Sinopsis C- Drama : Go Ahead Episode 9




Original Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV

Tengah malam. Chen Ting menelpon Ling Xiao yang masih berada didepan ruang ICU. Dan Ling Xiao pun memberitahukan apa yang terjadi. Juga dia menenangkan Chen Ting untuk jangan menangis.


Keesokan harinya. Meiying menelpon Ling Xiao sambil menangis. Dan Ling Xiao merasa bingung. Lalu Paman Qin yang berada diujung telpon menjelaskan.

Aku paman Xiao Chengzi (panggilan Meiying). Begini, kamu harus siapkan mental. Kakakku kecelakaan saat mengantar Ibumu ke bandara. Sekarang masih dirumah sakit, keadaan tidak baik,kata Paman Qin, menjelaskan.

Mendengar kabar itu, Ling Xiao merasa seperti tersambar, dan telinganya berdenging.


Tepat disaat itu, Ipar Chen memberitahu bahwa Nenek Chen telah meninggal. Dan Ling Heping pun berteriak memanggil Ling Xiao untuk masuk dan melihat.

Dengan terkejut, Ling Xiao diam dan berdiri terpaku ditempatnya.


Li Haichao merasa matanya terus berdenyut. Dan Ziqiu menasehati Li Haichao untuk menjaga kesehatan dengan baik, karena ketika dia kuliah, dia tidak akan ada di samping Li Haichao lagi. Jadi dia ingin Li Haichao terus sehat, biar dia tidak khawatir. Kemudian dia memberikan obat kepada Li Haichao.

Aku duduk ditoko, tidak melakukan apapun. Aku makan kuaci, main mahjong, aku nikmati hidup, kata Li Haichao, menenangkan Ziqiu.

Disaat itu, Ling Heping menelpon. Dan ketika Li Haichao mendengar apa yang terjadi, dia merasa terkejut.


Jam sudah menunjukkan tengah malam, tapi Ling Heping dan Ling Xiao masih juga belum pulang. Jadi Li Haichao pun menyarankan Ziqiu dan Jian Jian untuk tidur duluan saja. Kemudian tepat disaat itu, Ling Heping pulang, tapi Ling Xiao tidak ada ikut pulang dengan nya.


“Bagaimana keadaan Chen Ting?” tanya Li Haichao, perhatian.

“Suaminya meninggal ditempat, Chen Ting terluka parah. Masih kritis. Keluarga sumainya meminta keluarga disini cepat urus visa untuk ke sana. Sore ini, aku bawa Ling Xiao dan pamannya pergi urus Visa,” jawab Ling Heping, menjelaskan.

“Ling Xiao bisa menanggung nya?”tanya Li Haichao, khawatir.

“Anak ini sudah besar, bisa menanggung atau tidak, tetap harus bisa,” balas Ling Heping. Dan dia juga merasa lelah.


Disekolah. Jian Jian sama sekali tidak bisa fokus belajar, dia terus memikirkan tentang kondisi Ling Xiao.

Dirumah. Ziqiu tidak bisa fokus mencuci pakaian dengan baik.

Dirumah sakit. Li Haichao mengurut tubuhnya.

Malam hari. Ling Heping, Li Haichao, Ziqiu, dan Jian Jian, mereka berempat makan tanpa semangat dan tawa seperti biasanya.



Para tetangga sangat perhatian. Mereka memberikan banyak makanan dan minuman yang bagus untuk tubuh Li Haichao. Karena akhir- akhir ini mata Li Haichao memerah. Dan Li Haichao mengucapkan terima kasih.

Setelah itu, mereka membahas tentang masalah keluarga Ling Xiao. “Selama ini, Chen Ting tidak pernah mengurus Ling Xiao. Tapi begitu ada masalah, Ibu kandung tetaplah Ibu kandung. Tetap harus diurus. Dan Ibu Ziqiu, kelak jika ada masalah pasti juga akan datang,” komentar Bibi Qian.

Ziqiu yang sedang berada didapur dan mendengar itu, dia merasa tidak nyaman. Dan Li Haichao pun mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.


