Original
Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV
“Aku mau
ke toilet,” kata Jian Jian, beralasan. Karena ingin
kabur. Dan Mingyue pun ingin menemaninya. “Tidak
perlu temani. Kita sekarang sudah lewat masa ke toilet bersama- sama.”
Tepat disaat itu, perawat datang dan
memanggil nama Jian Jian. Dengan takut, Jian Jian ingin langsung kabur. Tapi
Mingyue menahannya dan menariknya dengan paksa untuk masuk ke dalam ruangan.
Lalu dia mengunci pintu ruangan.
Dengan terpaksa, Jian Jian pun berjalan
mendekati dokter untuk diperiksa giginya. “Sebenarnya
tidak terlalu sakit,”
alasannya, berbohong, sambil memejamkan matanya dengan erat.
“Buka
mulutmu,” perintah Dokter, tidak percaya. Lalu dia
memulai pemeriksaan nya. “Ada dua
gigi berlubang. Salah satu lubangnya lebih besar, terkena saraf gigi. Makanan
tersumbat menyebabkan radang. Harus dibersihkan. Setelah itu, baru bisa
diatasi,” jelas Dokter dengan rinci.
Dengan ngeri, Jian Jian mengeluh kesakitan.
Dan Dokter pun menenangkan nya. “Jangan
khawatir. Lihat lampu itu, mirip denga lubang kelinci kan?” katanya. Dan Jian Jian merasa heran. Lalu
secara perlahan dia membuka matanya dan menatap ke arah lampu. “Alice melewati lubang bercahaya itu, pergi ke
dunia yang lain,” katanya. Dan Jian Jian pun mulai merasa
tenang.
Setelah selesai, Jian Jian masih menatap ke
arah lampu. Lalu saat Dokter berbicara, barulah dia tersadar. Dan dia langsung
pamit serta ingin pergi.
“Li Jian
Jian,” panggil Dokter. Dan Jian Jian pun berhenti.
Lalu Dokter membuka masker yang dikenakannya. Dan ternyata Dokter tersebut
adalah Ling Xiao. “Kamu bahkan tidak mengenali suaraku?” canda nya sambil tersenyum.
Dengan terbengong, Jian Jian menatap terkejut
pada Ling Xiao.
Diruangan. Ling Xiao memberikan es untuk
mengkompres gigi Jian Jian, dan Jian Jian pun merebutnya serta melakukannya
sendiri. Lalu ketika Ling Xiao memegang tangannya seperti dulu, secara perlahan
dia menarik tangannya dan mengalihkan pembicaraan dengan mengeluhkan tentang
Mingyue yang menjebak nya.
“Aku yang
memintanya. Aku tidak sangka kamu tidak mengenaliku. Perubahan ku begitu besar?” tanya Ling Xiao, menjelaskan.
“Tidak.
Aku terlalu panik, aku tidak sangka itu kamu,” balas
Jian Jian sambil tertawa kecil. “Kakak
pakai baju Dokter sangat bagus,” pujinya.
“Terima kasih. Kamu juga semaikn cantik,” balas Ling
Xiao, memuji.
“Cantik apanya? Aku … orang lain
saja masih menyebutku anak- anak,” balas Jian Jian dengan canggung.
“Dimataku, kamu paling cantik,” tegas Ling
Xiao.
Mendengar
itu, Jian Jian semakin bertambah canggung. Dan diapun mengucapkan terima kasih.
Lalu dia mengalihkan pembicaraan, dengan membicarakan tentang keluarga.
Kemudian setelah itu, dia menyuruh Ling Xiao, yang terus menatapnya, untuk
lanjut bekerja saja. Dan Ling Xiao menjawab bahwa belum ada pasien yang datang
lagi.
“Aduh. Sudah siang, aku mau ke studio,” kata Jian
Jian, melihat jam tangannya. Dan dia ingin buru- buru pergi.
“Mau makan siang bersama?” tanya Ling
Xiao, menghentikan Jian Jian.
