi teladanku, saat aku berjumpa dengannya, aku tidak merasa hari ini bisa ada perbedaan dengan hari yang lain. Aku seperti biasa pergi menuju ke sekolah, melewati dinding yang penuh dengan tumbuhan. Hari itu, tidak sama dengan hari yang lain. Karena aku diusik oleh penjahat. Lalu seseorang maju untuk melndungiku.

Ketika Guru Huang membacakan karangannya, Mingyue dengan gugup melirik ke arah Jian Jian yang sedang membaringkan kepalanya dengan malas diatas meja.

Awalnya ketika mendengar karangan itu, Jian Jian merasa biasa saja. Tapi kemudian dia merasa terkejut dan langsung terbangun.

Ketika pulang, Mingyue meminta maaf kepada Jian Jian. Tapi Jian Jian mengabaikan nya, sebab pada hari itu, dia dan Ziqiu adalah orang yang duluan datang dan menyelamatkan Mingyue. Tapi dikarangan nya, Mingyue malah hanya menyebutkan tentang Ling Xiao saja, yang meneriaki Ada polisi datang!

“Ini hanya karangan. Aku tidak bisa menulis perkelahian, jadi aku ceritakan tentang Ling Xiao saja,” kata Mingyue, beralasan.


“Aku duduk sendiri di ayunan, menangis dengan sedih, kehangatannya seperti aliran air yang lembut, membasahi jiwaku. Seperti sinar matahari menyinariku. Saat itu aku merasa dia sedang bersinar,” kata Jian Jian, mengulangi kata- kata didalam karangan Mingyue dengan sikap kesal.

“Hiperbola. Itu hanya perumaan saja. Itu teknik penulisan dalam karangan,” jelas Mingyue sambil tertawa gugup.

Aku sangat marah, keluh Jian Jian dengan terus terang. Apa kamu merasa nilaiku jelas, jadi tidak pantas kamu teladani?


Bukan,sangkal Mingyue dengan cepat. Lalu dia membungkuk meminta maaf dan berjanji bahwa lain kali dia akan menuliskan tentang Jian Jian.

Mendengar janji itu, Jian Jian akhirnya pun tidak marah lagi. Dan Mingyue merasa lega. Lalu dia meminta Jian Jian untuk jangan menceritakan ini kepada Ziqiu dan Ling Xiao nantinya. Dan Jian Jian pun mengiyakan.


Direstoran. Ibu dan Ayah Tang merayakan keberhasilan Tang Can yang berhasil masuk ke dalam 5 besar. Dan dengan agak tidak enak, Tang Can menanyai, bagaimana bila nanti dia tidak terpilih. Dan Ibu Tang menenangkan Tang Can untuk tidak perlu khawatir, karena dia sudah mencari kabar bahwa 3 perserta yang lain tidak secantik Tang Can, yang lain cantik tapi tidak berpengalaman. Jadi sutradara Zhou pasti akan memilih Tang Can. Mendengar itu, Tang Can merasa sangat senang.

Aku akan berusaha, kata Tang Ca, berjanji.


Aku tidak pernah bermimpi akan ada hari ini, komentar Ibu Tang. Keluarga Ibu miskin, keluarga Ayah juga miskin. Aku dan Ayahmu juga tidak berpendidikan. Aku jadi kasir disupermarket, Ayahmu sebagai supir truk. Jika bukan karena pada saat SD kelas 1, ada kru film yang datang dan memilih aktor cilik. Bagaimana bisa ada kejadian hari ini, benar kan? kata Ibu Tang dengan senang dan perasaan bangga.

Inilah orang tua kurang baik, tapi punya anak berbakat, kata Ayah Tang, setuju.

Aku jadi manajermu. Ayahmu akan mengurus rumah. Kelak kami akan bekerja untukmu, kata Ibu Tang dengan lembut.

“Tenang saja, Ayah, Ibu. Kelak aku jadi artis terkenal, kalian tidak perlu bekerja lagi. Aku gaji dua bibi dirumah, khusus menjaga kalian,” kata Tang Can dengan bersemangat dan percaya diri.

Mendengar itu, Ibu dan Ayah Tang tertawa dengan keras.