Setelah Ziqiu selesai bermain basket bersama dengan Zhuang Bei. Dia menanyai, apa universitas tujuan Zhuang Bei, karena dia sendiri masih belum tahu. Lalu dia menanyai, bagaimana jika dia keluar negri untuk berkuliah selama 1 tahun. Dan Zhuang Bei menjawab bahwa dia sangat setuju dan jika itu dia, maka dia pasti akan pergi, juga dia tidak akan sungkan- sungkan untuk menghabiskan uang Huaguang. Karena bila ada yang keluar uang, maka Ayah dan Ibunya tidak perlu keluar uang lagi. Kemudian setelah dia menjadi hebat, dia akan pulang.

“Masuk akal,” gumam Ziqiu.

“Ayah ku mengajariku satu hal, manusia jangan bersikeras pada uang. Pikirkanlah,” kata Zhuang Bei, menasehati.

“Sekarang aku merasa hidup sangatlah kejam. Maksudnya saat kamu merasa masalah akan memburuk, itu sungguh terjadi,” balas Ziqiu, bercerita.


Di singapura. Ling Xiao dan Paman Chen mengucapkan turut berduka cita kepada keluarga Qin. Dan Nenek Qin mengerti, serta dia menasehati Ling Xiao untuk tetap kuat, karena Chen Ting pasti akan siuman nantinya. Lalu dia berniat untuk membawa Meiying bersamanya ke Malaysia. Tapi Meiying tidak mau, dia mau bersama dengan Ling Xiao.

“Disini tidak ada yang menjagamu,” bujuk Paman Qin.

“Aku tidak peduli. Aku tidak mau tinggalkan Kakak. Aku mau bersama Kakak, tunggu Ibu siuman,” balas Meiying, bersikap keras kepala.

“Biarkan saja dia disini. Setelah Ibuku siuman, pasti ingin melihatnya,” balas Ling Xiao sambil mengendong Meiying. Dan keluarga Qin pun terpaksa setuju dengannya.





Didalam kamar. Saat Ziqiu sedang membereskan buku- bukunya, dia menemukan album foto kenangan masa kecil dulu. Foto nya bersama dengan Ling Xiao dan Jian Jian, foto Jian Jian, fotonya bersama dengan Ling Xiao, Jian Jian, dan Li Haichao. Melihat foto tersebut, dia tersenyum senang.

Lalu tiba- tiba dia mendapatkan telpon dari Mingyue. Dan raut wajahnya berubah menjadi sangat serius.



Jian Jian terjatuh dan terluka. Ketika Ziqiu melihat itu, dia merasa khawatir. Dan Mingyue menjelaskan apa yang terjadi, ketika ditangga ada seseorang yang mendorong Jian Jian dari belakang, tapi tidak tahu siapa yang melakukannya.

Jian Jian yang sedang diobati kemudian meringis kesakitan. Dan Ziqiu merasa tidak tega. “Guru, pelan sedikit. Pelan sedikit,” pintanya.


Ziqiu kemudian keluar dari UKS dan menelpon Huaguang. Dia menanyai, apakah Huaguang yang mendorong Jian Jian.

“Kamu ini sudah gila ya?” keluh Huaguang. “Kelak adikmu terluka sedikit atau kecelakaan, semua aku yang lakukan huh?! Dua hari ini hasimu akan keluar, bagaimana ujian mu?”

Sebelum Huaguang selesai berbicara, dia langsung mematikan telpon darinya.


Ziqiu mengendong Jian Jian pulang. Dan Jian Jian yang sedang tidak bersemangat menceritakan bahwa dia sangat merindukan Ling Xiao. Dan jika Ziqiu nantinya akan kuliah di Beijing, maka dia juga akan sangat merindukan Ziqiu.

“Tidak masalah, nanti juga akan terbiasa. Lagipula, kita bisa telpon setiap hari,” kata Ziqiu, menenangkan.


“Sungguh setiap hari?” tanya Jian Jian, memastikan.

“Sungguh. Tidak peduli dimanapun, aku akan menelponmu,” janji Ziqiu.


Ketika Ziqiu dan Jian Jian sampai dirumah, mereka melihat mobil ambulans lewat. Dan ternyata itu adalah Li Haichao.

Para tetangga yang berada disana menceritakan kepada Ziqiu dan Jian Jian bahwa barusan Li Haichao tiba- tiba pingsan, tapi tidak tahu kenapa. Mendengar itu, Ziqiu langsung berlari dengan sambil tetap mengendong Jian Jian.