“Tidak, gigiku juga tidak nyaman, tidak bisa
makan,” tolak Jian
Jian langsung. Lalu diapun berlari pergi.
Ziqiu datang
ke tempat kerja Ling Xiao untuk melihat- lihat. Dan Ling Xiao pun membawanya ke
dalam ruangan kerjanya.
“Li Jian Jian tahu kita pulang, tapi tidak
respon sedikit pun,” keluh Ziqiu, merasa heran. “Dia juga
tidak senang. Intinya itu.”
“Hei, kejutan apa yang kamu siapkan? Kenapa
tidak pulang?” tanya Ling
Xiao, ingin tahu. Tapi Ziqiu tidak mau memberitahu. “Kamu tidak
berani pulang?” tanyanya.
Dan Ziqiu menyangkal, dia tidak pulang karena ingin membuka bisnis. “Ayahmu
memberimu uang?” tanyanya,
lagi.
“Zhao Huaguang bukan Ayahku. Li Haichao
Ayahku,” tegas
Ziqiu.
Ling Xiao
kemudian menjelaskan kenapa Jian Jian bersikap seperti sekarang. Pertama,
karena Jian Jian sudah besar, setelah 9 tahun berlalu. Kedua, mereka bukan
beneran kakak nya, karena satu tetangga, satu lagi dititipkan. Lagian perubahan
Jian Jian ini sudah lama terasa. Dua tahun awal, Jian Jian masih bersikap
seperti biasa. Kemudian, Jian Jian mulai berbicara lebih sedikit. Hingga
akhirnya yang tersisa hanya ucapan selamat saja, setiap kali berkirim pesan.
Dan bahkan ditelpon pun tidak ingin bicara.
“Mari kerjasama,” ajak Ziqiu. “Dari kecil Jian Jian selalu menurutimu. Kamu
pasti punya rencana untuk membujuk kembali Jian Jian.”
“Aku tidak ada rencana. Aku sarankan kamu
lebih dewasa, aturlah pemikiranmu. Hubungan perlu waktu untuk membinanya,” balas Ling
Xiao, menasehati.
Karena Ling
Xiao tidak mau bekerja sama, Ziqiu pun merasa kesal dan malas. Dia memberitahu
Ling Xiao bahwa sebenarnya dia sudah memiliki rencana yang bagus, tapi dia
tidak mau memberitahu Ling Xiao.
“Cepatlah pulang. Ayah Li merindukanmu,” kata Ling
Xiao. Lalu dia lanjut bekerja. Dan Ziqiu pun pamit, setelah mendapatkan
panggilan telpon.
Mingyue bersiap- siap untuk membersihkan apatermen baru yang ada didepan apatermennya. Karena apatermen baru itu rencana nya akan diberikan nya kepada Ling Xiao. Tapi ketika dia masuk, dia merasa heran, kenapa sudah ada banyak barang dan pakaian yang berserak kan di sana. Dan dia mengira Ling Xiao sudah datang untuk pindah.
Tepat disaat
itu, Ziqiu yang barusaja selesai mandi, keluar dari dalam kamar mandi. Dan dia
terkejut melihat Mingyue, lalu diapun masuk kembali ke dalam kamar mandi. “Bagaimana
kamu bisa masuk?!” tanyanya.
“Aku masuk dengan kata sandi,” jawab
Mingyue. Lalu dia balas bertanya, “Bagaimana kamu bisa masuk?”
“Aku juga masuk dengan kata sandi. Ini rumahku,” jawab Ziqiu, menjelaskan.
Mingyue sama
sekali tidak percaya. Dia mengambil sapu dan bersiap- siap untuk menyerang
Ziqiu, jika Ziqiu keluar dari kamar mandi. Sambil menjelaskan bahwa apatermen
ini sudah dia sewa. Jadi ini adalah rumahnya. Dan beberapa barang didalam sini,
dialah yang membelinya, seperti bantal, bunga, sandal, dan kertas dinding.