Direstoran yang sama. Tapi disisi yang lain, dekat dengan meja keluarga Tang Cang, disana ada Jian Jian, Mingyue, Ziqiu, dan Ling Xiao yang sedang makan bersama- sama juga.

“Ini artis dikelas,” kata Ziqiu, memastikan. Dan Jian Jian serta Mingyue dengan kompak memberikan tanda supaya jangan bicara terlalu keras. “Yang kalian maksud?” tanya Ziqiu, memelankan suaranya. Dan Jian Jian serta Mingyue mengganggukan kepala mereka.

“Kenapa?” tanya Ling Xiao, heran. Dan Jian Jian serta Mingyue langsung memberikan tanda bahwa mereka berdua tidak mau sampai ketahuan, jika tidak mereka akan mati. Kemudian mereka kembali menguping.

Melihat reaksi mereka berdua, Ziqiu dan Ling Xiao tersenyum dengan geli.


Dikamar mandi. Mingyue dan Jian Jian bernafas lega, karena akhirnya mereka bisa ke kamar mandi juga, setelah keluarga Tang Can akhirnya pergi. Lalu mereka berdua menggosip bahwa mereka tidak menyangka kalau Tang Can bisa berbohong mengenai kondisi keluarganya di sekolah. Karena Tang Can selalu mengatakan bahwa kedua orang tuanya adalah orang yang hebat dan sukses.

Tepat disaat itu, salah satu pintu toilet terbuka, dan itu adalah Tang Can. Melihat itu, Mingyue dan Jian Jian merasa terkejut.


“Kuberitahu, kalian disekolah asal merendahkanku juga tidak ada gunanya. Tidak akan ada yang percaya,” teriak Tang Can, marah.

“Siapa yang asal bicara? Jujur itu bukan merendahkan, hanya mengatakan fakta saja,” balas Jian Jian, merasa tidak bersalah. Dan Mingyue setuju.


“Aku tidak berbohong. Ibuku bekerja di Carrefour, itu perusahaan 500 terbesar didunia. Ayahku supir, bukankah itu bisnis logistik? Jika orang salah paham, aku bisa apa?” kata Tang Can, membela dirinya.

“Benar juga,” gumam Mingyue, setuju.

“Benar. Kami pergi dulu,” kata Jian Jian, pamit.


Tang Can menghentikan mereka berdua supaya tidak bisa pergi dan dia mengancam bila mereka berdua asal bicara, maka mereka berdua akan mati. Dan mendengar ancaman itu, emosi Jian Jian meledak. Dan Mingyue langsung memeluk untuk menahannya.



“Jangan paksa aku memukulmu. Orang yang dulu kupukul sekarang masih cacat, apa kamu mau coba?” teriak Jian jian.

“Jangan pukul wajahnya,” jelas Mingyue, menenangkan Jian Jian.

“Intinya kuberitahu kalian, aku sudah peringatkan, jangan asal bicara,” teriak Tang Can. Lalu dia langsung pergi dengan ketakutan.

Setelah Tang Can pergi, Jian Jian dan Mingyue langsung tertawa dengan keras. Karena tadi mereka hanya berakting saja.



Keesokan harinya disekolah. Jian Jian dan Mingyue saling bertatapan dengan tajam. Dan didalam meja Jian Jian, ada kue dari Mingyue serta sebuah catatan kecil. “Jangan asal bicara”.


Melihat itu, Jian Jian dan Mingyue masih saling bertatapan dengan tajam. Dan ketika Jian Jian memakan kue yang diberikannya, Mingyue akhirnya tertawa dan merasa sangat lega. Karena itu artinya, Jian Jian mau menutup mulut.


Ziqiu bantu mengurut bahu Li Haichao yang sakit. “Ayah, renovasi toko kita, apa ada yang bisa kubantu? Atau aku campur semen?” tanyanya.

“Kamu jangan buat masalah saja,” balas Li Haichao sambil tertawa geli. “Sampai kamu lulus, kamu bermainlah. Malam ini pesta kelulusan, kan?”

“Mm… benar,” jawab Ziqiu.

“Pertemuan teman- teman?”

“Besok malam,” jawab Ziqiu.

“Baik. Aku beri kamu 500 yuan. Mainlah dan makanlah. Jika tidak cukup, minta lagi,” kata Li Haichao dengan perhatian. Dan Ziqiu menolak.