“Ayahku kenapa?” tanya Ziqiu dengan panik kepada perawat.

“Ayah kalian tidak sakit parah. Hanya kelelahan, kurang istirahat, dan kekurangan gizi,” jawab si perawat.

“Kenapa tidak sadar?” tanya Jian Jian, tidak sabaran.

“Kurang tidur, biarkan dia tidur,” jawab si perawat, menasehati. “Selesai diinfus, dia sudah bisa pulang.”

Mengetahui itu, Jian Jian dan Ziqiu merasa sangat sedih serta khawatir.

Saat pulang ke rumah, Li Haichao menjelaskan bahwa besok dia akan pergi sembahyang ke kuil, karena nilai Ling Xiao dan Ziqiu akan segera keluar. Mendengar itu, Ling Heping menasehati Li Haichao untuk beristirahat saja. Dan Li Haichao pun menurut.

“Jian Jian, jaga ayahmu. Aku harus pergi bekerja,” jelas Ling Heping. Dan Jian Jian serta Ziqiu mengerti.



Ziqiu kemudian membantu Jian Jian untuk melepaskan sepatunya. Dan Jian Jian merasa kesakitan, tapi dia mengatakan tidak sambil tertawa dan bercanda.

Ketika Li Haichao terbangun, dia heran kenapa Jian Jian ada disebelahnya dan Ziqiu duduk didekatnya. Dan Ziqiu menjawab bahwa dia hanya mau menjaga Li Haichao saja. Lalu Li Haichao pun bangun, dan tanpa sengaja mengenai kaki Jian Jian yang terluka. Dan Jian Jian langsung meringis dan terbangun.



“Ayah. Kamu baik- baik saja, kan?” tanya Jian Jian, saat melihat Li Haichao sudah bangun.

“Aku baik- baik saja,” jawab Li Haichao. Lalu dia merasa khawatir, karena tidak sengaja mengenai luka Jian Jian.

Melihat kedekatan antara Jian Jian dan Li Haichao yang saling perhatian kepada satu sama lain, Ziqiu tampak iri.


Suatu saat He Mei datang ke restoran Li Haichao yang sedang direnovasi.


Direstoran. He Mei memberikan banyak uang kepada Li Haichao, itu sebagai bayaran hutangnya sekaligus bunganya. Dengan penasaran, Li Haichao menanyai, kemana saja He Mei selama ini. Dan He Mei menjawab bahwa dia bekerja di salon kecantikan. Lalu Li Haichao ingin menceritakan tentang nilai Ziqiu, tapi He Mei tidak mau mendengar itu.

He Mei datang, bukan karena dia mau membayar hutang ataupun karena Ziqiu. Tapi dia datang, karena Huaguang sering datang serta mengganggunya, sebab Huaguang menginginkan Ziqiu. Dan dia merasa Li Haichao pasti tidak akan bisa melawan Huaguang, karena Li Haichao terlalu baik.



Dengan tegas, Li Haichao menekankan bahwa bahkan walaupun dia harus  mengemis dijalan, asalkan Ziqiu tidak bersedia, maka Huaguang tidak akan bisa membawa Ziqiu pergi. Mendengar itu, He Mei memuji betapa baiknya dan bisa diandalkannya Li Haichao. Dan menurutnya, Ziqiu mengikuti Li Haichao, itu adalah pilihan yang terbaik. Dan dengan tidak enak, Li Haichao menjelaskan bahwa dia tidak bermaksud seperti itu.


“Aku langsung saja,” kata He Mei dengan serius. “Zhao Huaguang ini memang brengsek. Tapi aku juga dengar, sekarang dia cukup kaya, tapi Istrinya tidak bisa mempunyai anak. Jadi Huaguang mau mengakui Ziqiu, karena dia ingin punya keturunan dan penerus. Dan hal ini tidak merugikan,” jelasnya.

“Kamu mau Ziqiu diakui olehnya?” tanya Li Haichao, tidak menyangka. “Ziqiu bukan anak yang menginginkan kekayaan,” katanya dengan yakin.