Mendengar
itu, Ziqiu teringat akan perkataan Zhuang Bei, ketika dia pertama kali ingin
menyewa apatermen didepan apatermen Jian Jian.
Flash back
Zhuang Bei
menjelaskan bahwa apatermen didepan apatermen Jian Jian, itu sudah disewa oleh
orang lain, senilai 3.000 yuan. Tapi karena Ziqiu bersikeras mengingikan itu,
maka dia pun merebutnya seharga 4.000 yuan. Dan Ziqiu merasa itu sepandan, asal
bisa tinggal didepan Jian Jian.
“Oh iya, pemilik itu berpesan, jika penyewa
itu datang, bilang kamu sepupunya, baru kembali bekerja. Jadi tidak disewakan
lagi. Mengerti?” kata Zhuang
Bei, menjelaskan.
“Iya, menyebalkan,” balas
Ziqiu, sambil sibuk makan.
Flash back
end
Mengingat
itu, Ziqiu pun mengatakan alasan seperti itu kepada Mingyue. Dan Mingyue
langsung menelpon pemilik apatermen. Saat tahu itu benar, diapun mencoba
bernegosiasi dengan Ziqiu.
“Kan sudah aku bilang, kenapa masih tidak
pergi?” keluh
Ziqiu, kesal.
“Itu, kita diskusikan,” pinta
Mingyue. “Rumah ini
sudah lama kuinginkan. Bagiku ini sangat penting. Bisakah kamu pindah? Aku tahu
daerah ini, aku bisa bantu mencarinya.”
“Rumah ini juga penting bagiku. Dekat kereta
bawah tanah,” balas
Ziqiu, beralasan.
“Aku jujur saja padamu. Rumah ini aku bantu
sewa untuk pria yang sudah lama kusukai. Dia memberiku tanggung jawab sebesar
ini. Dan malam ini dia akan pindah kemari. Jika aku mengacaukan hal ini, aku
malu menemuinya. Percintaan ini belum mulai, sudah akan berakhir,” kata
Mingyue, menjelaskan alasannya. Dan Ziqiu tidak peduli. “Kak, tahun
ini aku sudah 25 tahun. Aku masih belum pacaran. Ibuku terus memaksaku kencan
buta. Aku sudah pikirkan. Jika dia datang, setiap hari aku masak untuknya,” jelas
Mingyue dengan berapi- api sambil mencoba membuka pintu kamar mandi, supaya
mereka bisa berbicara lebih lanjut secara tatap muka.
Dan dengan
panik, Ziqiu menyuruh Mingyue untuk tenang. Karena dia tidak ada memakai baju.
Lalu diapun bersiap untuk keluar. Dan Mingyue langsung berlari kabur. Dan Ziqiu
merasa sangat lega.
Seperti film
horror. Hujan turun dengan sangat deras. Seseorang memegang pisau dengan
berlumurkan cairan berwarna merah. Dan dia mengawasi seorang wanita yang datang
ke tempatnya.
Saat wanita
tersebut masuk ke dalam rumah. Dia memanggil, “Ada orang?” tanyanya. Lalu tiba- tiba saja semua lampu
menyala dan musik berbunyi. Serta diatas meja, ada banyak sekali makanan-
makanan manis yang membuat si wanita merasa sangat tertarik.
Kemudian
tiba- tiba petir menyambar dan hujan tampak turun lebih deras. Dengan kaget,
ponsel yang si Wanita pegang terjatuh ke bawah meja. Dan saat dia berjongkok untuk
mengambilnya, seseorang datang mendekatinya. Cerita horror selesai.
Wanita
tersebut adalah Jian Jian. Dan orang yang mendekatinya adalah Ziqiu. Dengan
bangga, dia menjelaskan kepada Jian Jian bahwa dia menyiapkan semua ini untuk
Jian Jian. Dan dia menanyai, apakah Jian Jian suka.