Ziqiu meminta Li Haichao untuk jangan bekerja terlalu keras lagi. Karena begitu dia kuliah, dia akan mulai bekerja untuk mencari uang. Dan Li Haichao menenangkan Ziqiu untuk jangan memikirkan tentang uang, karena toko mie mereka sudah menjadi besar, jadi tidak akan ada yang meremehkan mereka lagi.

Mendengar itu, Ziqiu teringat akan perkataan Huaguang mengenai kesusahan yang Li Haichao alami untuk membesarkan nya.


Saat sudah pukul 10 lebih, Li Haichao pamit untuk berangkat bekerja. Dan sebelum pergi, dia tiba- tiba teringat akan Huaguang.

Zhao Huaguang tidak mencarimu, kan? tanya Li Haichao dengan perhatian.

Tidak, jawab Ziqiu, berbohong. Dan Li Haichao percaya. Lalu diapun pamit dan pergi.

Didalam kamar. Ketika Jian Jian menguap, Ling Xiao memukul kepalanya dan menyuruhnya untuk fokus belajar. Dan Jian Jian merasa kesal.




Kemudian Ziqiu datang. Siang makan kari, aku mau beli bahannya, kalian mau makan apa? tanyanya.

2 bungkus keripik kentang, dan es krim renyah, jawab Jian Jian dengan bersemangat.

Semangka, jawab Ling Xiao.

Ziqiu kemudian meminta uang mereka. Tapi tidak ada satupun dari mereka yang mau memberikan uang. Jian Jian ingin berhutang dulu. Dan Ling Xiao menjelaskan bahwa buah termaksud dalam pengeluaran rumah. Namun Ziqiu, tidak mau menerima alasan mereka. Jadi Jian Jian pun memberikan uangnya, dan Ling Xiao meminta Jian Jian untuk membantu nya membayar.

Menerima uang mereka, Ziqiu merasa puas dan pamit. Lalu diapun pergi.



Kak, kamu sudah ujian, kamu tidak mau pergi bermain? tanya Jian Jian, berharap. Dan Ling Xiao langsung menjawab tidak. Tapi aku mau.

Kamu pergi setelah tugasmu selesai. Sebelum libur akan ujian, kan? Dengan nilaimu, bisa masuk akademi seni rupa?” balas Ling Xiao dengan serius.

“Aku masih ada 2 tahun. Lagipula aku murid kelas seni,” kata Jian Jian dengan bangga dan percaya diri.


Ling Xiao kemudian mengambil PR yang sudah Jian Jian kerjakan dan mengecek nya. Dan ternyata masih ada yang salah, jadi diapun memukul kepala Jian Jian.

“Kubilang jangan pukul kepalaku. Jika aku bodoh, kamu mau nikahi aku?” keluh Jian Jian, kesal.

“Baik. Aku nikahi kamu,” balas Ling Xiao dengan serius.

Mendengar itu, Jian Jian merasa gugup. Dan langsung fokus mengerjakan PR nya lagi. Dan melihat reaksi itu, Ling Xiao tertawa geli.


Ling Heping berlari pulang dengan terburu- buru dan memanggil Ling Xiao. “Nenek mu sakit jantung, sekarang di UGD. Aku ke atas ambil barang, kita segera ke rumah sakit,” jelas nya. “Cepatlah.”

“Kak, cepat pergi,” kata Jian Jian dengan khawatir. Dan Ling Xiao pun langsung pergi.



Disaat itu, Ling Heping dan Ling Xiao sampai. Dan Paman Chen serta Ipar Chen pun langsung menceritakan apa yang terjadi kepada mereka berdua.



Ketika Jian Jian mengetahui apa yang terjadi, dia langsung menginfokan kepada Li Haichao dan Ziqiu bahwa malam ini Ling Xiao tidak akan pulang. Begitu juga dengan Ling Heping.

“Dulu saat memarahi Ling Xiao, bukankah masih bertenaga?” tanya Ziqu, heran.

“Sudah, jangan dipikir lagi,” kata Li Haichao, menghentikan itu. “Ayo, makan,” ajaknya.

1 Comments

  1. 💕💕💕Lanjut💕💕💕

    ReplyDelete
Previous Post Next Post