He Mei menjelaskan pendapatnya. Selama ini Ziqiu pasti selalu merasa berhutang kepada keluarga Li. Dan karena itulah dia merasa lebih baik membiarkan Ziqiu pergi belajar ke luar negri dan mengikuti Huaguang. Namun sekarang, Li Haichao adalah orang tua Ziqiu, sedangkan dia hanya orang luar yang melahirkan Ziqiu saja. Jadi dia membiarkan Li Haichao untuk memutuskan sendiri, apakah Li Haichao ingin Ziqiu mempunyai masa depan yang baik atau tidak.

Setelah mengatakan itu, He Mei pamit. Dan dia meminta Li Haichao untuk jangan menceritakan tentang pertemuan mereka ini kepada Ziqiu.

“Ziqiu tetap ingin bertemu denganmu,” kata Li Haichao, membujuk.

“Jujur saja, aku sudah berkeluarga. Suamiku tidak tahu bahwa dulu aku punya anak. Sekarang bagiku, dia hanya beban,” balas He Mei, berbicara dengan kejam.


Mendengar itu, Li Haichao menghentikan He Mei. Dia mengembalikan uang bunga yang He Mei berikan padanya. Lalu setelah itu, diapun pergi.


Dirumah. Li Haichao terus saja kepikiran dengan perkataan He Mei.


Ling Xiao tidak sengaja mendengarkan perkataan Paman Chen yang sedang bertelponan didekat tangga. Paman Chen tidak mau mengurus Chen Ting, tapi dia terpaksa harus tetap tinggal dan melakukannya.


Jian Jian mengeluh kepada Ling Xiao ditelpon, dia heran kenapa akhir- akhir ini banyak yang masuk ke rumah sakit. Lalu dia menanyai, apakah Ling Xiao bisa pulang sebelum ulang tahun Ling Xiao.

“Mungkin terlambat dua hari,” kata Ling Xiao, memberitahu.

“Kamu tidak kembali bagaimana isi formulir pendaftaran?” tanya Jian Jian, bingung.

“Kamu bodoh? Bisa dari internet,” balas Ling Xiao.


Mingyue yang berada disamping, memberikan kode kepada Jian Jian supaya membantunya berbicara. Dan Jian Jian pun melakukannya.

“Oh iya kak. Ibu Yueliang (Panggilan Mingyue) membawakan hadiah lulus untuk kakak dan kak Ziqiu sebuah pena. Ibunya bertanya, apakah catatan kalian bisa diberikan pada Yueliang?” tanyanya.

“Boleh,” jawab Ling Xiao. Dan Mingyue merasa sangat senang.



Ketika sudah selesai, Jian Jian ingin mematikan telponnya. Tapi Ling Xiao menghentikannya. “Cobalah bermanja,” pintanya.

“Kak, aku sangat merindukanmu. Cepatlah pulang. Sayang padamu. Muah… muah…” kata Jian Jian dengan nada manja. “Selesai?” tanyanya.

Mendengar itu, Ling Xiao tersenyum dan merasa sangat puas. Sementara Mingyue menahan tawanya, karena itu sangat lucu sekali.



Chen Ting telah melewati masa kritisnya. Namun dia mengalami kerusakan saraf tulang belakang yang parah, sehingga Chen Ting akan menjadi cacat dan tidak bisa berjalan. Jadi Dokter mengingatkan anggota keluarga untuk menjaga Chen Ting dengan baik. Jika pasien bersemangat dalam menjalani pengobatan, maka pasien bisa membaik.

Mendengar itu, Ling Xiao yang berdiri dibelakang hanya diam saja.


Paman Qin tidak mau mengurus Chen Ting. Pertama, keluarganya dulu ada membelikan rumah untuk Chen Ting dan Kakaknya (Suami Chen Ting), dan rumah itu sekarang akan menjadi milik Chen Ting. Kedua uang simpanan Kakaknya dan asuransi Kakaknya, jika ditotalkan hasilnya sangat banyak, dan semua itu juga akan diberikan untuk Chen Ting. Ketiga, dia masih harus menjaga Ayah dan Ibunya, bahkan Meiying juga. Keempat, Chen Ting hanyalah Kakak Iparnya saja, dan Kakak kandungnya sudah meninggal. Jadi ini tidak ada hubungan dengan keluarganya lagi.