“Kamu tidak merasa, tempat ini sangat mirip
film horror?” komentar
Jian Jian. Dan Ziqiu merasa tidak, malahan menurutnya tempat ini sangat
romantis.
Ziqiu
kemudian dengan bangga menjelaskan bahwa restoran ini adalah miliknya, dan
sebelum dia membuka restoran, dia akan memberikan Li Haichao voucher makan
gratis. Lalu saat Li Haichao datang, serta menyadari kalau ini adalah tokonya,
maka itu akan menjadi kejutan yang menarik.
Mendengar
itu, Jian Jian menjawab bahwa Ayahnya pasti tidak akan datang, karena Ayahnya
sangat sibuk.Dan Ziqiu merasa sedikit kecewa.
“Jian Jian, saat kamu kecil, kamu sangat ingin
jadi pemilik toko kue, jadi bisa makan semua kue dan teh susu. Mari cobalah.
Ini buatanku,” kata Ziqiu,
berniat menyuapi Jian Jian.
Tapi Jian
Jian menghindarinya dan menjelaskan bahwa dia baru saja pergi ke dokter gigi,
dan dia dilarang untuk makan makanan manis. Namun karena Ziqiu terus memaksanya
untuk mencoba, maka diapun memakannya sesuap. Tapi setelah itu, dia menolak
lagi.
Dengan
kecewa, Ziqiu meminta maaf. Dan lalu suasana pun menjadi terasa canggung.
Merasa tidak enak, Jian Jian menjelaskan bahwa dia akan membuatkan pahatan
katak sebagai hadiah untuk toko Ziqiu, serta sebagai hadiah karena Ziqiu telah
mentraktirnya hari ini.
Lalu disaat
itu, hujan berhenti. Dan Jian Jian pun langsung pamit. Dan Ziqiu ingin
mengantarnya, tapi dia menolak.
Setelah Jian
Jian pergi, Ziqiu duduk dengan sedih dan kecewa di tempatnya.
Ketika Tang
Can pulang, Mingyue memperhatikan gaya berpakaiannya. “Hari ini
kamu berpakaian begini menemui orang tua pacarmu?”
“Ya. Permintaannya,” jawab Tang
Can sambil berpose dengan bangga.
Mingyue
kemudian bercerita kepada Tang Can bahwa hari ini dia membawa Jian Jian berobat
ke tempat praktek Ling Xiao. Dan mengetahui itu, Tang Can merasa kesal, karena
menurutnya kedua kakak Jian Jian itu sangat tidak tahu diri.
“Kamu tahu keadaan? Kenapa langsung asal
memarahi orang? Keluarga mereka berbeda. Dia tidak seperti yang kamu kira,” kata
Mingyue, membela Ling Xiao.
“Kamu jangan membela orang luar. Orang ini
memang harus dipukuli setiap bertemu,” balas Tang Can dengan suara keras.
“Hanya berpisah sementara saja juga, tidak
perlu mendendam,” gumam
Mingyue, pelan.
Mingyue
menyuruh Tang Can untuk lebih baik berganti baju saja dulu, sehingga Tang Can
bisa lebih leluasa memukul Ling Xiao nantinya. Karena sebentar lagi, Ling Xiao
akan datang ke tempat mereka. Mengetahui itu, Tang Can merasa kesal, kenapa
Ling Xiao bisa sampai datang ke tempat mereka.
Sebelum
Mingyue sempat menjawab. Bel rumah berbunyi. “Mau ganti tidak?” tanya
Mingyue, mengingatkan.
“Tentu tidak,” jawab Tang Can dengan sikap keras. “Aku
dirumahku, mau pakai apa terserah padaku. Aku tidak telanjang sudah termasuk
sungkan. Dia datang, kuanggap dia udara, tidak hidup,” keluhnya.
Mendengar
itu, Mingyue tersenyum dan mengabaikannya. Dia berjalan ke depan pintu dan
mempersilahkan Ling Xiao untuk masuk ke dalam.
Saat Ling
Xiao masuk, Tang Can memakai mantel panjang. Dan melihat itu, Mingyue tertawa
geli. Lalu dia memperkenalkan mereka berdua. Dan dengan sikap malu-malu, Tang
Can menyalami tangan Ling Xiao.
“Buatkan teh. Teh yang terbaik,” perintah
Mingyue dengan geli. Dan Tang Can melakukannya dengan patuh.
Mingyue lalu
menceritakan kepada Ling Xiao, tentang apatermen didepan yang ternyata telah
disewakan kepada sepupu pemilik. Mendengar pembicaraan itu, Tang Can teringat
akan Zhuang Bei. Karena dia mengira, orang yang tinggal diapatermen depan
adalah Zhuang Bei.
Ziqiu merasa
bad mood, karena dia sudah menyiapkan kue semeja penuh untuk Jian Jian. Tapi
ternyata Jian Jian hanya makan sesuap saja. Dan Zhuang Bei mendengarkan semua
keluhannya dengan tenang.
“Dia sudah tahu kamu tinggal didepannya?” tanya
Zhuang Bei.
“Belum,” jawab Ziqiu, pelan.
Dengan geli,
Zhuang Bei mendengus. “Lebih baik kamu cepat pulang, untuk apa beri
kejutan? Ayahmu bisa membantumu, lihatlah masalah mu sekarang,” katanya,
menasehati.
“Buka toko sangat melelahkan. Aku tidak ingin
dia lelah. Lagipula, selama ini aku belum sukses. Aku malu untuk pulang,” balas
Ziqiu.
Ketika Jian
Jian pulang, dia menceritakan kepada Mingyue dan Tang Can bahwa hari ini dia
bertemu dengan kakaknya, Ziqiu. Lebih tepatnya, kemarin dia juga sudah bertemu
dengan Ziqiu, karena orang yang tidak sengaja memegang dadanya itu ternyata
adalah Ziqiu.
Mendengar
itu, Mingyue dan Tang Can merasa terkejut. “Menarik sekali. Beberapa tahun diluar negri,
tiba- tiba jadi mesum,” ejek Tang Can.
“Itu salah paham,” kata Jian
Jian, membela Ziqiu.
Jian Jian
lalu menjelaskan bahwa dia merasa sangat canggung sekali. Apalagi ketika kakak
nya mengatakan bahwa dia akan tinggal didepan apatermen nya. Mendengar itu,
Mingyue merasa gugup, karena Ling Xiao ada didalam apatermen mereka dan
mendengarkan.
“Sudah pasti begitu,” teriak Tang
Can, secara sengaja. Dan Mingyue langsung menghentikannya.
“Kenapa tidak dekat? Sering telpon, kan?” balas
Mingyue, sengaja bertanya dengan suara keras.
“Tidak juga, hanya terkadang kirim Wechat.
Membahas ‘kamu sudah
makan?’, ‘Makan apa?’, ‘Jaga diri, jaga
kesehatan’, semuanya
hanya basa- basi,” keluh Jian
Jian.
Dengan
lembut, Mingyue mencoba membuat Jian Jian untuk jangan stress dan menerima
kepulangan Ling Xiao. Tapi Jian Jian tetap tidak bisa menerima. Lalu dia
memberikan contoh. Ada dua kaleng manisan persik yang telah kadaluarsa, kamu
ingin makan tapi tidak bisa, dan itu rasanya canggung dan aneh sekali.
Mendengar
itu, Tang Can setuju. Dan dengan gugup, Mingyue menatap ke belakang Jian Jian,
dan menendang kaki Jian Jian sebagai tanda. Tapi Jian Jian sama sekali tidak
mengerti dan mengeluh kesal. “Pusing. Sakit.”
“Gusi akan meradang satu minggu. Dua hari ini
saat makan, ingat berkumur dan makan obat,” kata Ling Xiao dari belakang.
Melihat nya,
Jian Jian merasa sangat terkejut dan canggung.