“Kenapa bicara begitu? Kakak mu tidak ada, jadi tidak ada hubungan lagi?” keluh Paman Chen. Karena dia sendiri juga tidak mau menjaga Chen Ting, yang merupakan adiknya sendiri.

Secara diam- diam, Ling Xiao mendengarkan perdebatan mereka berdua.

Ditaman. Paman Chen menanyakan pendapat Ling Xiao. Dan Ling Xiao tidak mau berkomentar.

“Kamu sudah 18 tahun. Sudah dewasa. Keadaan Ibumu sekarang, kedepannya harus mengandalkanmu,” kata Paman Chen, melemparkan tanggung jawab kepada Ling Xiao. “Aku berpikir, sekarang hasil ujianmu sudah keluar, dan nilainya juga bagus. Bisa kuliah dimana saja. Sekarang Ibumu harus tinggal dirumah sakit, dan takutnya butuh waktu lama. Jadi bagaimana bila kamu kuliah saja disini. Dengan begini, kamu bisa menjaga Ibumu, juga tidak mengganggu kuliahmu. Gimana?” tanyanya, membujuk dengan halus.

“Menurutku atas dasar apa?” balas Ling Xiao, tidak peduli.


“Dia Ibumu. Kamu tidak akan abaikan dia, kan?”

“Saat bercerai, dia tidak menginginkanku. Dia tidak peduli padaku, kenapa aku harus?” balas Ling Xiao, tidak senang.

“Saat itu, Ibumu memang salah. Tapi dia tetap Ibumu. Sebagai anak harus memaafkannya. Atas dasar dia Ibumu. Jika dia tidak ada, tidak ada kamu,” jelas Paman Chen, membujuk. “Ling Xiao, kamu tidak akan mengabaikan dia, kan?”

“Jadi kamu?” balas Ling Xiao, bertanya.


Paman Chen memberikan banyak alasan, kenapa dia tidak bisa menjaga Chen Ting. Dia sudah cuti satu bulan dari pekerjaannya, dan Istrinya terus menelpon serta memintanya untuk cepat pulang. Dan mendengar alasan itu, Ling Xiao merasa sangat malas serta kesal.

Li Haichao berniat membiarkan Ziqiu untuk berkuliah diluar negri. Dan mengetahui itu, Ling Heping memukul bahu Li Haichao yang sakit dan memarahi nya. Dan Li Haichao menjelaskan bahwa ini demi masa depan Ziqiu yang lebih baik.

“Kenapa kamu berubah begitu cepat? Dua hari lalu bersikeras mau mencari pengacara, mau ke pengadilan,” keluh Ling Heping, heran.

“Berbeda. Ini dilihat dari sisi anak, dan demi masa depannya,” balas Li Haichao, tidak merasa ada yang salah.



Ling Heping tidak mau membahas hal ini lagi, karena Ziqiu pasti tidak akan setuju. Dan Li Haichao tahu, jadi dia ingin Ling Heping untuk bekerja sama dengannya dan membujuk Ziqiu.

“Di dunia ini ada semacam burung, khusus untuk bertelur disarang orang lain, dan meminta burung lain untuk menjaga telurnya. Kemudian setelah burung kecil itu besar, dia kembali untuk membawa burung kecil itu pergi,” kata Ling Heping, memberikan perumpamaan. “Kamu tahu kamu burung yang mana? Kamu burung bodoh yang menjaga anak orang lain,” jelasnya.

“Jangan bahas. Ini berbeda,” tegas Li Haichao. Karena dia yakin suatu saat Ziqiu pasti akan kembali padanya lagi. Sebab anak- anak mereka tahu balas budi. Dan akhirnya, Ling Heping pun setuju untuk membantu Li Haichao.



Ketika Ziqiu pulang. Ling Heping menjelaskan kepada Li Haichao bahwa dia tidak bisa dan tidak mau membujuk Ziqiu, karena Ziqiu lebih mendengarkan Li Haichao. Dan Li Haichao mengeluh kesal, karena barusaja mereka sepakat. Tapi Ling Heping tidak peduli.




Saat makan, Ziqiu memberitahukan tentang nilainya. Lalu dia menceritakan tentang keinginannya, dia ingin berkuliah diluar negri.

Mendengar itu, Li Haichao merasa  tidak menyangka.

Post a Comment

Previous Post Next Post