Suasana makan
malam sangat tidak nyaman sekali. Hanya Tang Can yang terus makan dengan
bersemangat. Sedangkan yang lain tidak.
“Kak, kapan kamu akan pindah kemari?” tanya Jian
Jian.
“Rumah yang ku sewa sudah disewa sepupu
pemilik,” jawab Ling
Xiao, menjelaskan.
“Ada pria tampan pindah ke depan,” kata Tang
Can, memberitahu Jian Jian.
“Kamu kenal?” tanya Ling Xiao.
“Tidak kenal,” jawab Tang Can. Lalu dia membocorkan rahasia
Mingyue. “Mana
sebanding dengan kecepatan Yueliang, sudah melihat dia telanjang.”
Dengan malu,
Mingyue langsung menghentikan Tang Can dan menyangkal itu.
Ling Xiao
tidak terlalu peduli dengan itu, dan mengalihkan pembicaraan. Dia ingin bisa
bertemu dengan sepupu pemilik, karena dia ingin berbagi apatermen dengannya.
Mendengar itu, Mingyue langsung mengajukan diri untuk ke sana dan berbicara
kepada si sepupu apatermen.
“Biar aku saja! Tidak boleh biarkan kalian
bertemu lagi,” kata Tang
Can dengan bersemangat. “Aku dandan dulu,” jelasnya,
kemudian.
Karena takut
ketahuan oleh Jian Jian bahwa dia tinggal didepan apatermennya, maka Ziqiu pun
sengaja mengenakan tundung jaket dikepalanya.
Tepat disaat
itu, Tang Can keluar. Sedangkan yang lain mengintip dari balik pintu. Dan Ziqiu
pun merasa sangat gugup sekali. Lalu ketika Tang Can menyentuhnya sedikit, dia
langsung menahan Tang Can.
Melihat itu,
Ling Xiao langsung maju dan menarik Ziqiu untuk melepaskan Tang Can. Dan Jian
Jian serta Mingyue bersiap untuk memukul.
Suasana
menjadi sangat canggung sekali. Dan gerakan semua orang yang bersiap untuk
memukul langsung berhenti diudara.
Didalam
apatermen. Ziqiu memakan cemilan dengan santai. Lalu dia menjelaskan dengan
jujur, alasannya bisa menyewa apatermen ini. Mendengar alasan nya, Ling Xiao
memberitahu Ziqiu bahwa sebelumnya, orang yang menyewa apatermen ini adalah
dirinya.
“Kamu yang sewa? Jadi gadis tadi pagi?” tanya
Ziqiu, terkejut.
“Tuhan, untung bukan aku,” kata Tang
Can, berdoa penuh rasa syukur.
Sebelum
Ziqiu sempat bicara, Mingyue langsung menyiramnya dengan air dan meneriaki nya
untuk diam. Lalu mengomelinya dengan kesal. Melihat itu, semua orang merasa
terkejut.
“Kakak,” panggil Ziqiu, mengancam. Dan dengan gugup,
Mingyue tertawa pelan.
Ketika Ziqiu
sudah berganti pakaian, Mingyue datang dan menjelaskan bahwa dia ingin meminta
maaf, karena telah menyiram Ziqiu. Namun dia ingin Ziqiu, untuk jangan
memberitahu apapun yang dia katakan sebelumnya, ketika bernegosiasi, kepada
Ling Xiao.
Ziqiu sama
sekali tidak mengerti, kenapa Mingyue tidak menyatakan cinta saja langsung
kepada Ling Xiao, tapi malah menyembunyikannya. Dan Mingyue menjawab bahwa ini
belum saatnya. Lalu dengan tajam, dia mengancam Ziqiu untuk intinya jangan
beritahu Ling Xiao.
Ling Xiao
dan Ziqiu bersikap sangat kompak. Mereka setuju untuk menyewa bersama- sama.
Lalu setelah saling setuju, Ziqiu mengingatkan Ling Xiao untuk jangan lupa
meminta kembali uang nya dari pemilik apatermen.
“Tentu saja, kakak tidak bisakan kamu sia- sia
jadi keponakan orang. Uang sewa yang dia terima harus kita ambil kembali,” kata Ling
Xiao, sedikit menyindir. Lalu diapun pergi.
“Itu, siapa yang jadi keponakan?” protes
Ziqiu, tersadar. Ketika Ling Xiao baru saja keluar dari apatermen.
Ling Heping
ingin menjodohkan Ling Xiao dengan Jian Jian, karena menurutnya, Ling Xiao
tampak menyukai Jian Jian. Dan Li Haichao mengomentari bahwa Ling Heping
tampaknya sudah sama seperti Bibi Qian. Mendengar itu, Ling Heping tertawa
dengan keras.
Tepat disaat
itu, Ling Xiao pulang. Dan dia ingin membantu Li Haichao yang sedang
membersihkan toko. Tapi Li Haichao tidak mengizinkannya, dan menyarankannya
untuk lebih baik pulang serta beristirahat saja. Dan nanti mereka berdua akan menyusul. Karena itulah,
Ling Xiao pun pamit dan pulang duluan.
Ziqiu
berlatih keras dan juga berpikir keras. Dia melatih kata- kata apa yang
sebaiknya dikatakan untuk memulai obrolan dengan Jian Jian besok pagi. Tapi
tidak peduli berapa kalipun dia mengulang, dia merasa tidak puas dan sangat
canggung serta gugup.
Pada
akhirnya, Ziqiu menutupi wajahnya dengan bantal dan berusaha untuk tidur saja
terlebih dahulu.
Jian Jian
sama sekali tidak bisa tidur. Jadi diapun datang ke kamar Mingyue. Dan
mengejutkan Mingyue yang hampir saja sudah akan tertidur.
Jian Jian
dan Mingyue kemudian datang bersama- sama ke kamar Tang Can. Melihat mereka,
Tang Can berkomentar dengan sikap serius. “Kakak, ini sudah pukul satu dini hari. Kalian
sudah jelek sekarang, masih mau bergadang?”
Mendengar
itu, Jian Jian menunjukkan tiga buah masker yang dibawanya.
Akhirnya
mereka bertiga bermaskeran bersama. Sambil menatap pena milik Zhuang Bei, Tang
Can menghela nafas berkali- kali. Karena yang dia nantikan, tidak muncul. Tapi
yang tidak dinantikan, malah muncul. Mendengar itu, Mingyue langsung membela
Ling Xiao.
“Saudara jika sudah besar memang harus
berpisah. Terutama setelah menikah. Masing- masing punya keluarga, maka sudah
jadi sepupu. Untuk apa sampai pindah begitu dekat. Apakah perlu?” kata Tang
Can, menjelaskan.
“Perlulah, hubungan kakak adik yang baik
selalu begitu. Tinggal bersama bisa saling membantu,” balas
Mingyue.
“Kamu berikan contoh. Hubungan kakak adik yang
baik, setelah menikah, apa masih lengket seperti lem?” tanya Tang
Can. Dan Mingyue tidak bisa menjawab. “Berikan contohnya!” tuntut Tang
Can.
Mendengar
itu, Jian Jian ikut menatap ke arah Mingyue. Karena dia juga ingin tahu
contohnya. Tapi Mingyue sama sekali tidak bisa menjawab.
Jian Jian
kemudian menceritakan bahwa dulu hubungan mereka bertiga memang baik, tapi itu
saat mereka masih kecil dan muda. Saat Ling Xiao dan Ziqiu pergi, semuanya
berubah. Setiap saat, dia berharap mereka berdua untuk pulang ketika liburan,
namun mereka berdua sama sekali tidak pulang. Dan perlahan- lahan, dia mulai
lupa. Tapi sekarang mereka berdua tiba- tiba saja pulang, dan itu membuatnya
sangat tidak nyaman dan canggung, karena dia merasa sangat asing kepada mereka
berdua. Intinya sekarang berbeda dengan dulu.